Tiga Tahun Perjalanan Menjadi Kader TBC Wilayah Puskesmas Ngroto

Kunjungan Kader TBC Komunitas ke rumah pasien

Berawal dari keluarga bapak, ibu, suami dan anak saya sendiri terkena TBC menjadi motivasi dan penyemangat bagi saya menjalankan amanah menjadi kader TBC. Pertama kali dilapangan mencari suspek, saya ditemani oleh programer TBC Puskesmas Ngroto, Blora, Jawa Tengah. Ketika dilapangan, saya menemui berbagai macam karakter orang yang terkena TBC. Setiap pencarian suspek dilingkungan tempat tinggal indeks kasus, alhamdulilah saya selalu mendapatkan hasil 20 kontak yang di investigasi. Hal tersebut dapat dicapai karena saya selalu memotivasi keluarga yang tinggal satu rumah dengan indeks kasus untuk mengikuti tes laboratorium atau tes dahak. Adapun yang balita, untuk keluarga saya arahkan untuk diberikan TPT (terapi pencegahan TBC). Setelah melakukan investigasi kontak, saya selalu memberikan nomor handphone saya dan meninggalkan pesan kepada mereka jika ada yang batuk lebih dari dua minggu untuk segera menghubungi saya agar mengikuti tes dahak.

Sistem investigasi kontak saya sudah berjalan dengan lancar selanjutnya terhambat pandemi COVID-19. Perjalanan saya tak selancar sebelumnya. Ketika pandemi, saya dipercaya untuk menjadi tim treacer dalam membantu penanganan pandemi COVID-19. Pada momen inilah saya pergunakan dengan baik untuk mendapatkan suspek sebanyak-banyaknya. Mereka yang gagal vaksin kami arahkan langsung mengikuti tes dahak, yang akhirnya kami mendapatkan suspek positif TBC dari proses tersebut. Setelah menemukan suspek positif, saya bersama programer dan dibantu petugas bidan desa serta kader setempat langsung melakukan investigasi kontak di lingkungan sekitar indeks kasus tersebut. Hasilnya sesuai dengan kecurigaan saya, yang mana saya menemukan pasien positif TBC 6 orang dan 1 kasus positif TBC anak di lingkungan tersebut.

Setelah kejadian ini baik dari pihak puskesmas, programer dan saya selalu dilibatkan pada setiap kegiatan yang berhungan dengan TBC seperti mengadakan program mantoux di Desa maupun Kelurahan wilayah Puskesmas Ngroto. Adapun sasaran mantoux adalah balita yang kekurangan gizi, balita stunting dan balita yang tinggal 1 rumah dengan indeks kasus. Melalui program mantoux, kami bisa menemukan kasus TBC anak lebih dini dan memotivasi keluarga indeks kasus lainnya yang baru ditemukan. Kami juga memberikan TPT pada balita dari keluarga indeks kasus satu rumah. Program mantoux dan pemberian TPT berjalan sampai sekarang dan membuat beberapa masyarakat berinisiatif untuk meminta di mantoux dan diberi TPT.

    Program Mantoux dan Pemberian TPT

Selanjutnya saya, programer TBC dan Petugas Promosi Kesehatan selalu melakukan kunjungan ke pasien positif TBC dan pasien TPT yang sedang menjalani pengobatan. Kami selalu memantau perkembangan kondisi kesehatan pasien serta PMO dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Selain itu, saya juga menggandeng petugas promosi kesehatan untuk pengecekan gula darah berkala karena kami menemukan sebagian pasien positif TBC mempunyai gula darah yang tinggi, sehingga dengan pengecekan teratur diharapkan kadar gula darah pasien TBC dapat lebih terkontrol.

Dengan kondisi pasien yang dalam pengobatan berbeda-beda, kamipun selalu siap membantu terutama untuk pengambilan obat ke Puskesmas sampai pengobatan selesai. Dalam pencarian suspek di indeks kasus, kami menemukan sebagian besar mereka belum mempunyai jaminan kesehatan dan rata-rata ekonomi mereka masih kurang dan belum tercover oleh bansos dari pemerintah. Sehingga dengan kasus tersebut, kami memfasilitasi pembuatan BPJS dan pemberian bansos lainnya seperti sembako. Disini saya di bantu oleh teman-teman relawan yang ikut terjun langsung di dalamnya.

Perjalanan kami tidak sampai disitu , kami selalu mengadakan penyuluhan di lingkungan sekitar indeks kasus supaya mereka paham tentang penyakit TBC, cara penularan penyakit TBC, cara pengobatan penyakit TBC dan ciri-ciri orang yang terkena penyakit TBC. Penyuluhan kesehatan ini di tujukan agar masyarakat paham dan tidak takut melakukan pencegahan sejak dini untuk mengindari resiko tertular TBC. Disini kami bekerjasama dengan Bidan Desa di wilayah Puskesmas Ngroto dalam proses penemuan kasus TBC, semisal Bidan menemukan pasien demam dan batuk lebih dari 2 minggu maka disarankan untuk mengikuti  tes dahak dan saya yang bertugas di lapangan untuk mengambill sample dahak dan dibawa ke laboratorium.

Sebagai kader TBC, saya tidak pernah bosan berkeliling di lingkungan indeks kasus untuk mencari suspek dan mengunjungi pasien-pasien yang masih dalam masa pengobatan. Kami selalu mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk tidak putus pengobatan dan menerapkan perilaku hidup bersih. Nah, itulah kegiatan yang saya laksanakan dilapangan sampai saat ini. Semoga saya bisa menjalankan tugas sebagai kader TBC dengan amanah dan berjalan dengan hati yang ikhlas bukan hanya karena reward namun juga berlandaskan kemanusiaan. Toss TBC! Temukan Obati Sampai Sembuh.


Penulis: Ulfah Dianawati

Editor: Winda Eka Pahla

Usaha Peningkatan Capaian Pada Kegiatan Technical Assistance Program 2022

Achieve higher, Collaborate Stronger

Yogyakarta, 29 Agustus – 1 September 2022. Kegiatan dimulai dengan penjelasan safety prosedur oleh pihak hotel dilanjutkan dengan acara pembukaan yang diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya. Laporan panitia disampaikan oleh Mbak Bunga Pelangi yang menyampaikan tujuan ulama kegiatan yang meliputi: 1) Sinkronisasi strategi untuk mencapai indikator proses dan utama; 2) Mufakat dalam komponen Analisa programatik dan 3) Timeline mencapai target bulanan dengan proyeksi Rating B.

Tagline kegiatan juga disampaiakan oleh mbak bunga yaitu: Achieve Higher, Collaborate Stronger.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan arahan dari Ibu Heny Akhmad, Bapak Donald Pardede dan Bapak Mohammad Hanif.

Dalam arahannya, Ibu Heny menyampaikan bahwa Global Fund memberikan perhatian ketat agar bisa mencapai rating B, terutama untuk wilayah-wilayah yang memiliki target besar.

Bapak Donald juga menyampaikan agar 3 indikator utama yang telah menjadi komitmen harus dipandang sebagai tujuan bersama. Memang hal tersebut tidaklah mudah tetapi harus optimis.

Bapak Hanif menambahkan bahwa kita sudah menceburkan diri dalam kegiatan ini oleh karena itu kita harus komitmen. Walaupun tantangan kita saat ini adalah pemahaman program tetapi melalui kegiatan ini kita dapat saling berbagi dan mencari solusi bersama.

Konsolidasi Kegiatan Budget Line

Di hari ke dua kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan konsolidasi Budget Line. Kegiatan ini dilakukan melalui diskusi kelompok, yang mana peserta dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok Active Case Finding dan TPT, Kelompok TB MDR dan Kelompok DPPM.

Pembahasan Anvar, Sosialisasi Enabler dan Isian Anvar

Hari yang ke tiga ini dilakukan secara Hybrid dan diikuti oleh semua SR dan SSR. Dalam pembahasan anvar, disepakati terkait point-point yang perlu dimasukkan dalam laporan anvar setiap bulan sedangkan untuk sosialisasi enabler, point penting yang disampaikan ialah bahwa untuk pembayaran enabler pasien TB RO, akan dilakukan oleh SR dengan menggunakan POA terbaru yang akan dikeluarkan oleh Tim MDR dan menunggu surat resmi dari PR terkait pembayaran enabler oleh SR.

Kegiatan kemudian ditutup oleh Ibu Heny Akhmad yang kembali mengingatkan tentang komitmen capaian minimal yaitu 81%. Oleh karena itu SRM harus memaksimalkan kerja dari SSR sehingga target ini bisa tercapai.


Penulis: Maria Fatima Dete Dellu

Editor: Winda Eka Pahla

Antusiasme Pasien Melakukan Pengobatan TBC Kembali karena Bantuan Manajer Kasus

Sudah  empat tahun, Befri menyandang status pasien Drop Out (DO) Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO). Pria 24 tahun ini didiagnosis penyakit TBC RO pada tahun 2019 dan menjalani pengobatan di Rumah Sakit (RS) dr. M. Djamil Padang. Kala itu, ia tak melanjutkan pengobatan dan hanya mengkonsumsi obat selama satu bulan karena efek samping yang membuatnya sampai kejang-kejang ketika minum obat. Selama empat tahun juga, pihak Puskesmas dan RS berulang kali melakukan kunjungan untuk mengajak Befri kembali berobat, tetapi pria yang tinggal di Lubuk Buaya Kota Padang ini tetap menolak. Tidak hanya Befri yang menolak, tetapi keluarganya juga melakukan penolakan karena tidak tega melihat kondisi Befri yang semakin parah.

Kesadaran Befri untuk melakukan pengobatan TBC RO kembali setelah melihat kakak iparnya yang melakukan pengobatan TBC RO di RS Paru Sumatera Barat dan dinyatakan sembuh pada bulan Agustus 2022. Dari Kakak iparnya inilah Befri melihat bagaimana selama pengobatan didampingi oleh seorang Manajer Kasus (MK) TBC RO yaitu Ayie dan seorang Pasien Supporter (PS) dari Komunitas Penabulu STPI Sumatera Barat yang selalu melakukan kunjungan rumah dan menanyakan kendala yang dihadapi selama pengobatan dan mengingatkan jadwal kontrol ke RS.

Rasa ketertarikan Befri untuk pengobatan kembali semakin kuat. Befri mencoba berkomunikasi dengan Ayie melalui kakak iparnya tersebut. Setelah beberapa minggu, akhirnya Befri memutuskan untuk kembali minum obat TBC RO. Tapi, timbul masalah lagi, saat Ayie menyarankan Befri datang ke Puskesmas Lubuk Buaya untuk melakukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dahulu. Saat Befri datang Ke Puskesmas Lubuk Buaya, Befri mendapat jawaban dari petugas puskesmas bahwa sesuai dengan kartu BPJS yang dimiliki Befri, secara otomatis RS Rujukan TBC RO adalah RS dr. M. Djamil Padang. Saat itu juga Befri menolak untuk dirujuk ke RS tersebut, karena pengalaman pengobatan sebelumnya yang membuat dia DO.

Befri menghubungi Ayie kembali dan mengatakan bahwa dia tidak mau berobat kembali jika dirujuk RS dr. M. Djamil Padang dan hanya ingin dirujuk di RS Paru Sumatera Barat. Melihat semangat untuk pengobatan tersebut, Ayie merespon dengan memberi alternatif kepada Befri untuk melakukan pemeriksaan di RS Paru tanpa kartu BPJS yang dalam artian pasien umum saja. Befri langsung menyetujui dan membuat jadwal ke RS Paru untuk pemeriksaan tersebut.

Pada tanggal 25 Oktober 2022, Ayie mendampingi Befri untuk melakukan pemeriksaan kembali memulai pengobatan. Befri ditemani juga oleh kakak iparnya. Saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter, Ayie menyampaikan kepada Dokter yang memeriksa saat itu (dr. Yanda) bahwa Befri adalah Pasien DO TBC RO tahun 2019 dan ingin melakukan pengobatan kembali. Dr. Yanda pun memberikan semangat kepada Befri. Dr. Yanda juga mengatakan bahwa fasilitasi pasien TBC RO dimanapun dia ingin melakukan pengobatan.

“Berani memulai, berani juga untuk menyelesaikan”, itu yang Ayie sampaikan kepada Befri dan Befri dengan tegas menyanggupinya untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Sore harinya, hasil labor pun keluar dan Befri dinyatakan TBC RO. Pada tanggal 26 Oktober 2022, Befri memulai melakukan pengobatan awal (baseline) di RS Paru Sumatera Barat. Befri pun sangat senang dan yakin untuk memulai pengobatan.

Dalam pendekatan untuk pasien DO TBC RO, kontribusi Komunitas menunjukkan hasil bahwa pasien DO yang memiliki riwayat buruk pada pengobatan sebelumnya bisa kembali berobat dan lebih optimis untuk sembuh selagi di fasilitasi dimana mereka ingin melakukan pengobatan sesuai ekspekstasi mereka berdasarkan keberhasilan dari fasilitas kesehatan yang telah mereka lihat sendiri, seperti pada kisah Befri yang optimis akan kesembuhannya di RS Paru Sumatera Barat.


Penulis: Ayie (MK Sumatera Barat)

Editor: Winda Eka Pahla

Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara dilibatkan dalam Screening School To School

Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara melakukan edukasi tuberkulosis

Banjarnegara- Sehat merupakan keadaan sejahtera secara fisik, jiwa dan sosial. Dewasa ini, usia anak dan remaja sering digaungkan sebagai kelompok masyarakat yang hampir selalu dalam keadaan sehat. Kesehatan anak dan remaja merupakan hal penting yang perlu diperhatikan karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Penjaringan Kesehatan anak sekolah (skrinning) merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang memiliki tujuan untuk deteksi dini masalah kesehatan siswa.

Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara membantu pemeriksaan kebersihan perorangan dan skrinning tuberkulosis

Pada 25-28 Oktober 2022, Puskesmas Banjarnegara I dan Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara melakukan kegiatan Screening School To School. Kegiatan Screening School To School dilaksanakan di MAN 2 Banjarnegara, SMP Muhammadiyah Banjarnegara, MTSN 1 Banjarnegara dan TK Aisyah Karangtengah Banjarnegara. Kegiatan terdiri atas pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit, kuku), pemeriksaan status gizi, pemeriksaan ketajaman indera, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut serta skrining tuberkulosis.

“Skrining tuberkulosis perlu dilakukan karena sekolah dan pondok pesantren merupakan tempat dengan populasi yang cukup banyak. Dan dari kegiatan yang dilakukan selama 4 (empat) hari tersebut berhasil mengumpulkan sebanyak 92 suspek,” jelas Bu Yayuk (salah satu Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara).

Hebatnya, sebelum- sebelumnya Puskesmas Banjarnegara I dan Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara juga aktif melakukan skrinning tuberkulosis di masyarakat secara door to door, pondok pesantren, prolanis dan populasi khusus lainnya. Harapannya kegiatan yang telah dilaksanakan memberi manfaat, meningkatkan derajat kesehatan siswa, yang sakit segera ditemukan dan melakukan pengobatan sebagai mana mestinya. Kalo bukan kita bersama yang menjaga siapa lagi? Salam sehat.


Penulis : Saroh, S. Kep

Editor : Winda Eka Pahla (Communication Staff)

Giatkan Penyuluhan dan Sikrining TBC, Yamali TB Menyasar Warga Lapas Kelas 1 Makassar

Yamali TB Manyasar Warga Lapas Kelas 1 Makassar

MAKASSAR- Kasus tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit menular yang dapat menginfeksi semua kalangan mulai dari bayi, anak-anak, remaja sampai lansia dan menimbulkan kesakitan dan kematian lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya.

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri patogen yang disebut Mycobacterium Tuberculosis (MTB). Pada kebanyakan orang, TBC menginfeksi organ paru, namun TBC dapat juga ditemukan pada hampir semua organ tubuh seperti otak, tulang belakang, dan ginjal.

“Indonesia negara nomor dua dengan angka kejadian TBC paling tinggi di dunia, setelah India dengan jumlah kasus 969 ribu dan kematian 144 ribu per tahun atau setara dengan 16 atau lebih kematian per jam,” ujar Kasri Riswadi, Ketua Yamali TB Sulsel, Rabu (9/11/2022).

Wasor TB Dinkes Makassar, Kabid Pembinaan Napi Lapas Kelas 1 Makassar dan Koordinator Program SR Yamali TB

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2022 sampai September, untuk kasus TBC baru 286 ribu dari 824 ribu kasus yang terdeteksi, sisanya 537 ribu kasus belum terdeteksi.

Kasri mengungkapkan salah satu penyebab peningkatan kasus ini karna pengetahuan masyarakat terhadap penyakit TBC masih kurang. Selain itu, faktor sosial seperti lingkungan masyarakat pun sangat beperan.

“Hingga saat ini, masih ada stigma negatif bagi penderita TBC. Beberapa stigma menyebutkan bahwa penyakit TBC adalah penyakit memalukan, penyakit orang miskin, TBC adalah penyakit guna-guna, turun-temurun. Penderita merasa dikucilkan dari lingkungannya, yang harusnya diberikan semangat dalam proses penyembuhan malah dijauhi,” terang Kasri.

Stigma ini dapat memperparah penyakit tuberkulosis paru sehingga dapat menyebabkan keterlambatan pengobatan dan berdampak negatif terhadap kelangsungan berobat penderita. Kesadaran masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu menekan angka kasus penyakit TBC.

Untuk mencapai target eliminasi TBC di tahun 2030, maka para penggiat TB dari Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Sulawesi Selatan melakukan upaya sosialisasi dan menjaring pasien TB agar mendapatkan pelayanan yang seharusnya. Salah satu upaya yang dilakukan YAMALI TB untuk penemuan kasus yaitu program sensitisasi penanggulangan TBC.

“Upaya untuk memberikan pengetahuan dan mendorong perubahan sikap dan perilaku masyarakat agar sensitif atau peka terhadap isu TBC. Jika masyarakat sudah paham informasi mengenai TBC dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari maka bedampak pada pemutusan penularan TBC di masyarakat,” jelas Kasri.

Adapun Wasor TB Dinkes Kota Makassar, Diyah Fajarwati, menyatakan antuasiasnya atas dilaksanakannya kegiatan penyuluhan yang menyasar warga binaan Lapas Kelas 1 Makassar. Diyah juga berharap, dengan kegiatan ini terbangun kesadaran diri dan untuk orang lain agar bisa mendeteksi dini gejala TBC serta penanganannya.

Dokter bersama dua perawat Klinik Lapas Kelas 1 Makassar. Klinik ini tekah mengelola SITB sendiri.

Sementara dari pihak Lapas, selain dokter dan petugas lapas, hadir memberikan sambutan Kabid Pembinaan Narapidana, Jayadi Kusumah. Ia menjelaskan tentang pentingnya narapidana mengetahui penyakit menular seperti TBC. “TBC ini sulit dideteksi, penularannya mudah sehingga pengatahuan tentangnya benar-benar diperlukan. Semoga saudara semua memperoleh pengetahuan dan dapat menyambungkan informasi ini kepada warga lapas yang lain,” katanya.

Antusias ditamppakan para warga Lapas dengan menyimak serangkaian materi dari penyuluh Yamali TB

Sri Jayanti Rasyid, Ketua Panitia Pemasyarakatan TB, mengatakan program sensitisasi salah satunya dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas I Gunung Sari Kota Kota Makassar atas kerja sama Yamali TB, Mahasiswa Magang Kampus Merdeka Yamali TB-Bakrie Center Foundation.

“Seperti yang kita ketahui bahwa tempat ini merupakan salah satu tempat yang memungkinkan penularan TBC jika warga binaan pemasyarakatan tidak mengetahui apa itu TBC dan tidak memedulikan kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan,” ujar Sri Jayanti.

Kader SSR MSI Ikuti Workshop Penguatan Kapasitas Pengawasan Minum Obat dan Investigasi Kontak Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara

Banjarnegara- Kita ketahui bersama bahwa pemerintah menargetkan “Eliminasi Tuberkulosis pada Tahun 2030” seperti dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada saat penandatanganan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis pada 02 Agustus 2021. Kemudian untuk dapat sampai pada tujuan tersebut, Menteri Kesehatan Indonesia Budi G. Sadikin menargetkan 90% kasus TBC terdeteksi pada tahun 2024 seperti yang ia sampaikan di pertemuan Global Fund Replenishment Conference Ke 7 di New York, Amerika Serikat pada September 2022. Artinya untuk mengeksekusi tujuan tersebut, kita perlu tindakan lebih intenstif untuk menyukseskan program.

Pada hari Selasa- Rabu, 27- 28 Oktober 2022, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara mengadakan Workshop Penguatan Kapasitas Petugas Kesehatan dan Kader dalam Pengawasan Minum Obat dan Investigasi Kontak. Kegiatan ini diimplementasikan sebagai upaya dalam mengoptimalkan capaian indikator program. Cakupan penemuan, tingginya missing case TBC, rendahnya angka keberhasilan pengobatan pasien TBC dan meningkatnya jumlah kasus TBC Resistan Obat merupakan issue program tuberkulosis yang harus segera direspon.

Workshop Penguatan Kapasitas Petugas Kesehatan dan Kader dalam Pengawasan Minum Obat dan Investigasi Kontak diisi oleh materi dari Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara terkait Analisa situsasi tuberkulosis di Banjarnegara, kemudian dilanjutkan dengan materi Analisa situasi Tuberkulosis di Jawa Tengah oleh Dr. Widiaristin dari Bapelkes Ambarawa serta Pengawas Minum Obat, dan yang terakhir yaitu materi Investigasi Kontak dan Komunikasi Efektif yang dipaparkan oleh Mentari Sehat Indonesia. Peserta kegiatan terdiri atas 8 Pengelola Program Tuberkulosis Puskesmas dan Kader Tuberkulosis yang mana didalamnya sebagian besar merupakan Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara.

Kegiatan tidak hanya terfokus pada penyampaian materi namun dilengkapi dengan kegiatan bermain peran. Di akhir kegiatan, seluruh peserta juga diwajibkan mengerjakan mini post-test untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan peserta mengenai materi- materi yang sudah disampaikan. Semoga kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan baik kader maupun petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan penemuan kasus dan pelaporan tuberkulosis khususnya di Kab. Banjarnegara.


Penulis: Saroh, S.Kep

Editor: Winda Eka Pahla (Communication Staff)

Tidak Hanya Bocah Petualang, Kader TBC Petualang juga Ada lho

Ibu Salimah melakukan kegiatan Investigasi Kontak ke daerah terpencil di Banjarnegara

Banjarnegara- Kita biasa menyaksikan program petualang di stasiun televisi. Namun ternyata, Kader Komunitas SSR Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara salah satunya Ibu Salimah juga berpetualang lho. Berpetualang desa demi desa, pelosok demi pelosok untuk melakukan investigasi kontak. Kegiatan tersebut tak lain dan tak bukan sebagai bentuk menyukseskan program pemerintah yang digalakan Menteri Kesehatan Indonesia, yang mana Menteri Kesehatan kita yaitu Bapak Budi G. Sadikin menargetkan 90% kasus TBC terdeteksi pada tahun 2024 pada pertemuan Global Fund Replenishment Conference Ke 7 di New York, Amerika Serikat pada September 2022 lalu.

Jalan tanah dan basah yang harus dilalui Ibu Salimah saat melakukan Investigasi Kontak

Selasa, 25 Oktober 2022, Ibu Salimah melakukan investigasi kontak di salah satu dukuh di Kecamatan Punggelan. Lokasi indeks kasus sungguh sangat menarik dengan akses jalan tanah serta beberapa bagian yang hanya ber-plesteran semen. Musim penghujan juga menjadi kombinasi yang mengesankan dalam kegiatan investigasi kontak karena dapat dibayangkan bukan ketika jalan tanah diguyur hujan.

Selain berguna untuk meluruskan pemahaman masyarakat terkait mitos tuberkulosis, bagi Ibu Salimah, melakukan kegiatan investigasi kontak ketika yang sakit ditemukan dan melakukan pengobatan adalah bentuk kepuasan batin tersendiri karena dapat memperluas silaturahmi dan menambah saudara dengan masyarakat. Beliau berharap semoga masyarakat senantiasa dapat diajak kerjasama serta semakin banyak masyarakat yang sakit tuberkulosis ditemukan.

Dedikasi dan loyalitas dalam melakukan Investigasi Kontak pun di jalani Ibu Salimah dengan penuh rasa ikhlas. Akses jalan yang sulit terlebih di musim penghujan tidak menyurutkan semangat beliau untuk mencapai para pasien TBC yang membutuhkannya. Bahkan selama tahun 2022 ini, beliau telah membantu 15 pasien memulai pengobatan TBC dan 5 balita memulai Terapi Pencegahan Tuberkulosis di wilayahnya. Semoga, hal-hal baik yang di lakukan Ibu Salimah dapat menjadi percontohan bagi kita semua bahwa sesulit apapun rintangan yang dihadapi, jika kita memiliki niat tulus ikhlas membantu sesama, maka semua akan terasa mudah.


Penulis: Saroh, S. Kep

Editor: Winda Eka Pahla (Communication Staff)

Kader SSR MSI menjadi Kader Terbaik II Tingkat Kabupaten Banjarnegara

Pemberian Penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Banjarnegara kepada Ibu Eko (Kader TBC Komunitas)

Banjarnegara– PERMENKES RI No. 8 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan menjelaskan bahwa Kader Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan atau Kader Kesehatan adalah orang yang dipilih dan dilatih menggerakan masyarakat di bidang kesehatan seperti penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. Penggerak masyarakat dalam upaya kesehatan sesuai kewenangannya, penggerak pelayanan kesehatan dasar, penyuluh kesehatan kepada masyarakat, pencatat kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dan pelapor jika ada permasalahan atau kasus kesehatan setempat pada tenaga kesehatan.

Sabtu, 29 Oktober 2022 Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyelenggarakan Pemilihan Kader Posyandu Terbaik di Pendapa Dipayudha Adigraha Banjarnegara. Kegiatan tersebut merupakan bentuk apresiasi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara kepada kader posyandu atas kontribusi yang telah dilakukan ungkap Kepala Bidang Kesehatan Masyarakar Dinas Kesehatan Banjarnegara dr. Sulistiyowati.

Kegiatan Pemilihan Kader Posyandu tersebut diikuti oleh 35 kader posyandu perwakilan dari 20 kecamatan. Tahapan seleksi terdiri atas penilaian administrasi, penilaian kreasi kader dan penilaian pengetahuan yang dilakukan dengan pemberian soal melalui google form. Setelah melakukan proses penilaian yang cukup panjang, kegiatan tersebut mengumumkan hasil penilaian dengan Juara 1 Ibu Titin Waisah dari UPTD Puskesmas Wanayasa 2, Juara II Ibu Bernadete Eko R dari UPTD Puskesmas Karangkobar, kemudian Juara III diperoleh Ibu Eka Giantini dari UPTD Puskesmas Punggelan I. Penyerahan tropi dan hadiah diberikan oleh Sekretaris Daerah Kab. Banjarnegara Bapak Indarto dan PJ Ketua TP PKK Kab. Banjarnegara.

SSR MSI Banjarnegara cukup bangga dengan hasil tersebut mengingat bahwa salah satu kadernya yaitu Ibu Bernadete Eko R dapat menjuarai pemilihan tersebut. Ibu Eko juga merupakan wujud nyata seorang kader yang memiliki daya juang tinggi. Pasalnya, selain merangkap menjadi kader TBC dan kader Posyandu, beliau juga berprofesi sebagai apoteker, yang mana tanpa niat dan motivasi yang tinggi, tentunya ketiga hal tersebut akan sulit dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Dalam kesempatan wawancara, Ibu Eko menyampaikan bahwa “Banjarnegara merupakan kabupaten dengan keindahan alamnya namun masih menghadapi masalah sosial ekonomi yang didalamnya meliputi kasus stunting, pernikahan dini, kasus kematian akibat penyakit menular dan tidak menular. Hal ini menjadi tantangan bersama untuk bergerak berkolaborasi mencarikan solusi- solusi. Advokasi anggaran dana desa untuk menuju solusi merupakan salah satu tindakan yang sudah dilakukan dan akan terus diimplementasikan,” tutur Ibu Eko.

Semoga ketiga kader kesehatan terbaik tersebut semakin berprestasi dan bermanfaat untuk lingkungan serta semangatnya menjadi motivasi bagi kader yang lainnya.


Penulis: Saroh, S. Kep

Editor: Winda Eka Pahla (Communication Staff)

 

Peran Pemuda dalam Memutus Mata Rantai Penularan TBC

Peran Pemuda dalam Memutus Mata Rantai Penularan TBC

Pemudi Banten memberikan edukasi dan melakukan skrining di salah satu rumah warga

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis ditularkan melalui udara dari pasien TBC yang infeksius ke orang-orang disekitarnya. Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tidak diobati secara tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang per tahunnya. Kelompok yang berisiko tinggi untuk terinfeksi adalah orang yang kontak erat dengan pasien TBC, antara lain anak, lansia dan orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (misal gizi buruk, infeksi HIV).

Indonesi saat ini berada pada peringkat 3 (tiga) dunia setelah negara India serta China dengan jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 824 ribu dan tingkat fatalitas atau meninggal sebanyak 93 ribu pertahun. Angka ini setara dengan 11 (sebelas) orang kematian per jam.

Untuk merespon hal tersebut, di Provinsi Banten khususnya di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan Kabupaten Lebak, ditemukan kasus baru sekitar 1901 (seribu sembilan ratus satu), Investigasi Kontak 2264 (dua ribu dua ratus enam puluh empat) dari kontak 45.898 (empat puluh lima ribu delapan ratus Sembilan puluh Sembilan), oleh kader komunitas Penabulu-STPI berjumlah 340 (tiga ratus empat puluh) yang berada pada 142 (seratus empat puluh dua) Fasyankes di Banten, dan di 80 Kecamatan selama bulan Januari hingga Oktober 2022. Tentunya hasil yang diperoleh bersumber dari semangat para pemuda/pemudi akitivis TBC di Banten yang giat melakukan Investigasi Kontan dan Skrining untuk dapat menjangkau indeks dan memperoleh kasus TBC dari kegiatan-kegoatan tersebut.

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan Tuberkulosis, Indonesia mempunyai target eliminasi TBC pada tahun 2030. Indonesia juga sudah memiliki Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis.

Selanjutnya, Perpres 67 2021 pasal 17 menyebutkan pentingnya peran serta Pemuda dan Komunitas dalam penanggulangan penyakit TBC. Pemuda memiliki andil yang kuat untuk turut serta berperan dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit TBC, peran yang bisa dilakukan oleh pemuda dalam memutus mata rantai penyebaran penyakit tuberkulosis adalah : 1). Pembentukan wadah kemitraan. 2). Mendorong keterlibatan dalam perencaan, pelaksanaan serta pemantauan. Para pemuda juga dapat memanfaatkan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) untuk membentuk komunikasi baik dengan pasien, memberikan informasi positif kepada pasien dan memberikan edukasi serta motivasi agar pasien TBC semangat untuk sembuh.

Giat-giat pemuda/pemudi dalam memutus mata rantai penularan penyakit TBC juga diterapkan di Banten dengan berperan langsung dalam :

1). Kegiatan Penyuluhan. Kegiatan penyuluhan mengumpulkan sejumlah 21 orang berdasarkan indeks atau pasien disekitar rumah mereka, yang kemudian kita edukasi bersama untuk mengetahui tentang bahaya penyakit TBC, gejala penyakit TBC, memberikan edukasi dan motivasi, serta menyampaikan cara pencegahannya.

2). Kegiatan Investigasi Kontak kepada kontak serumah dengan pasien dan kontak erat dengan pasien. Investigasi kontak adalah kegiatan bertemu dengan kontak serumah dengan pasien dan kontak erat atau orang yang sering berhubungan langsung dengan pasien TBC untuk dilakukan skrining, ditanyakan gejala utama penyakit TBC seperti apakah batuk lebih dari 2 minggu, kemudian ditanyakan juga tentang gejala lain seperti : sesak napas, berkeringat dimalam hari tanpa ada aktivitas, juga faktor risiko seseorang seperti : ibu hamil, lansia, Diabetes Melitus, dan Perokok.

Skrining TBC yang dilakukan secara tatap muka oleh para pemuda/pemudi Banten

Skrining yang dilakukan oleh pemuda/pemudi di Banten dilaksanakan dengan bertemu langsung agar hasil skriningnya dapat berkualitas. Jika hasil skriningnya sudah memenuhi gejala utama, gejala lain dan faktor risiko maka diminta dahaknya, waktu yang pas untuk pengambilan dahak adalah saat bangun tidur atau pagi-pagi, jika dahaknya sudah keluar kemudian dahaknya disimpan di pot dahak, setelah itu dibautkan surat rujukan ke fasyankes atau puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan. Sekitar 5-6 hari hasil pemeriksaannya akan keluar, jika hasilnya positif akan didampingi oleh pemuda/pemudi agar pasien minum obat tbc.

Pemuda/pemudi juga bisa berperan dalam pencegahan penyakit TBC dengan cara menyampaikan saat kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara pencegahan penyakit TBC diantaranya : 1). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2). Makan-makanan yang bergizi. 3). Rajin berolahraga. 4). Membuka pintu dipagi hari agar sirkulasi udara bisa masuk. 5). Menjemur Kasur dan bantal dipagi hari. 6). Mencuci tangan di air mengalir. 7). Tidak meludah sembarangan. 8). Memakai masker.

Mari pemuda/pemudi Indonesia, ambil peranmu untuk membantu eliminasi TBC di Indonesia. TOSS TBC “ Temukan Obati Sampai Sembuh.


Penulis : Subhan (Tim Eliminasi TBC Banten)

Editor : Winda Eka Pahla (Communication Staff)

KMP TB di Bone Programkan Desa Bebas TBC

Proses pendatangan dokumen kerjasama antara KMP TB Kahu Bone dengan Pemerintah Desa Mangenrang.

BONE – Kelompok Masyarakat Peduli Tuberkolosis atau disingkat KMP-TB Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan menggelar program Desa Bebas TB sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat dan pasien Tuberkolosis di Kecamatan Kahu. Salah satu desa dijadikan sebagai percontohan adalah Desa Maggenrang. Kegiatan ini diinisiasi bersama lembaga afiliasi Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkolosis Sulawesi Selatan (Yamali TB Sulsel) sejak tahun 2021 lalu, dengan menggandeng masyarakat dari beberapa kalangan dalam suatu kelompok kepedulian.

Seperti diungkapkan Ahmad Zailan S.P.,M.P. selaku Ketua KMP-TB, ini adalah bentuk kepedulian yang implemetatif. Ia mengakui tidak mudah menargetkan kebersihan tingkat desa dari sebuah kasus penyakit yang mudah menyebar seperti Tuberkolosis, akan tetapi ini adalah program jangka panjang yang akan terus dilakukan.

“Program ini akan kita laksanakan dalam beberapa tahun ke depan. Sebagaimana yang kami sepakati bersama pemerintah desa, orang tua kami di Desa Maggenrang,” ujar Zailan.

Gayung bersambut, Kepala Desa Mangenrang, H Nurdin menyampaikan antuasisnya dan menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bernilai dan mengedepankan pendekatan kekeluargaan yang membutuhkan banyak proses dan kesabaran.

“Terlebih kita harus mengenal aspek pemahaman masyarakat desa terkait kasus penyakit menular memang sangat sensitif untuk membahasnya,” katanya.

Forum KMP TB Kahu membahas rencana program Desa Bebas TBC

Turut hadir mengawal kegiatan tersebut pihak dari Puskesmas Kecamatan Kahu, Nuraidah E.S.Kep.NS., Saiful S.P., selaku SSR Yamali TB Kabupaten Bone bersama dengan Narasumber yang dihadirkan untuk membawakan materi peningkatan Kapasitas Anggota KMP-TB, Muhlis M.Kom.I.

Dalam materinya, Muhlis menyampaikan pentingnya melebur dengan masyarakat untuk menyentuh dan melihat pendekatan apa yang cocok digunakan bagi anggota KMP -TB untuk mewujudkan masyarakat Desa Bebas TB ini.

“Terkait keorganisasian Ketua dan Anggota Kelompok Peduli TB ini harus dinamis dan elastis dalam pergerakannya,” ujar Muhlis.


Penulis: Kasri Riswadi

Editor: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communication Staff)