Rapat Koordinasi Semester Tahun 2022 SSR Masyarakat Saehat Sriwijaya Banyuasin

                                                       Foto bersama SSR MSS Banyuasin bersama Dinkes Banyuasin dan pengelola program TB

Banyuasin, 22 Desember 2022 – SSR (Sub-Sub Recipient) Masyarakat Sehat Sriwijaya Banyuasin melaksanakan Rapat Koordinasi Semester Tahun 2022 pada 22 Desember 2022. Kegiatan rapat koordinasi kali ini dihadiri oleh Wasor TB Dinkes Banyuasin Yuliati, M.Kes, Petugas TB RS PMDT Metri Karlina, S.Kep.,Ners dan beberapa perwakilan pengelola TB Puskesmas, diantaranya Puskesmas Sukajadi, Puskesmas Petaling dan Puskesmas Tanjung Lago. Dari team SSR MSS Banyuasin sendiri dihadiri Kepala SSR, Koordinator Program dan Staff Finance serta Koordinator Kader turut berpartisipasi pada kegiatan tersebut yang  bertempat di kantor SSR MSS Banyuasin.

Dalam sambutannya, Kepala SSR MSS Banyuasin, Ira Susanti, M.Kes menyampaikan bahwa saat ini MSS Banyuasin sudah semaksimal mungkin untuk melakukan kegiatan pencarian suspek dan ternotif selama satu tahun ini.  Ia juga memiliki haraoan bahwa Dinas Kesehatan Banyuasin dapat optimal dalam memberikan dukungan baik secara fasilitas maupun  gagasan. “Kami berharap dari Dinkes Banyuasin dalam hal ini Wasor TB untuk bisa memberikan saran dan strategi untuk meningkatkan capaian agar TBC dapat segera tereliminasi di wilayah kita,” ungkap beliau.

Sedangkan dalam pemaparan hasil capaian oleh Koordinator Program SSR MSS Banyuasin, Diana Akhirya, S.Pd menyampaikan bahwa saat ini Banyuasin menduduki target terbanyak kedua se-Provinsi Sumatera Selatan. “Untuk suspek sendiri kita sudah melebihi target tahun ini, namun dari suspek tersebut baru 64% yang ternotifikasi dari target,” jelas Diana. Diana juga menambahkan bahwa Banyuasin sendiri memiliki pasien TBC RO (TBC Resisten Obat) sebanyak 16 orang yang terbagi di dua Rumah Sakit,  8 orang di RSUD Banyuasin dan 8 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

                                                                        Proses Diskusi Rapat Koordinasi di Kantor MSS Banyuasin

Pada kesempatan yang sama, Wasor TB Dinkes Banyuasin, Yuliati, M.Kes menyampaikan bahwa capaian di SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) sendiri sudah hampir 90% yang ternotifikasi untuk tahun ini. Yuliati pun menegaskan bahwa kerjasama dan koordinasi harus terus di kembangkan agar penginputan data dapat diimplementasikan dengan maksimal. “Dalam pencapaian tersebut kami mohon untuk petugas TB Puskesmas dan Tim MSS bekerja sama dalam proses penginputan untuk yang belum terinput, agar semua data dapat terekam dengan baik dan berkontribusi pada angka capaian kita,” tuturnya.

Ia juga menekankan kepada Pengelola TB bahwa mereka harus mempunyai strategi untuk melakukan pencarian suspek dari awal tahun agar target yang sudah ada dapat tercapai. Sedangkan untuk pendampingan TB RO, ia berharap agar SSR MSS Banyuasin dapat lebih selektif dalam melakukan pendampingan.


Penulis: Yari Romadhon Wiranto

Editor: Winda Eka Pahla

Kisah Inspiratif Penyintas TBC untuk Semangat Sembuh Melawan TBC

Ardiansyah, beliau biasa dipanggil Mas Ardi merupakan salah satu mantan pasien TBC RO yang saat ini menjadi Manjer Kasus TB RO di RSUD Abdoel Muluk Bandar Lampung. Di tahun 2015 beliau pernah mengalami batuk selama lebih dari 2 minggu lamanya dan akhirnya melakukan pemeriksaan di Puskesmas Permata Sukarame Bandar Lampung untuk dilakukan ronsen dan TCM, qadarullah beliau terkonfirmasi TBC di akhir tahun 2015.

Sempat khawatir karena beliau sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak yang masih berusia 7 tahun kala itu, maka istri dan anak dilakukan TCM dan hasilnya negatif. Mengetahu hak tersebut, akhirnya beliau melakukan isolasi dirumah orang tua nya untuk mencegah agar anaknya tidak tertular penyakit TBC, dan beliau melakukan pengobatan selama 9 bulan lamanya.

                                                                     Mas Ardi didampingi Ibu Irma Syafitri (PS TB RO) saat pengobatan TB RO

Tiga bulan setelah selesai pengobatan kategori ke 1, beliau mengalami batuk kembali yang disertai darah. Kemudian beliau dibawa ke RSUD Abdoel Muluk untuk dilakukan rontgen serta TCM kembali dan hasilnya beliau di diagnosa MDR TB RO di bulan November 2016. Selama pengobatan, beliau di damping oleh Pasien Supporter yang bernama Ibu Irma Syafitri. Saat menjalani pengobatan pun beliau sempat mengalami efek samping pusing, mual dan muntah hampir setiap hari sehingga membuat beliau harus berhenti bekerja selama 5 bulan karena efek samping obat tersebut.

Terlepas dari segala kesulitannya, alhamdulillah , beliau diberikan mental yang sangat luar biasa. Walaupun didiagnosa TBC, namun beliau masih tetap ceria dan bersemangat untuk sembuh dan ikut memberikan motivasi kepada teman-teman seperjuangannya. Kegigihannya pun menghasilkan kabar baik yang mana pada November 2018 beliau dinyatakan sembuh total oleh pihak Rumah Sakit. Setelah sembuh dari TBC, beliau tak pernah berhenti mengedukasi dengan menjadi narasumber saat teman-teman pasien supporter (PS TB RO) melakukan penyuluhan di Puskesmas-puskesmas. Dan total pengobatan yang dijalani beliau hingga sembuh yaitu selama 25 bulan.

                                                        Mas Ardi saat memberikan edukasi kepada pasien TB RO di RSUD Abdoel Muluk
        Mas Ardi koordinasi dengan keluarga pasien TBC RO. Beliau menyampaikan bahwa peran keluarga sangatlah penting dalam menunjang kesembuhan pasien TBC RO

Satu bulan setelah dinyatakan sembuh, sekitar bulan Januari 2019, beliau diajak bergabung untuk menjadi pasien supporter (PS TB RO), mendampingi dan memotivasi teman-teman pasien lainnya dalam melakukan pengobatan. Beliau menjadi penggerak pada pendirian komunitas, sekaligus menjadi ketua yang ia dan rekan-rekannya namai sebagai  BASMI dan AKHIRI TB RO atau yang biasa disingkat BADAK TB RO di tahun 2019. Saat ini komunitas tersebut telah berganti nama dan lebih dikenal sebagai komunitas Sobat Sehat Lampung (SATSET).

Mas Ardi bersama tim TB RO RSUD Abdoel Muluk Bandar Lampung

Alhamdulillah di bulan Oktober 2021 hingga saat ini beliau sudah menjadi Manajer Kasus TBC RO di wilayah RSMT RSUD Abdoel Muluk. Dengan pengalaman yang telah dilalui, menjadikan beliau semakin kuat dalam menjalani kehidupannya. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, di setiap sakit pun pasti ada obatnya. Beliau belajar artinya sabar, ikhlas dan pengorbanan. Semangat sehat untuk teman-teman yang sedang berjuang dalam menjalani pengobatan, jangan pernah menyerah, yakinlah kalian pasti akan sembuh dan dapat beraktivitas kembali seperti semula.


Penulis : Tyas Ayu Kistiani

Editor: Winda Eka Pahla

The Inspiring Women is Nurika Novi Yanti

Berbuat kepada sesama, tak harus menunggu sampai memiliki waktu senggang. Dengan apa yang ia miliki semua bisa segera mungkin untuk melakukan kebaikan dan memberi kebermanfaatan. Tak perlu jabatan atau status yang tinggi untuk bisa memberikan kontribusi kepada orang lain. Kebaikan bisa muncul dari mana saja, termasuk dari sosok sederhana dalam keseharian.

Nurika Novi Yanti atau akrab di panggil Nurika merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di jalan Veteran Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu Lampung. Selain menjadi Ibu rumah tangga yang baik untuk keluarganya, Nurika juga di kenal lingkungan wanita yang aktif, ramah serta peduli dengan kesehatan yang ada di lingkungannya.

Ibu dua anak ini patut di apresiasi karena terlibat aktif menunjukan kepeduliannya terhadap lingkungan terutama dalam dunia kesehatan lingkungan. Sejak tahun 2011 lalu, Nurika telah memulai perjuangannya di bidang kesehatan, terutama memberikan semangat bagi masyarakat yang mengidap penyakit Tuberkolosis ( TBC ). Namun perjuangannya itu sempat terhenti pada tahun 2013 hingga 2014 akhir.

Pada awal tahun 2017, Nurika kembali meneruskan perjuangannya ia bergabung dengan komunitas TB-HIV Care milik Aisyiyah. Hal ini berlangsung hingga akhirnya di tahun 2020 Nurika pun terlibat dan ikut berperan pada Inisiatif Lampung Sehat Kabupaten Pringsewu. Nurika sangat aktif berkeliling dan membantu masyarakat. Ia juga dibantu oleh Pemerintah dalam pemberantasan penyakit TBC yang ada di Pringsewu. Pola yang digunakan Nurika sangatlah sederhana, seperti pelacakan dari orang Positif TBC ( Tracing TBC ) hingga sosialisasi bahaya Tuberkolosis kepada masyarakat yang ada di lingkungannya.

Nurika Novi Yanti – Kader ILS Pringsewu lakukan investigasi kontak kepada keluarga pasien TBC

Satu dekade sudah dirinya berperan aktif di lingkungan tempat ia tinggal bersama keluarga. Dengan cita-cita sederhana, ia mampu menjadi pribadi yang bermanfaat dengan menciptakan lingkungan sehat bebas TBC. Meski dirinya telah lama berperan aktif dalam pemberantasan TBC namun menurutnya masih banyak pekerjaan rumah yang harus di selesaikan secara bersama dengan semua pihak. Satu hal yang menjadi catatan dalam perjuangannya ini, yaitu membangun dan menciptakan kesadaran masyarakat yang peduli akan hidup sehat dan terbebas dari stigma negatif  TBC. Edukasi kepada masyarakat terkait TBC adalah penyakit yang bisa di sembuhkan serta bukanlah penyakit yang perlu di anggap memalukan apabila di ketahui orang lain ataupun lingkungan sekitarnya ini menurutnya belum tuntas ia wujudkan.

“Membangun kesadaran masyarakat itu yang sulit, kalau hanya tracing dan tracking itu kan kita sudah tahu peta nya. Namun setelah kita berkunjung lalu memberikan pejelasan sampai puncaknya masyarakat yang kita cerahkan tersebut terpanggil kesadarannya pergi ke Puskesmas ini yang berat dan butuh kesabaran extra,” ungkap Nurika.

Kesadaran dirinya yang tinggal di lingkungan padat penduduk yang berada di pusat kota Pringsewu, keberagaman serta sikap acuh lingkungan masyarakat perkotaan menambah berat perjuangan. “Namun jika hal ini membuat lemah diri kita sudah barang tentu jauh api dari panggang tercipta lingkungan sehat dan terbebas dari TBC”, pungkasnya.


Penulis : Muhammad Iqbal Wahid Triyono (SSR Kab. Pringsewu)

Editor: Winda Eka Pahla

Kader sebagai TB Warrior Sejati Guna Mencapai Eliminasi TBC di Kabupaten Sidoarjo

Kader SSR Sidoarjo melakukan skrining di tempat indeks kasus

Penyakit TBC tetap menjadi salah satu penyakit menular dan mematikan di dunia. Kasus tersebut juga menjadi bayangan kelam untuk Kabupaten Sidoarjo dimana angka notifikasi kasus TBC di Sidoarjo hingga Oktober 2022 mencapai 3.287 kasus berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Angka tersebut juga menempatkan Kabupaten Sidoarjo berada di urutan ke tiga dengan Kabupaten/Kota yang memiliki kasus TBC tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Berbagai program pencegahan dan penanggulangan TBC telah dilakukan melalui peran lintas sektor maupun lintas program. Membangun jejaring dengan komunitas dan organisasi masyarakat pun menjadi strategi jitu untuk menghadapinya. Bentuk implementasi nyata adalah keterlibatan Kader kesehatan dalam Pencegahan dan Penanggulangan TBC di Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.

Kader kesehatan adalah ujung tombak pelaksanaan segala program kesehatan di masyarakat dan tenaga sukarela sejati yang dipilih dari, oleh, serta untuk masyarakat dimana Kader harus senantiasa bekerja secara ikhlas, mau dan mampu melaksanakan program kesehatan, mengedukasi dan memotivasi masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat. Begitu pula dengan Kader TBC komunitas yang juga merupakan bagian dari kader kesehatan yang fokus melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan TBC di masyarakat dan biasa kami sebut dengan nama TB Warrior. Istilah Warrior sejujurnya tidak cukup untuk mengungkapkan begitu besarnya perjuangan dan pengorbanan Kader TBC guna mencapai eliminasi TBC di Sidoarjo. Sosok yang tidak pernah putus asa, bekerja tanpa pamrih, konsisten dalam mencapai tujuan yang ditargetkan, serta penuh keyakinan dan tekad ini tidaklah cukup dihargai oleh apapun. “Peran 39 kader sebagai TB Warrior di Kabupaten Sidoarjo sangatlah besar. Perkembangan capaian pelaksanaan investigasi kontak dan case finding dari semester 1 tahun 2022 ke semester 2 tahun 2022 sangatlah nampak, dimana terdapat peningkatan 10,85% untuk case finding dan 7,92% untuk pelaksanaan investigasi kontak rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo”, ungkap Ayu, Staf Program SSR Yabhysa Sidoarjo.

Penyebutan Kader SSR Yabhysa Sidoarjo sebagai TB Warrior tentunya dilandaskan karena beberapa hal. Adanya 18 Kecamatan dan 27 Puskesmas yang terletak di Sidoarjo ternyata dapat diintervensi oleh 39 Kader SSR Yabhysa Sidoarjo. Bahkan Kecamatan dengan wilayah terluas yaitu Kecamatan Jabon hanya memiliki 2 kader aktif. Begitu pula dengan Kecamatan Sedati yang hanya memiliki 3 kader aktif. Selain cakupan wilayah Kabupaten Sidoarjo yang sangat luas, kelengkapan identitas indeks kasus turut menjadi tantangan bagi kader SSR Yabhysa Sidoarjo. Identitas alamat indeks kasus yang hanya menyebutkan RT dan RW tanpa adanya nomor rumah menjadi kendala dan sekaligus tantangan dalam hal pelacakan atau investigasi kontak. Hal ini nampak dari pernyataan Ibu Dyah kader SSR Yabhysa Sidoarjo saat berkomunikasi dengan staff program. “Wilayah Kecamatan Sukodono sangatlah luas. Rumah saya ujung utara, sedangkan indeks kasus berada di ujung timur, selatan dan barat. Saya sudah jauh-jauh kesana, hujan dan malam hari karena pagi mayoritas bekerja ternyata tetap saja tidak ketemu orangnya. Otomatis investigasi kontak 1 indeks kasus tidak cukup hanya dilakukan sehari. Besok dan besoknya lagi saya kunjungi ulang. Itu yang sering saya temui saat investigasi kontak,” ucap beliau. Kabupaten Sidoarjo juga merupakan daerah industri dengan total 961 perusahaan yang terdiri dari 664 perusahaan industri besar dan 297 perusahaan industri kecil yang tentunya banyak masyarakat nomaden sehingga ketika pendatang yang berdomisili di Kabupaten Sidoarjo ini menjadi indeks kasus maka akan lebih susah untuk melacak karena sering berpindah-pindah.

Kader SSR Sidoarjo berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain untuk memberikan edukasi terkait TBC

Kendala ini ternyata sering dihadapi oleh Kader. Hal tersebut pun dipertegas oleh penyataan Ibu Siti Setiyani selaku Kepala SSR Yabhysa Sidoarjo dalam diskusi kegiatan DPPM tanggal 8 Desember 2022 lalu. “Informasi identitas pasien LTFU di RT A setelah dilacak hingga ditanyakan kepada ketua RT ternyata tidak ada nama pasien tersebut. Kemudian bertanya ke Ketua RT B ternyata namanya saja yang sama namun setelah dikunjungi orangnya bilang tidak pernah sakit TBC dan ternyata NIK berbeda. Sebelumnya dihubungi via telepon tidak diangkat akhirnya ditanyakan di semua Ketua RT di RW bersangkutan dan ketemulah di RT C yang ternyata pasien merupakan warga nomaden yang kos di RT tersebut dan tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar sehingga jarang ada yang mengenal. Walaupun susah mencari, bersyukurnya pada kunjungan kedua, pasien mau melanjutkan pengobatan”. Nah, hal-hal seperti ini yang patut diapresiasi dari kinerja kader SSR Yabhysa Sidoarjo.

Selain tantangan dalam hal pelacakan atau investigasi kontak, tantangan memotivasi kontak serumah atau kontak erat bergejala untuk tes dahak pun ikut berperan. Kader tidak hanya datang satu kali bahkan bisa sampai tiga kali agar kontak berkenan melakukan tes dahak. Hal ini serupa dengan tantangan pelacakan kasus Lost to Follow Up (LTFU) di Kabupaten Sidoarjo. Namun karena tekad Kader yang besar, maka segala kegiatan baik investigasi kontak ataupun penemuan kasus tetap bisa dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan beberapa hasil penelitian dimana menurut Sulaeman dkk (2016) dalam Jurnal Kedokteran Yarsi menjelaskan bahwa modal sosial kader yang meliputi dimensi relasional, kognitif, dan struktural berperan dalam penemuan kasus TB (Case Detection Rate/CDR). Dimensi relasional meliputi komunikasi dan kerjasama. Dimensi kognitif meliputi saling percaya, kepedulian dan perasaan memiliki dalam keluarga, masyarakat, kader serta petugas kesehatan. Dimensi struktural meliputi perkumpulan masyarakat serta jaringan sosial.

Semua perjuangan dan pengorbanan Kader TB Warrior SSR Yabhysa Sidoarjo di semester 2 tahun 2022 ini berujung pada peningkatan capaian program pada indikator output dan peningkatan rating Global Fund SSR Yabhysa Sidoarjo 1 tingkat dari rating semester sebelumnya. Peran Kader inilah yang patut diberikan apresiasi melalui penghargaan TB Warrior. Apresiasi ini penting sebagai bentuk motivasi kepada Kader untuk lebih semangat lagi dan karena kegiatan apresiasi menyangkut kegiatan melihat, mengamati, menilai dan menghargai suatu karya. Seorang pejuang harus menjaga agar tidak pernah patah semangatnya. Untuk memperoleh sekuntum bunga mawar yang indah, kita harus rela duri menusuk jari kita. Begitulah pengorbanan dan kerja keras kader TB warrior SSR Yabhysa Sidoarjo dimaknai dalam perjuangannya mencapai eliminasi TBC di Kabupaten Sidoarjo.


Penulis : Sri Rahayu, S.KM (Staf Program SSR Yabhysa Sidoarjo)

Editor: Winda Eka Pahla

Kolaborasi Kuat, Semangat Kader Meningkat, Capaian Dahsyat

Pada 27 Oktober 2022 lalu Word Health Organization (WHO) menginformasikan bahwa Indonesia kembali menjadi peringkat ke 2 dengan estimasi beban tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India. Diperkirakan kasus TBC di Indonesia mencapai 969.000 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 144.000 kasus. Seiring dengan hal tesebut, Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menargetkan 90% kasus TBC terdeteksi pada tahun 2024 saat pertemuan Global Fund Replenishment Conference Ke- 7 di New York, Amerika Serikat pada September 2022 lalu. Hal tersebut tentunya perlu digalakan mengingat masih banyaknya beberapa masalah yang timbul di masyarakat seperti kondisi di lapangan lingkungan dengan tatanan rumah yang menyatu dengan kandang ternak, jendela rumah tertutup sepanjang hari,  anggapan masyarakat batuk yang lama merupakan batuk biasa, kurangnya penerapan perilaku hidup bersih, serta adanya anggapan bahwa tuberkulosis adalah penyakit aib/turunan/kutukan sehingga tidak sedikit pasien TBC yang diasingkan. Pandemi COVID-19 beberapa tahun belakangan ini juga memberikan sumbangsih terhadap perlambatan penanggulangan TBC. Banyak masyarakat enggan melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami batuk karena takut di diagnosis penyakit COVID-19. Sehingga, edukasi secara lengkap dan terus menerus, penemuan aktif secara intensif dan massif berbasis keluarga melalui kegiatan investigasi kontak penting terus dilakukan untuk mendukung percepatan penemuan kasus tuberkulosis di Indonesia.

Adanya Kader TBC Komunitas dapat menjadi salah satu solusi dalam edukasi dan penemuan kasus secara optimal. PERMENKES RI No. 8 Tahun 2019 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan menjelaskan bahwa Kader Pemberdayaan Masyarakat Kesehatan/ Kader adalah orang yang dipilih dan dilatih menggerakan masyarakat di bidang kesehatan seperti penanggulangan penyakit menular/tidak menular. Mereka menjadi penggerak masyarakat dalam upaya kesehatan sesuai kewenangannya, penggerak pelayanan kesehatan dasar, penyuluh kesehatan kepada masyarakat, pencatat kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dan pelapor jika ada permasalahan atau kasus kesehatan setempat pada tenaga kesehatan. Dan Sub- Sub Recipient  Mentari Sehat Indonesia (SSR MSI) Kab. Banjarnegara selaku bagian dari eliminasi TBC di Indonesia saat ini memiliki jumlah Kader  TBC Komunitas sebanyak 62 orang yang tersebar di 30 puskesmas.

Selain pengoptimalan investigasi kontak dan komitmen oleh Kader, SSR MSI Kab. Banjarnegara juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal itu dilaksanakan seperti kolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kab. Banjaregara dalam implementasi program, bekerjasama dengan akun media Banjarnegara seperti Pemerintah Kab. Banjarnegara, Banjarnegara Terkini, Banjarnegara Zone, Info Cepat Banjarnegara, Instam Banjarnegara, Banjarnegara Repost dan Selebgram Banjarnegara untuk ikut berperan dalam edukasi tuberkulosis dengan membantu me-repost konten edukasi yang SSR Banjarnegara buat, serta berkolaborasi dengan Kita Peduli Banjarnegara dalam memberikan bantuan sembako dan transportasi ke layanan kesehatan evaluasi pengobatan pasien pendampingan yang kurang mampu.

Bicara mengenai kolaborasi, baru- baru ini Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara melalui Wakil Supervisor Dinas. Kesehatan Kab. Banjarnegara memberikan apresiasi kepada Kader TBC Komunitas atas kontribusi yang telah dilakukan melalui Staff Program SSR MSI Kab. Banjarnegara berupa pemberian kaos kegiatan guna menambah semangat kader. Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara dan SSR Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara meyakini bahwa kolaborasi yang kuat akan berpengaruh tehadap semangat kader sehingga harapannya membantu capaian pelacakan dan penemuan kasus tuberkulosis yang dahsyat.“Pengelolaan kader merupakan tanggung jawab kita bersama” jelas Wakil Supervisor Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara, sehingga pemberian apresiasi tersebut tidak hanya sekedar apreasiasi namun juga sebagai tanda kasih Dinas Kesehatan terhadap kader.

Pemberian reward berupa kaos bagi seluruh Kader TBC Komunitas SSR Banjarnegara

Sejauh ini, Kader SSR MSI Kab. Banjarnegara berhasil membantu Puskesmas melakukan kegiatan sebagai berikut : Semester 1 Tahun 2021 berhasil mengumpulkan 2943 terduga tuberkulosis, 159 investigasi kontak, 31 kasus ternotifikasi. Semester 2 Tahun 2021:  berhasil mengumpulkan 2484 terduga tuberkulosis, 326 investigasi kontak, 82 kasus ternotifikasi, 5 TPT. Semester 1 Tahun 2022: berhasil mengumpulkan 310 terduga tuberkulosis, 449 investigasi kontak, 154 kasus ternotifikasi, 5 TPT. Semester 2 tahun 2022 berhasil mengumpulkan 993 terduga tuberkulosis, 616 investigasi kontak, 198 kasus ternotifikasi, 20 TPT. Semester ini merupakan capaian terbesar kader sepanjang keberjalanan program.

Dengan capaian tersebut, harapannya semangat Kader TBC Komunitas menular ke kita semua. Mari bersama mengambil peran, ikut mengubah jalannya sejarah, mencegah dan mengurangi kesakitan akibat tuberkulosis menuju Eliminasi Tuberkulosis Indonesia 2030. Kenali tanda dan gejala tuberkulosis yakni batuk lebih dari 2 minggu, demam dan meriang dalam jangka waktu yang panjang; sesak nafas dan nyeri dada; berat badan menurun; nafsu makan yang menurun; berkeringat di malam hari meski tanpa melakukan kegiatan. Ajak orang sekitar dengan gejala- gejala tersebut untuk melakukan pemeriksaan segera ke layanan kesehatan terdekat atau hubungi langsung kader kesehatan terdekat untuk dilakukan pendampingan ke Puskesmas. Semoga ke depan kolaborasi semakin kuat, Semangat kader meningkat, Capaian semakin dahsyat. Salam sehat.\


Penulis: Saroh, S. Kep

Editor: Winda Eka Pahla

Praktik Baik Pemberian TPT untuk Balita yang Tinggal Serumah dengan Pasien TBC

Proses edukasi TPT kepada Keluarga Pasien TBC Aktif

Penanggulanan TB laten dengan pemberian TPT (Terapi Pencegahan Tuberkulosis) pada balita yang kontak / tinggal serumah dengan penderita TBC aktif sudah mulai digaungkan pada tahun 2016. Namun, hingga kini implementasi terkait program tersebut masih kurang.

Beberapa kendala yang di temukan dilapangan khususnya SSR Tulang Bawang Barat yaitu kurangnya pemahaman masyarakat, seringnya pergantian pemegang program TBC di PKM, minimnya alat untuk deteksi TB pada anak ( Tuberkulin tes) dan keterbatasan PP INH yang tersedia ( tahun 2021), serta banyak anak  yang seyogyanya mendapatkan TPT namun obat tidak memadai, dan kalaupun diberikan dikhawatirkan terapi yang diberikan tidak sampai selesai. Dari sekian  banyak kendala yang ada terkait pemberian TPT, alhamdulillah kader Kesehatan Inisiatif Lampung Sehat Kabupaten Tulang Bawang Barat menemukan dan melakukan pendampingan pada balita yang tinggal satu rumah dengan pasien TBC aktif.

Sebut saja Klarisa berumur 3 tahun, saat ibunya di diagnosis TBC paru  pada akhir tahun 2021, dia beserta kakaknya yang berusia 7 tahun dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan di fasyankes Karta Raharja. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, pasien TBC dampingan Kader Kesehatan ILS dianjurkan untuk mendapatkan Terapi TPT (PP INH) selama 6 bulan. Pada awalnya, sang Ibu ragu karena anaknya tidak ada keluhan apapun, namun setelah dijelaskan oleh Kader Kesehatan wilayah kerja PKM Karta Raharja kecamatan Tulang Bawang Udik   (Eka Susiana) berserta petugas Puskesmas (Sri Mudenik) tentang pentingnya TPT, dikemudian hari sang Ibu setuju untuk melakukan  TPT pada ke dua anaknya.

Selanjutnya, TPT mulai diberikan pada bulan November tahun 2021. Selama pemberian TPT, sang Ibu menyatakan bahwa tidak ada keluhan apapun pada anaknya. Bahkan setelah 2 bulan pemberian, nafsu makan anaknya meningkat, tidak mudah sakit, yang biasanya sering meriang ( demam dan batuk pilek) selama pemberian TPT berkurang keluhan tersebut. Berat badan yang meningkat juga membuat sang Ibu tidak ada alasan untuk menghentikan TPT. Sampai akhirnya, TPT selesai di berikan pada bulan Mei tahun 2022 pada anak Klarisa dan kakaknya. Alhamdulillah TPT Balita sukses dilakukan selama 6 bulan hingga selesai oleh satu keluarga di Kec. Tulang Bawang Udik Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Harapannya, semoga seluruh masyarakat dapat lebih paham dan mengerti terkait fungsi dari TPT ini. Tentunya agar angka beban TBC Indonesia dapat menurun dan melindungi generasi masa depan agar terhindar dari ganasnya penyakit TBC.


Penulis: Novi Misriyanti (PO SSR Tulang Bawang Barat)

Editor: Winda Eka Pahla

Pemangku Kepentingan Perlu Perkuat Kolaborasi untuk Meningkatkan SPM TB

Laporan Badan Kesehatan Dunia atau WHO per Oktober tahun 2022, Indonesia saat ini adalah negara dengan penyumbang kasus TBC nomor dua di dunia dengan estimasi beban kasus 969.000 dengan kematian di angka 144.000 atau 16 orang meninggal setiap jamnya.

Kasus TBC di Indonesia yang terus meningkat menjadi masalah bersama di Indonesia, mengingat kasus TBC adalah penyakit dengan jumlah kematian terbanyak di Indonesia. Hal tersebut dikemukakan langsung oleh Andi Juli Junus selaku Penanggungjawab Program Tuberkulosis (TB) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

“Berdasarkan data terbaru, negara kita menjadi negara nomor dua dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah setahun sebelumnya hanya berada di urutan ketiga setelah India dan Cina. Saat ini kasus kita sudah lebih tinggi dari Cina,” ungkapnya.

Hal tersebut ia paparkan dalam kegiatan Konperensi Pers pernyataan bersama upaya kolaborasi penanggulangan Tuberkulosis, yang dilaksanakan oleh SSR Yamali TB Kota Makassar, di Hotel Khas Makassar, Jumat, 23 Desember 2022.

Sejumlah hal juga dikemukakan Julia Junus, seperti masih tingginya angka kasus TBC karena diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya kolaborasi antar komunitas, mekanisme dan upaya rujukan pemeriksaan terduga pasien yang masih rendah, kurangnya edukasi dan strategi komunikasi terkait TBC, serta belum adanya penganggaran SPM (Standar Pelayanan Minimal) untuk TBC.

Kaitan dengan hal tersebut, sebelumnya dr. Ashari selaku Ketua tim District Based Public Private Mixed (DPPM) Kota Makassar memberikan beberapa saran. “Ada berbagai faktor yang membuat sulitnya proses eliminasi TB di Indonesia khususnya di kota Makassar, untuk itu perlu adanya pertemuan DPPM, kemudian melakukan pendataan lalu buatkan lagi pertemuan bagi jejaring DPPM yang ada,” ungkapnya.

Diketahui, sebelumnya atau tepatnya November lalu, dilakukan pertemuan komunitas dan pemangku kepentingan jejaring DPPM untuk Optimalisasi Pemenuhan Standar Pelayan Minimal Terkait Layanan TBC ini diikuti oleh berbagai pihak di antaranya Bangda Kemedagri, ADINKES Pusat, ADINKES Wilayah, Bappeda Kota Makassar, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Ikatan Dokter Indonesia, hingga Asosiasi Klinik kota Makassar, serta beberapa perwakilan rumah sakit pemerintah dan swasta serta Puskesmas dan Kilinik percontohan.

Koordinator Program Yamali TB, Kasri Riswadi menjelaskan bahwa melalui pertemuan tersebut, diusulkan beberapa strategi kolaborasi dalam upaya pemenuhan standar layanan sebagai upaya peningkatan penemuan kasus baru TBC, di antaranya  perlunya penguatan mekanisme dan upaya rujukan pemerikasaan orang terduga TBC dengan kolaborasi komunitas dan fasilitas layanan kesehatan(faskes),  optimalisasi strategi komunikasi TBC melalui pengembangan media KIE dan peningkatan keterampilan komunikasi persuasif bagi SDMK dan kader komunitas. , serta adanya integrasi kolaborasi multipihak untuk SPM dan jejaring DPPM dalam kerangka kerja FMS dan perencanaan partisipatif untuk penganggaran SPM TBC.

Kasri berharap, usulan strategi kolaborasi tadi dapat membantu menyukseskan kegiatan eliminasi TBC di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar.


Penulis : Kasri Riswadi

Editor: Winda Eka Pahla

Perjuangan Manajer Kasus & Pasien Supporter Mencari dan Membujuk Pasien untuk Memulai Pengobatan TBC

Dalam usaha untuk eliminasi TBC di Indonesia, Tim TBC RO Lampung mencari dan mengunjungi rumah Bapak Firmansyah berusia 42 tahun yang berada di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Beliau merupakan salah satu pasien TBC RO yang terkonfirmasi di Puskesmas Labuhan Maringgai pada tanggal 27 Agustus 2022.

Tim TB RO Lampung lakukan kunjungan kerumah pasien TB RO di Labuhan Maringgai Lampung Timur

Namun, hingga bulan November 2022, pasien belum berkenan dan menolak untuk menjalani pengobatan TBC. Terlebih pasien tersebut berprofesi sebagai nelayan sehingga sulit untuk di temui oleh Kader TBC Komunitas dan Petugas TBC PKM Labuhan Maringgai setempat dikarenakan pasien lebih sering berada di laut. Sehingga untuk memudahkan kunjungan, baik Kader dan Petugas PKM meminta bantuan kepada pihak perangkat desa, pihak terkait dan keluarga pasien agar pasien kooperatif untuk dikunjungi saat berada dirumah. Hal tersebut pun ditindak lanjuti dengan pemberian mengedukasi kepada  pihak keluarga agar Bapak Firmansyah berkenan untuk datang ke RSUD Jendral Ahmad Yani Metro agar segera melakukan pengobatan dan meminimalisir penularan ke warga sekitar.

Setelah hampir 2 bulan di tunggu kedatangannya di RSUD Jendral Ahmad Yani Metro, pasien tidak juga kunjung datang ke Rumah Sakit. Akhirnya pada tanggal 1 November 2022, Tim TBC RO Lampung yaitu Ulfatun Nissa (MK), Sinungono (PS), dan Ahmad Hidayatulloh (PS) mencari keberadaan Bapak Firmansyah  yang mana kabar terbaru dari pihak keluarga bahwa beliau sudah tidak bisa melaut lagi. Setelah dicari informasi dari beliau, ternyata beliau belum berkenan menjalani pengobatan di karenakan terkendala BPJS yang faskesnya masih berada di PBI DKI Jakarta, karena pasien sebelumnya tinggal di Jakarta.

Edukasi pasien dan keluarga serta membujuk pasien agar melakukan pengobatan

Mengetahui kendala tersebut, pada hari itu Tim TBC RO langsung menghubungi pihak Pemerintahan Desa agar membantu untuk mempermudah pembuatan BPJS PBI Lampung Timur. Pada tanggal 4 November 2022 respon cepat dari Pemerintahan Desa Margasari diterima dan langsung di buatkan SKTM dan penginputan ke DTKS Desa.

Ulfatun Nissa (MK TB RO) dan Sinungono (PS TB RO) koordinasi dengan Dinas Sosial
MK dan PS TB RO lakukan koordinasi dengan Kepala P2P dan Wasor Lampung Timur terkait BPJS dan pengobatan pasien TB RO

Setelah pemberkasan selesai seperti perpindahan KK dan penginputan, pada tanggal 14 November 2022 Tim TBC RO Lampung langsung mengajukan permohonan untuk BPJS PBI Daerah Lampung Timur ke Dinas sSsial dan Dinas Kesehatan Lampung Timur serta melakukan pemblokiran BPJS PBI DKI Jakarta di kantor BPJS Sukadana. Pada hari itu juga, pihak Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Lampung Timur langsung memberikan ACC persetujuan dan diharapkan dapat menunggu pengaktifan di tanggal 1 Desember 2022.

Pasien lakukan pengobatan di RSUD Jendaral Ahmad Yani Metro Lampung

Akhirnya pada tanggal 3 Desember 2022 pasien datang ke RSUD Jendral Ahmad Yani Metro didampingi oleh petugas pemegang program TB PKM Labuhan Maringgai untuk memulai baseline dan trial pengobatan. Sampai saat ini, pasien bersemangat lakukan pengobatan dan sudah bisa beraktivitas normal kembali. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses Tim TBC RO Lampung bertemu dengan Bapak Firmansyah. Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan yang sudah dilimpahkan. Tetap semangat untuk Bapak Firmansyah! kami siap mendampingi hingga Bapak sembuh secara tuntas.


Penulis: Ulfatun Nissa (MK TB RO Lampung)

Editor: Winda Eka Pahla

Komunikasi yang Baik dan Totalitas adalah Kunci Keberhasilan Pendampingan Pasien TBC RO

Banyuasin, 20 Desember 2022. Penyakit TBC merupakan penyakit yang tidak hanya menyerang fisik, namun penyakit ini juga dapat menyerang mental seseorang yang terkena. Terlebih untuk golongan pasien TBC RO (Resisten Obat) dengan lamanya durasi pengobatan, sehingga sangat di butuhkan sekali pendampingan oleh kader atau pasien suporter (PS) untuk selalu berkomunikasi secara efektif dengan pasien tersebut.

Kader pendamping sangat berpengaruh sekali terhadap kesembuhan pasien tersebut. Dengan adanya komunikasi yang baik, nyaman serta totalitas, kita tentunya dapat merasakan keadaan emosional pasien yang terkena penyakit ini.

Pendampingan pasien TB-MDR BPK. Aswani
Pendampingan pasien TBC RO oleh Bapak Aswani

Menurut Deka Sutrisna selaku Pasien Suporter (PS) Banyuasin, kunci keberhasilan dalam kesembuhan pasien TBC RO di wilayah Banyuasin yang utama adalah komunikasi yang baik dan totalitas antara PS dengan pasien tersebut. Cara memperlakukan pasien tersebut dengan sangat baik dan penuh kesabaran seolah-olah kita merasakan apa yang dirasakan oleh pasien tersebut akan membuat pasien merasa nyaman untuk menyampaikan apa yang mereka keluhkan.

Dengan begitu, komunikasi yang terjalin dengan baik kepada pasien akan memudahkan pengobatan hingga mereka dinyatakan sembuh. Kepercayaan pasien kepada Pasien Suporter juga meningkat dengan adanya pendekatan tersebut. Di kabupaten Banyuasin sendiri, proses tersebut sudah mulai di praktekan dan memang benar adanya bahwa pasien merasa terbantu dengan pelayanan yang totalitas oleh kader atau pasien suporter tersebut.

Dalam hal ini, Deka Sutrisna mempunyai strategi yang baik dalam pendampingan pasien TBC RO karena kesembuhan pasien adalah yang paling di prioritaskan untuk mencapai target 2030 Indonesia bebas TBC. Deka Surtrisna juga mengatakan bahwa pekerjaan ini adalah hal yang mendekatkan kita kepada hal yang baik. “Saya jadikan ini menjadi amal jariyah kita dengan ikhlas agar apa yang sudah kita lakukan untuk pendampingan kepada pasien tersebut bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.

Di akhir pembicaraan, ia juga menyampaikan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu kita tanam dalam menjadi Pasien Suporter. “Kita lakukan dengan ikhlas dan totalitas, dan yang paling penting kita harus tetap bersemangat untuk menuntaskan eliminasi TB 2030. Pejuang tangguh kader TBC di Indonesia,” tutup beliau.


Penulis: Deka Sutrisna

Editor: Winda Eka Pahla

Tiga Tahun Perjalanan Menjadi Kader TBC Wilayah Puskesmas Ngroto

Kunjungan Kader TBC Komunitas ke rumah pasien

Berawal dari keluarga bapak, ibu, suami dan anak saya sendiri terkena TBC menjadi motivasi dan penyemangat bagi saya menjalankan amanah menjadi kader TBC. Pertama kali dilapangan mencari suspek, saya ditemani oleh programer TBC Puskesmas Ngroto, Blora, Jawa Tengah. Ketika dilapangan, saya menemui berbagai macam karakter orang yang terkena TBC. Setiap pencarian suspek dilingkungan tempat tinggal indeks kasus, alhamdulilah saya selalu mendapatkan hasil 20 kontak yang di investigasi. Hal tersebut dapat dicapai karena saya selalu memotivasi keluarga yang tinggal satu rumah dengan indeks kasus untuk mengikuti tes laboratorium atau tes dahak. Adapun yang balita, untuk keluarga saya arahkan untuk diberikan TPT (terapi pencegahan TBC). Setelah melakukan investigasi kontak, saya selalu memberikan nomor handphone saya dan meninggalkan pesan kepada mereka jika ada yang batuk lebih dari dua minggu untuk segera menghubungi saya agar mengikuti tes dahak.

Sistem investigasi kontak saya sudah berjalan dengan lancar selanjutnya terhambat pandemi COVID-19. Perjalanan saya tak selancar sebelumnya. Ketika pandemi, saya dipercaya untuk menjadi tim treacer dalam membantu penanganan pandemi COVID-19. Pada momen inilah saya pergunakan dengan baik untuk mendapatkan suspek sebanyak-banyaknya. Mereka yang gagal vaksin kami arahkan langsung mengikuti tes dahak, yang akhirnya kami mendapatkan suspek positif TBC dari proses tersebut. Setelah menemukan suspek positif, saya bersama programer dan dibantu petugas bidan desa serta kader setempat langsung melakukan investigasi kontak di lingkungan sekitar indeks kasus tersebut. Hasilnya sesuai dengan kecurigaan saya, yang mana saya menemukan pasien positif TBC 6 orang dan 1 kasus positif TBC anak di lingkungan tersebut.

Setelah kejadian ini baik dari pihak puskesmas, programer dan saya selalu dilibatkan pada setiap kegiatan yang berhungan dengan TBC seperti mengadakan program mantoux di Desa maupun Kelurahan wilayah Puskesmas Ngroto. Adapun sasaran mantoux adalah balita yang kekurangan gizi, balita stunting dan balita yang tinggal 1 rumah dengan indeks kasus. Melalui program mantoux, kami bisa menemukan kasus TBC anak lebih dini dan memotivasi keluarga indeks kasus lainnya yang baru ditemukan. Kami juga memberikan TPT pada balita dari keluarga indeks kasus satu rumah. Program mantoux dan pemberian TPT berjalan sampai sekarang dan membuat beberapa masyarakat berinisiatif untuk meminta di mantoux dan diberi TPT.

    Program Mantoux dan Pemberian TPT

Selanjutnya saya, programer TBC dan Petugas Promosi Kesehatan selalu melakukan kunjungan ke pasien positif TBC dan pasien TPT yang sedang menjalani pengobatan. Kami selalu memantau perkembangan kondisi kesehatan pasien serta PMO dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Selain itu, saya juga menggandeng petugas promosi kesehatan untuk pengecekan gula darah berkala karena kami menemukan sebagian pasien positif TBC mempunyai gula darah yang tinggi, sehingga dengan pengecekan teratur diharapkan kadar gula darah pasien TBC dapat lebih terkontrol.

Dengan kondisi pasien yang dalam pengobatan berbeda-beda, kamipun selalu siap membantu terutama untuk pengambilan obat ke Puskesmas sampai pengobatan selesai. Dalam pencarian suspek di indeks kasus, kami menemukan sebagian besar mereka belum mempunyai jaminan kesehatan dan rata-rata ekonomi mereka masih kurang dan belum tercover oleh bansos dari pemerintah. Sehingga dengan kasus tersebut, kami memfasilitasi pembuatan BPJS dan pemberian bansos lainnya seperti sembako. Disini saya di bantu oleh teman-teman relawan yang ikut terjun langsung di dalamnya.

Perjalanan kami tidak sampai disitu , kami selalu mengadakan penyuluhan di lingkungan sekitar indeks kasus supaya mereka paham tentang penyakit TBC, cara penularan penyakit TBC, cara pengobatan penyakit TBC dan ciri-ciri orang yang terkena penyakit TBC. Penyuluhan kesehatan ini di tujukan agar masyarakat paham dan tidak takut melakukan pencegahan sejak dini untuk mengindari resiko tertular TBC. Disini kami bekerjasama dengan Bidan Desa di wilayah Puskesmas Ngroto dalam proses penemuan kasus TBC, semisal Bidan menemukan pasien demam dan batuk lebih dari 2 minggu maka disarankan untuk mengikuti  tes dahak dan saya yang bertugas di lapangan untuk mengambill sample dahak dan dibawa ke laboratorium.

Sebagai kader TBC, saya tidak pernah bosan berkeliling di lingkungan indeks kasus untuk mencari suspek dan mengunjungi pasien-pasien yang masih dalam masa pengobatan. Kami selalu mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk tidak putus pengobatan dan menerapkan perilaku hidup bersih. Nah, itulah kegiatan yang saya laksanakan dilapangan sampai saat ini. Semoga saya bisa menjalankan tugas sebagai kader TBC dengan amanah dan berjalan dengan hati yang ikhlas bukan hanya karena reward namun juga berlandaskan kemanusiaan. Toss TBC! Temukan Obati Sampai Sembuh.


Penulis: Ulfah Dianawati

Editor: Winda Eka Pahla