Kolaborasi dengan Pemkab Ngawi, Yabhysa Gelar Skrining dan Pencegahan TBC Berbasis Masyarakat

Pencegahan penularan penyakit tuberculosis (TBC) terus diupayakan. Misi tersebut diemban Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera atau Yahbhysa dengan menggandeng Pemkab Ngawi. Sinergitas dalam program penanggulangan TBC tersebut terus berjalan dengan baik. Bulan Oktober ini, kedua pihak menggelar skrining kesehatan keliling wilayah di Ngawi. Contohnya di Puskesmas Pangkur, pada hari Jumat, 20 Oktober 2023. Di puskesmas setempat, digelar  skrining dan pengobatan gratis untuk masyarakat.

Situasi pelaksanaan skrining pencegahan tuberkulosis berbasis masyarakat di Puskesmas Pungkur, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur

”Kami bekerjasama dengan PT Tirta Medical Center dalam mendekatkan pelayanan ke beberapa kecamatan,” ujar Muhammad Via Pratama, Ketua Yabhysa Ngawi. Via mengatakan, pihaknya secara spesifik menyasar orang yang kontak serumah dengan penderita TBC. Adapun skrining tersebut sudah digelar di Kecamatan Widodaren, Paron, dan selanjutnya di Kedunggalar, Kendal, Geneng, Gerih juga Kecamatan Ngawi.

”Kegiatan serupa akan digelar di 10 kecamatan, hingga November mendatang,” kata Via. Via mengungkapkan, sasaran skrining ini berjumlah 1.600 orang. Dari jumlah itu sebanyak 295 sudah diperiksa dengan rontgen. Ditemukan 65 sasaran yang upnormal TB. Selanjutnya hasil skrining tersebut diserahkan ke puskesmas setempat untuk diperiksa lebih lanjut. ”Setelah ada temuan upnormal TB, akan diperiksa di laboratorium spesimen dahaknya,” jelasnya.

Via menilai antusias masyarakat dari program tersebut luar biasa. Dia mengakui keseriusan Pemkab dalam penanganan TBC tak setengah jalan. Itu terbukti dari dukungan sejumlah pemerintah desa yang turut memfasilitasi warganya untuk datang memeriksakan diri. Dengan mendukung mobilitas warga ke lokasi skrining.

Ketua Yabhysa Muhammad Via Pratama (paling kiri), bersama Forkopimcam Pangkur, perwakilan Dinkes Ngawi, dan para kader TBC, usai serah terima penghargaan.

 

 

 

Dinkes Ngawi sebagai mitra Yabhysa menyambut positif kegiatan ini. Sekretaris Dinkes Ngawi dr Heri Nur Fachrudin mengatakan bahwa program penanggulangan TBC di Ngawi bisa lebih cepat dan efektif melalui cara tersebut. Dalam tiga tahun terakhir, pihaknya berkolaborasi dengan Yabhysa berupaya menemukan lebih banyak kasus TBC di Ngawi. Dari target 1400 an di tahun 2023 ini nyatanya sudah menjaring 930 an kasus. ”Dari situ nantinya segera dilakukan pengobatan. Semakin cepat diobati semakin baik,” ungkapnya.

Heri menambahkan dari temuan skrining TBC pada penderita anak-anak nyatanya menjadi faktor yang mempengaruhi stunting. Sebab penderita mengalami ganguan tumbuh kembang karena penyakit tersebut khususnya pada balita. Karenanya diapun juga menghimbau agara masyarakat tak ragu memeriksakan diri ke puskesmas setempat. ”Terlebih untuk keluarga pasien ataupun siapa saja yang menderita batuk lebih dari dua minggu, secepatnya periksa ke puskesmas,” katanya.

Program skrining dan pencegahan TBC melayani rontgen gratis untuk masyarakat Pangkur dan sekitarnya

Kepala Puskesmas Pangkur dr Mochtar turut menyampaikan terimakasih dan dukungan dari terselenggaranya program tersebut. Pihaknya mengakui kegiatan skrining menggunakan mobil rontgen masih menjadi kendala bagi puskesmas. Karenanya kerjasama antara puskesmas, vendor dan Yabhysa dirasa lebih efektif dan efisien. ”Hasilnya akan lebih mudah ditemukan kalau menggunakan rontgen sehingga deteksi lebih dini kasus TBC lebih baik”, katanya. Pihaknya berharap program eliminasi TBC tahun 2030 berhasil. Sinergi antara pemerintah dan pihak pendukung diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan.

Pemberdayaan Pasien TBC Melalui Ternak Ayam dari Program Inovasi SSR Yabhysa Ngawi, Jawa Timur

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang membutuhkan waktu pengobatan yang tidak sebentar. Selain itu, adanya efek samping obat dan tantangan-tantangan lainnya yang dialami oleh mereka pasien tuberkulosis juga membuat pasien TBC kesulitan menjalankan kegiatan sehari-hari secara produktif. Dengan kondisi tersebut, Yabhysa Ngawi melalui program SSR YABHYSA PEDULI TBC membuat sebuah program inovasi yaitu Pemberdayaan Pasien TBC melalui Ternak Ayam.

Pemberian ayam kepada pasien TBC SO untuk dikembangkan dan diternak

Program inovasi tersebut bertujuan untuk memberdayakan pasien TBC selama pengobatan berlangsung. Mereka diberikan tanggung jawab untuk memelihara ayam yang nantinya dapat dikembangkan menjadi lebih banyak lagi. Program inovasi ini dipilih dengan melihat beberapa sisi. Dari sisi ekonomi pemberdayaan ini bisa berkembang dan diarahkan ke ekonomi ketika ayam dapat berkembang banyak. Kemudian dari sisi pola hidup sehat, telur yang dihasilkan menjadi protein tambahan buat pasien selama pengobatan. Dan dari sisi psikososial pasien, pasien memiliki kesibukan atau kegiatan tambahan sehingga dapat mengurangi rasa jenuh dalam meminum obat selama pengoabatan.

Sasaran dari program inovasi ternak ayam adalah pasien TBC SO dalam masa pengobatan, yang mampu dan memiliki kemauan untuk menerima program ini. Setiap penerima manfaat akan diberikan 2 ekor ayam betina dewasa dengan kesepakatan bahwa ketika ayam tersebut sudah bertelur, menetas lalu tumbuh dewasa, selanjutnya SSR Yabhysa Ngawi akan meminta 2 ekor ayam betina lagi dari hasil telur untuk diberikan kepada pasien TBC lainnya. Sehingga program ini dapat berkelanjutan dan dirasakan manfaatnya untuk pasien TBC lainnya. Oleh karena itu, makna mampu disini ialah dalam hal kesepakatan diawal tentang program dan keberlanjutannya.

Pemberian ayam kepada pasien TBC SO untuk dikembangkan dan diternak

Awal program inovasi ternak ayam dimulai pada bulan November 2022 lalu dengan jumlah 4 penerima manfaat dari 4 wilayah puskesmas (Paron, Tambakboyo, Kendal, Bringin ). Tentu saja setiap program tidak langsung berhasil. Paada gelombang pertama terdapat 2 ekor ayam dari 1 pasien yang meninggal. Meskipun demikian, SSR Yabhysa Ngawi tidak patah semangat dan memperoleh hasil ketika 3 pasien TBC lainnya dapat mengembangkan ayamnya, dan menyalurkan 2 ekor ayam betina untuk disalurkan ke pasien TBC lainnya pada gelombang kedua bulan September 2023. Melihat keberhasilan tersebut, SSR Yabhysa Ngawi termotivasi untuk semakin mengembangkan program inovasi ini. Pada bulan lalu, SSR Yabhysa Ngawi menyalurkan kembali 8 ekor ayam betina untuk 4 pasien TBC lainnya. Sehingga sampai dengan saat ini sudah ada 11 pasien TBC dengan jumlah 22 ekor ayam betina yang menerima manfaat program pemberdayaan ini. SSR Yabhysa Ngawi juga melakukan monitoring program ini dengan selalu memastikan setiap bulan kepada kader dan penerima manfaat by phone.

Selama ini, SSR Yabhysa Ngawi sudah berupaya untuk mencari mitra atau donor dengan mengajukan proposal terkait program inovasi ini walaupun hingga saat ini masih belum membuahkan hasil. Meskipun demikian, SSR Yabhysa Ngawi tidak patah semangat, karena hal yang besar dimulai dari hal kecil. Meskipun hanya dari 2 ekor ayam betina dan baru 11 pasien, mereka yakin bahwa program ini akan berhasil dan akan semakin berkembang sehingga dapat dirasakan manfaatnya untuk pasien TBC yang lain.

Harapannya ialah, pasien TBC memerlukan perhatian dari semua pihak baik dari pemerintah, swasta, masyarakat atau pribadi. Semoga program ini mampu memberikan manfaat bagi pasien TBC di Kabupaten lNgawi dan semakin banyak lagi penerima manfaat dari program ini. Lebih jauh lagi, semoga program ini dapat direplikasikan di daerah lainnya untuk mewujudkan program pengentasan TBC yang inovatif dan kreatif.

 

KMP TBC Sekar Melati Bringin Berbagi Puluhan Paket Sembako

NGAWIJawa Pos Radar Madiun – Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati Kelompok Masyarakat Peduli (KMP) TBC Sekar Melati Bringin dengan menggelar bakti sosial. Mereka berbagi 28 paket sembako dan genting kaca. Sebanyak 18 paket bantuan tersebut diserahkan secara langsung kepada mantan penderita TBC di halaman Puskesmas Bringin.

GAYENG : Panitia dan tamu undangan bersama-sama mempraktikan salam temukan, obati sampai sembuh (TOSS) TBC

Sedangkan 10 paket bantuan sisanya diberikan saat kunjungan ketuk pintu ke rumah mantan penderita TBC lainnya. ‘’Tujuan bakti sosial ini untuk memberikan dukungan moril kepada mantan pasien bahwa pemerintah hingga masyarakat lainnya tidak acuh terhadap penderita TBC tersebut. Selalu ada kepedulian untuk mereka,’’ ungkap Ketua KMP TBC Sekar Melati Bringin Puji Rahayu. Menurutnya paket bantuan berupa sembako diberikan untuk meringankan beban kebutuhan masyarakat sehari-hari. Apalagi beras, gula, minyak dan kebutuhan dapur lainnya diperkirakan bakal mahal jelang Ramadan.

Sedangkan bantuan genting kaca disebutnya sebagai bagian dari upaya preventif KMP TBC Sekar Melati untuk mengurangi potensi perkembangbiakan Mycobacterium tuberculosis. ‘’Paparan sinar matahari ke dalam rumah mampu membunuh bakteri penyebab TBC itu,’’ tegasnya.

Dalam kegiatan bakti sosial, edukasi mengenai penanganan TBC pun diberikan. Mantan penderita penyakit paru-paru yang ada diminta untuk menceritakan pengalamannya divonis menderita TBC untuk kali pertama, pengobatan dan pendampingan dari puskesmas yang dijalani hingga sembuh. ‘’Bermodalkan pengalaman dari penderita ini kami ingin masyarakat termotivasi untuk sembuh dan tahu tata cara penyembuhannya,’’ bebernya. Aksi bakti sosial tersebut tidak hanya diikuti pengurus KMP Sekar Melati Bringin dan mantan penderita TBC. Hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan Ngawi, Puskemas Bringin, anggota forkopimcam Bringin, kepala desa se-Kecamatan Bringin hingga hingga Sub Sub Recipient (SSR) Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Kabupaten Ngawi.

Yayasan penerima dana hibah dari The Global Fund dibawah Konsorsium Penabulu – Stop TB Partnership Indonesia (STPI) itu tidak hanya salah satu inisiator kegiatan bakti sosial, melainkan juga kemunculan KMP TBC Sekar Melati Bringin bulan November 2021 lalu. KMP itu bukan hanya satu-satunya di Ngawi, bahkan satu diantara dua KMP file project Konsorsium Yayasan Penabulu-STPI yang ada di Jawa Timur selain di Trenggalek.  ‘’Terimakasih kepada anggota forkopimcam Bringin, kepala desa se-Kecamatan Bringin dan Yayasan Yabhisa Ngawi atas dukungannya,’’ tuturnya.

Kepala Sub Koordinator Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Ngawi Paulina Kristinati menyebut bahwa penderita TBC bisa resisten terhadap obat hingga meninggal dunia tanpa pengobatan yang sesuai prosedur dan tuntas. Dengan adanya kegiatan bakti sosial yang digelar KMP TBC Sekar Melati Bringin tersebut, dia gembira. Aksi tersebut menandakan bahwa masyarakat telah peduli terhadap penderita penyakit TBC. Alih-alih mengucilkan, mereka justru memberikan dukungan sampai sembuh. Motivasi penderita TBC untuk sembuh pun diharapkan semakin tinggi.  ‘’Harapan kami semakin banyak penderita TBC yang berhasil diidentifikasi dan diobati sampai tuntas sehingga Ngawi bisa bebas TBC,’’ tegasnya.

Ketua Yabhysa Ngawi Muhammad Via Pratama menyebut bahwa inisiatif membentuk KMP TBC Sekar Melati Bringin berawal dari tingginya kasus TB di Kecamatan Bringin. Dengan adanya KMP TBC itu, pihaknya ingin seluruh unsur masyarakat berperan aktif dalam penanggulangan penyakit paru-paru tersebut. Itupun melalui dukungan berupa peningkatan kapasitas pengurus melalui pelatihan dengan mendatangkan narasumber. ‘’Dukungan itu kami berikan agar ke depan KMP Sekar Melati bisa berdaya mandiri dan jadi organisasi yang memiliki daya ungkit tinggi kaitannya dengan permasalahan TBC di Brigin,’’ tuturnya. 

Entaskan TBC di Ngawi, Bakrie Center Foundation Kolaborasi dengan Yabhysa

NGAWIJawa Pos Radar Madiun – Pengentasan Tuberculosis (TB/TBC) di wilayah Ngawi terus dimaksimalkan. Bakrie Center Foundation (BCF), sponsor program Campus Leader, menggandeng Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YabhysaNgawi, dalam mendukung penanggulangan TBC di daerah setempat.

KOORDINASI: Yabhysa Ngawi berkoordinasi dengan Dinkes terkait program Campus Leader dalam pengentasan TBC bersama perwakilan Dinkes Ngawi dan mahasiswa. (SATRIO/RADAR NGAWI)

Dalam program ini, BCF juga berkolaborasi dengan mahasiswa, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Ngawi. Adapun program ini dilaksanakan di enam provinsi termasuk Jawa Timur, khususnya Ngawi. Kegiatan ini diikuti oleh 200 mahasiswa magang. Di Ngawi, ada empat mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat yang mengikuti program tersebut. ”Nantinya para mahasiswa diharapkan bisa memberikan kritik, saran, masukan dan inovasi dalam penanggulangan TBC di Ngawi,” kata Muhammad Via Pratama, Ketua Yabhysa Ngawi.

Dia mengatakan, Yabhysa sudah tiga tahun bekerjasama dengan Dinkes Ngawi dalam upaya penanggulangan TBC. Dalam kegiatan yang rencanya berlangsung lima bulan tersebut para mahasiswa dituntun untuk mengikuti kerja lapangan. Diantaranya koordinasi dan komunikasi dengan para kader TBC juga Dinkes, serta pengelola program di 24 Puskesmas (PKM) se Ngawi. “Dilakukan bersama-sama dalam satu tim,” sebutnya.

Via mengatakan dari program ini kedepan bisa dibentuk paguyuban bagi mantan pasien TBC di Ngawi. Sebab selama ini belum pernah terrealisasi. Dia berharap para mahasiswa menjadi inisiator pembentukan paguyuban tersebut. ”Harapannya adalah bisa mendukung pengobatan bagi pasien TBC lainya,” ujar Via.

KOLABORASI: Ketua Yabhysa Ngawi, Muhammad Via Pratama (ke dua dari kiri) dan Pengelola Program TBC Dinkes Ngawi, Ririn Noviyanti dan para mahasiswa magang Program Campus Leader

Pengelola Program TBC Dinkes Ngawi, Ririn Noviyanti menyatakan pihaknya menyambut baik program kolaborasi tersebut. Hal itu sejalan dengan upaya pengentasan TBC yang dilaksanakan Dinkes. Menurutnya sejauh ini Dinkes masih mengalami kendala dalam menjaringan kasus dan mendiagnosis pasien secara menyeluruh. ”Dari survei Kementerian Kesehatan estimasinya ada 1.428 namun sementara ini baru sekitar 740,” paparnya. Karena itu, pihaknya berharap melalui program magang nantinya mampu menjaring pasien lebih banyak. Ririn mengatakan perlunya pengobatan TBC secara tuntas. Sebab TBC merupakan penyakit menular. Terlebih bagi pasien yang tak tuntas mengikuti treatment pengobatannya. Mereka justru bisa lebih berisiko mengalami resistensi obat TBC. ”Malah pengobatan yang dilakukan bisa lebih lama dan efek samping obat yang lebih parah,” ujarnya, sembari mengimbau pasien TBC supaya disiplin dalam mengonsumsi obat.

Sementara itu, Rani Siyratu, Program Staff BCF, mengungkapkan bahwa Campus Leader Program merupakan bagian dari upaya BCF mendukung program nasional. BCF sudah tersebar di 238 kabupaten/kota se-Indonesia. Dia mengatakan tahun ini Ngawi merupakan percontohan sebagai wilayah yang aktif eliminasi TBC. ”Di Ngawi banyak aktivis yang turun untuk menanggulangi TBC karena itu kami turut mendukung melalui lembaga sosial yang ada,” katanya.

Rani menyebut bahwa program magang BCF sudah berjalan selama kurang lebih 3,5 tahun di Jawa Timur. Pun tahun depan pihaknya mengupayakan penambahan program serupa untuk kabupaten/kota lain. Khususnya penambahan di wilayah Jawa Timur. Sebab saat ini Jawa Timur berada di posisi ke-dua pengidap TBC terbanyak. ”Harapannya tahun 2024 mendatang bisa melingkupi seluruh kabupaten/kota dalam eliminasi TBC,” pungkasnya.

Wujud Komitmen Pemerintah Kota, Makassar Kini Punya Peraturan Walikota (Perwali) TBC

Sosialisasi dan pengenalan Perwali TBC kota Makassar dilakukan pertama kali melalui forum Pertemuan Tindak Lanjut Komunitas Dan Pemangku Kebijakan Jejaring DPPM TBC tingkat kota Makassar.

MAKASSAR— Pemerintah kota Makassar resmi mengeluarkan regulasi untuk upaya percepatan Eliminasi TBC tahun 2030. Regulasi berupa Peraturan Wali Kota itu ditandatangani oleh Wali Kota Makassar bernomor 20 Tahun 2023 tentang penanggulangan Tuberkulosis.

“Kita bersyukur bahwa setelah adanya forum multi sektor, komitmen pemerintah kota semakin nyata untuk percepatan eliminasi TBC. Perwali ini sudah ditandatangani sejak Mei lalu, namun baru kita sosialisasikan untuk menakar peluang implementasinya,” tukas Penanggungjawab Program TB Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sierly Natar, pada kegiatan Pertemuan Tindak Lanjut Komunitas Dan Pemangku Kebijakan Jejaring DPPM TBC Yamali TB, Kamis, 7 September 2023.

Menurut Sierly, dengan keluarnya Perwali tentang penaggulangan TBC, upaya percepatan eliminasi TBC di kota Makassar akan semakin kuat. Secara capaian Dinkes Makassar, kata dia, tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan penemuan kasus di mana tahun 2021 4088, meningkat menjadi 6076 tahun 2022, dan hingga Agustus 2023 telah berada pada angka temuan kasus sebanyak 4511.

“Ini langkah maju pemerintah kota, apalagi secara nasional Makassar saat ini juga telah menjadi sumber pembelajaran baik karena keberadaan dan keberhasilan forum multisektornya,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, SR Manager Yamali TB Wahriyadi menyampaikan apresiasinya atas komitmen pemerintah kota Makassar. Ia berharap bahwa implementasinya segera dapat diberlakukan untuk menguatkan upaya-upaya para pihak dalam penanggulangan TBC di Makassar. “Kami dari sisi komunitas tentu sangat menyambut baik. Tren upaya kita sangat positif, apalagi dari DPRD Kota Makassar juga sebelumnya telah menjanjikan untuk memasukkan TBC ini sebagai agenda prolegda tahun 2024,” tuturnya.

Dalam pertemuan ini, selain membahas tentang regulasi TBC di kota Makassar, juga dilakukan paparan dan diskusi untuk penguatan dan optimalisasi pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) untuk layanan TBC Di Kota Makassar. Hadir sejumlah pihak dari SR Yamali TB, Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel dan kota Makassar, Bappeda Kota Makassar, Adinkes Sulsel, Asosiasi Klinik, Asosiasi Rumah Sakit, Kopi TB, IDI, Bappeda serta Bagian Pemerintahan kota Makassar. Hadir juga menjadi narasumber Adinkes Pusat Dr Rachmat Latif, serta Direktur SUPD Kemendagri, Erliani Budi Lestari.

Kader Inisiatif Lampung Sehat bersama TB Rangers gelar Investigasi Kontak door to door

Bandar Lampung – Dalam rangka memerangi Tuberkulosis (TBC) dan mencapai Indonesia Zero TBC, Kader Inisiatif Lampung Sehat (ILS) wilayah kerja PKM Gedong Air bersama Mahasiswa/i TB Rangers , program magang Bakrie Center Foundation Batch 7  lakukan kunjungan pasien dan investigasi kontak di wilayah sekitaran perumahan Gedong Air Kec. Teluk Betung Barat, Bandar Lampung pada 18 Agustus 2023.

Kegiatan ini dilakukan dengan metode door to door guna mendeteksi kasus TBC lebih awal, mencegah penyebaran, serta memutus mata rantai infeksi TBC di masyarakat sekitar.

Selama kunjungan, tim ILS bersama TB Rangers melakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh terhadap warga yang memiliki potensi kontak dengan pasien TBC. Selain itu, disampaikan juga informasi edukatif mengenai tanda-tanda gejala TBC, cara penularan, pentingnya menjalani pemeriksaan rutin untuk mendeteksi dini, serta pentingnya kontrol rutin dikarenakan TBC merupakan penyakit yang dapat kambuh kembali. Langkah ini tidak hanya memberikan manfaat bagi individu, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

Dalam wawancaranya, Ibu Sri, kader puskesmas Gedong Air, menyampaikan, “kegiatan kunjungan atau investigasi kontak ini merupakan kegiatan rutin setiap bulan yang bertujuan untuk pemantauan terhadap pasien serta skrining dengan kontak erat di lingkungan sekitarnya, agar kita menemukan suspek yang akan dirujuk ke puskesmas Gedong Air” ucap Ibu Sri.

Di kegiatan tersebut,  salah seorang pasien TBC turut menceritakan pengalamannya. “Sebelumnya saya belum tau ini penyakit apa dan saya sudah berobat dimana-mana. Tapi, masih saja penyakitnya kambuh. Namun, setelah saya cek di puskesmas, saya baru mengetahui bahwa saya mengidap penyakit TBC.” Selain itu, beliau juga memberikan pesan kepada masyarakat sekitar yang belum menyadari tentang pentingnya TBC. “ Pesan saya yaitu pastinya berhenti untuk merokok, karena rokok salah satu faktor yang dapat menyebabkan penyakit TBC.” tutur beliau.

Dengan adanya kegiatan kunjungan dan investigasi kontak yang melibatkan Inisiatif Lampung Sehat (ILS), kader dari puskesmas Gedong Air, serta masyarakat, diharapkan upaya pencegahan penyebaran TBC dapat tercapai serta terwujudnya Indonesia bebas TBC.

Semangat Mengisi HUT RI, Yamali TBC Lakukan Penyuluhan Terpadu di 78 Titik

MAKASSAR— Ragam cara dilakukan dalam mengisi dan memaknai hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia, dari upacara bendera, parade barisan, aneka lomba tradisional, hingga hal-hal unik dan menarik lainnya. Demikian halnya Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) yang memaknai kemerdekaan tahun ini dengan melakukan penyuluhan tentang TBC di 78 titik di kota Makassar.\

Penyuluhan tersebut dilakukan dengan edukasi dan sikrining TBC secara terpadu pada berbagai titik di kota Makassar, terhitung sejak Senin (14/8) hingga hari Senin (21/8) mendatang, dengan menggerakkan puluhan kader TB Komunitas serta mahasiswa yang tergabung dalam TB Rangers Campus Leaders Program (CLP) 7 BCF-Yamali TB. Ditargetkan sebanyak 1560 warga diedukasi, di mana hari ini sebanyak 1020 warga yang telah disasar.

Kemerdekaan itu adalah hak setiap bangsa, sebagaimana hal tersebut termaktub dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Demikian diungkapkan Kasri Riswadi, Ketua Yamali TB Sulsel, Kamis (17/8/2023).

“Kami turut memaknai momen peringatan kemerdekaan ini dengan konteks merdeka dari penyakit TBC. Seperti kita pahami bersama bahwa kemerdekaan Indonesia terjadi karena persatuan masyarakatnya untuk mengusir penjajah, sekarang kita tetap perlu persatuan tentang kesadaran bahaya TBC agar Indonesia bisa bebas dari penyakit ini,” tukasnya.

Menurut Kasri, persatuan untuk merdeka dari TBC semakin menjadi mutlak diperlukan saat ini mengingat bahwa tahun ini Indonesia telah berada pada urutan kedua sebagai penyumbang kasus TBC terbesar di tingkat global, dengan jumlah kasus 969 ribu dan kematian 144 ribu pertahun.

Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Pelaksanaan Hotspot TB “Sikat TB” di Kalasan Bergerak Bersama Meningkatkan Cakupan Penemuan Kasus dan Terapi Pencegahan TBC untuk Mendukung Eliminasi TBC 2030

Kamis, 8 Juni 2023 bertempat di Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman Sinergi Sehat Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kab. Sleman, Kalurahan Tamanmartani, SR TBC Siklus Indonesia, dan Zero TB- FKKMK UGM mengadakan Pertemuan Pemangku Kepentingan untuk Pelaksanaan Hotspot TB “Sikat TB” di Tamanmartani Kalasan.

Masih dalam rangkaian Hari TBC Sedunia 2023, dengan tema “Ya! Kita Bisa Mengakhiri TBC!”, bertujuan menginspirasi harapan dan mendorong kepemimpinan tingkat tinggi, peningkatan investasi, pemahaman lebih cepat terhadap rekomendasi baru WHO, adopsi inovasi, percepatan aksi, dan kolaborasi multisektor untuk memerangi TBC. Dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan TBC Kalurahan Tamanmartani Kapanewon Kalasan maka pertemuan dengan pemangku kepentingan ini mengambil tema “Bergerak Bersama Meningkatkan Cakupan Penemuan Kasus dan Terapi Pencegahan TBC untuk Mendukung Eliminasi TBC 2030”.

Primarendra selaku Program Officer SSR Sinergi Sehat Indonesia Sleman menyampaikan “Kegiatan hari ini sebagai persiapan pelaksanaan rangkaian kegiatan dukungan TBC Komunitas implementasi Mobile Rontgen Hotspot TB yang diberi Tajuk SIKAT TB yang akan dilakukan selama bulan Juni -Juli di pedukuhan Kalurahan Tamanmartani Kapanewon Kalasan, Sleman.”

Kegiatan hari ini dihadiri dan dibuka langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dr. Cahya Purnama, M.Kes beserta Kepala Bidang Bidang P2 Dinas Kesehatan Sleman dan jajarannya, Kepala Puskesmas Kalasan dan jajarannya, Lurah Kalurahan Tamanmartani Bapak Gandang Hardjanata beserta jajarannya, seluruh kepala dukuh se-Tamanmartani, seluruh TPK se-Tamanmartani dan kader di Kalurahan Tamanmartani.

dr. Cahya dalam sambutannya menyampaikan “SIKAT TB kepanjangannya adalah Sleman Sigap Kendali dan Atasi Tuberkulosis, yang merupakan layanan komprehensif multisektor untuk menjamin akses pelayanan pemeriksaan terduga TBC lebih efektif, efisien, setara dan aktif menjangkau keluarga rentan kurang mampu dengan sistem informasi digital.”

Hari ini juga dilaksanakan Bimtek untuk kader yang akan terlibat dalam kegiatan SIKAT TB dengan materi penyuluhan/Community Outreach dan penggunaan Aplikasi SITK Mobile oleh Koordinator Program SR TBC Siklus Indonesia DIY.

dr. Nurholis dalam paparan yang dibawakan Rakhmawati Koordinator Program Siklus Indonesia dengan penuh semangat menambahkan “Tagline SIKAT TB adalah TAMAN MARTANI GOES TO INDONESIA, TB MASALAH BERSAMA DAN DISELESAIKAN BERSAMA, DARI MASYARAKAT, OLEH MASYARAKAT, UNTUK MASYARAKAT!”

 

Narahubung:

Rakhma [Siklus Indonesia – 08157947208] – Primarendra [Sinergi Sehat Indonesia – 081568413113]

Yayasan Siklus Indonesia-Implementing Unit Gunungkidul Mengajak Semua Pihak Bersatu Memutus Rantai Penularan TBC di Kabupaten Gunungkidul

Penyakit Tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat kedua dengan kasus TBC terbanyak setelah India, yakni dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Tuberkulosis ditularkan melalui udara dari pasien TBC yang infeksius ke orang-orang disekitarnya. Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tidak diobati secara tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang per tahunnya.

Dalam rangka merespon kasus TBC tersebut, Yayasan Siklus Indonesia-Implementing Unit Gunungkidul, di tahun 2023 ini menyelenggarakan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati hari TBC sedunia dengan tema “Ayo! Bersama Akhiri TBC, Indonesia Bisa”.

a. Membangun Sinergi dengan Lembaga Lintas Sektor

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rangkaian kegiatan TB Day dimulai dengan mengadakan pertemuan lintas sektor yang diinisiasi oleh Yayasan Siklus Indonesia-Implementing Unit Gunungkidul (20 Maret 2023). Kegiatan ini mengundang beberapa lembaga lintas sektor, diantaranya adalah Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dinas Sosial Gunungkidul, Baznas, Lazismu, Pamella Sembilan Wonosari dan beberapa perusahaan swasta yang ada di Gunungkidul. Dalam kegiatan ini Manajer Kasus TBC RO dari Yayasan Siklus Indonesia mengatakan “Salah satu strategi dalam upaya memutus rantai penularan adalah memastikan pasien TBC mendapatkan pelayanan pengobatan yang baik dan dilanjutkan dengan pendampingan agar pasien tidak putus berobat di tengah jalan”. Menurut beliau apa yang dikatakan tadi tidaklah mudah, kendala yang dihadapi adalah banyak pasien TBC yang kondisinya tidak memungkinkan untuk bekerja karena Efek samping Obat sementara dia adalah kepala keluarga yang harus menghidupi anak istrinya. Untuk itu diperlukan bantuan dari semua pihak untuk membantu pasien yang sedang dalam masa pengobatan TBC.

b. Penyuluhan dan Skrining TBC

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan penyuluhan dan skrining TBC dilakukan oleh kader TBC Komunitas Yayasan Siklus Indonesia Implementing Unit Gunungkidul kepada kelompok beresiko terkena TBC, salah satunya di Lapas Perempuan Kelas IIB Yogyakarta pada tanggal 20 Maret 2023. Staf Program Siklus Indonesia-Implementing Unit Gunungkidul menyampaikan kegiatan ini akan terus dilakukan sepanjang tahun guna meningkatkan temuan kasus TB untuk mendukung eliminasi TBC 2023.

c. Jambore Kader TBC se D.I Yogyakarta

Rangkaian kegiatan lainnya adalah pelaksanaan jambore kader TBC se-DIY yang diselenggarakan di Pantai Sundak, Gunungkidul, Yogyakarta (6 Mei 2023). Dalam kegiatan tersebut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Gunungkidul menyampaikan “TBC tidak bisa hanya diselesaikan oleh pemerintah saja, perlu adanya komitmen semua pihak baik itu masyarakat, fasilitas kesehatan dan juga pemerintah. sementara kader adalah ujung tombak dalam memutus penularan TBC di Indonesia”. Menurut beliau kegiatan ini sangat positif untuk membangun semangat kebersamaan dalam memutus rantai penularan TBC khususnya di Gunungkidul.

d. Pelaksanaan Edukasi dan Motivasi Pemberian Terapi Pencegahan (TPT) Serta Pendampingan Tes Mantoux di UPT Puskesmas Ponjong 1

 

 

 

 

 

 

 

Edukasi dan motivasi pemberian Terapi Pencegahan (TPT) serta pendampingan tes mantoux (31 Mei 2023) adalah kerjasama antara Yayasan Siklus Indonesia IU Gunungkidul, Dinas Kesehatan Gunungkidul dan UPT Puskesmas Ponjong 1. Kegiatan ini mengumpulkan keluarga pasien TBC yang ada di Gunungkidul untuk diberi pengertian tentang pentingnya mendapatkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) dan dilanjutkan tes mantoux sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan TPT.

Wasor TB Dinkes Gunungkidul mengatakan “Kegiatan ini jangan sampai hanya dilaksanakan pada TB Day saja, harus berlanjut agar resiko penularan pada keluarga pasien dapat di minimalisir”.

Sementara dr. Astrid Dentisia dari Puskesmas Ponjong 1 menambahkan “Gejala TBC tidak hanya batuk saja, terkadang ada gejala yang tidak kelihatan. Maka dari itu diperlukan tes mantoux untuk skrining awal dalam mendeteksi kuman TBC yang ada ditubuh kita”.

Setelah kegiatan Edukasi TPT dilanjutkan dengan pelaksanaan tes mantoux kepada keluarga pasien. Kemudian, pasien akan diarahkan kembali lagi ke puskesmas untuk pembacaan test mantoux setelah 3 hari untuk penentuan diberikannya TPT.

Rangkaian HTBS 2023 SSR PKBI Kota Yogyakarta gelar Seminar Infeksi Laten TBC [ILTB] dan TPT Menuju Sekolah Bebas TBC di Kota Yogyakarta

Yogyakarta, 29 Mei 2023 – Dalam rangkaian Hari TBC Sedunia SSR PKBI Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Infeksi Laten TBC [ILTB] dan Terapi Pencegahan TBC [TPT] bersama Guru Sekolah di Kota Yogyakarta Menuju Sekolah Bebas TBC di Kota Yogyakarta bertempat di Aula Kelurahan Ngampilan Kemantren Ngampilan Kota Yogyakarta.

SSR PKBI Kota Yogyakarta menyampaikan dari penyelenggaraan kegiatan ini harapannya dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang dasar TBC dan ILTB, adanya pemahaman tentang terapi pencegahan Tuberkulosis, meningkatkan motivasi peserta untuk bersama-sama menemukan penemuan kasus dan ada jadwal pelaksanaan skrining di lingkungan peserta.

Dokter Lana Unwanah selaku Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan dalam paparan tentang Situasi Terkini TBC di Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa Pemerintah kota Yogyakarta sangat serius dalam melakukan upaya penanggulangan TBC, di tahun 2023 sudah ada Rencana Aksi Daerah yang baru dan sudah disahkan dengan Peraturan Walikota No.7 tahun 2023. Salah satu strategi peningkatan akses layanan TBC dengan melakukan skrining di sekolah-sekolah dan melibatkan komunitas seperti SSR PKBI ini yang mempunyai kader dalam melakukan investigasi kontak serta ada pemberian TPT yang diberikan kepada kontak serumah (memenuhi syarat) dengan pasien TBC. Dalam pemberian TPT salah satu tantangannya adalah karena pasien laten tidak memiliki gejala dan tidak merasa sakit. “Sangat mendukung pelibatan dari peserta semua untuk meningkatkan dan mengoptimalkan skrining dan penemuan pasien TBC” tutur Lana saat menutup sesi paparannya.

Materi Percepatan penemuan kasus yang berisi tentang Pengetahuan dasar TBC dan ILTB dan Pengetahuan TPT untuk anak dan dewasa dibawakan oleh dr. Astari Pranindya Sari, Sp.P, M.Sc salah satu Tim Pengajar ILTB di DIY. Dokter Astari memaparkan kepada seluruh peserta tentang bagaimana kondisi klinis pasien ILTB, bagaimana pemeriksaan untuk diagnosis ILTB serta pengobatan ILTB. Beliau menyampaikan “Infeksi laten menyebabkan masalah TBC tidak selesai-selesai maka penting untuk diberikan TPT agar pasien TBC laten tidak menjadi TBC aktif sehingga mendukung program nasional Eliminasi TBC 2030”.

Kegiatan ditutup dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut penyusunan jadwal sosialisasi dan skrining TBC di sekolah di bulan Juni dan Juli 2023 yang dipandu oleh Tim SSR TBC PKBI Kota Yogyakarta.