Seperti yang kita ketahui bersama, TBC adalah penyakit menular (bukan penyakit turunan) yang memerlukan pengobatan dengan durasi minimal 6 bulan. Pengobatan yang tidak dilakukan hingga tuntas dapat menyebabkan resisten sehingga waktu pengobatan lebih lama dan efek pengobatan yang dirasakan lebih terasa seperti mual, pusing, dan lainnya. Oleh karena itu, pasien TBC harus dipastikan benar-benar sembuh saat melakukan proses pengobatan, terlebih obat yang diminum diberikan secara gratis oleh pemerintah.
Pada tahun 2022, angka keberhasilan pengobatan TBC sensitif obat di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 85%. Sementara angka keberhasilan pengobatan TBC resisten obat di Indonesia tahun 2022 secara umum keberhasilannya 55% (Global TB Report 2022). Sehingga, perlu adanya pemaksimalan dukungan keberhasilan pengobatan yang diberikan baik dari pemerintah maupun komunitas untuk menjamin kesembuhan para pasien TBC.
Menurut studi yang dilakukan oleh Ivan S. Pradipta (dkk) yang dipublikasikan di BMC Public Health ini mengungkap beberapa permasalahan faktual yang dihadapi oleh pasien TBC di Indonesia sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan pengobatan TBC. Setidaknya ada tiga permasalahan utama yang menyebabkan kegagalan terapi pasien TBC, yakni: masalah sosio-demografi dan ekonomi, pengetahuan dan persepsi, dan efek pengobatan TBC. Terutama pada aspek ekonomi, walaupun biaya obat TBC telah ditanggung pemerintah, pasien TBC tetap perlu merogoh kocek untuk biaya transportasi dan memenuhi kebutuhan primer keluarganya.
Merespon hal tersebut, Komunitas Masyarakat Peduli Tuberkulosis (KMP TBC) hadir dengan melibatkan masyarakat untuk turut aktif dalam mendukung program-program TBC di grassroot. PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mendukung terciptanya KMP di wilayah-wilayah intervensi komunitas salah satunya di Kalimantan Selatan dengan adanya KMP di wilayah Tanah Bumbu. Sejak berdiri tahun 2021, KMP Simpang Empat telah aktif melakukan advokasi ke pemerintah lokal, CSR, organisasi dan stakeholder lainnya untuk memberikan dukungan mereka terhadap keberhasilan pengobatan pasien TBC melalui pemberian sembako. Rudy Farianor selaku SR Manager Kalimantan Selatan menyampaikan bahwa, “Kami melakukan identifikasi dan mengajak mitra potensial untuk berpartisipasi aktif mendukung pasien TBC dengan pemberian bantuan terutama dalam bentuk sembako. Kita pasti mengerti bahwa adanya efek obat TBC membuat para pasien tidak dapat beraktifitas secara produktif, oleh karena itu kami arahkan ke pemberian sembako agar kebutuhan sehari-hari mereka dapat terbantu dengan adanya bantuan dari kami,” ucapnya.
Di akhir tahun 2023, KMP Simpang Empat bekerja sama dengan DPD KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Tanah Bumbu memberikan bantuan kepada 12 pasien TBC SO di desa Bersujud dan Tungkaran Pangeran, Tanah Bumbu. Kegiatan tersebut merupakan hasil dari advokasi apik yang dilakukan oleh KMP Tanah Bumbu dengan KNPI Tanah Bumbu. Saat ini, pendistribusian sembako telah diberikan kepada 6 pasien atas nama Khairunnisa, Nana, Sahuri dan Ahmad Dhani dari desa Bersujud serta Viona dan Misnawati dari desa Tungkaran Pangeran. Selanjutnya, 6 pasien lainnya yang belum diberikan sembako akan didistribusikan pada bulan Januari ini. Dalam implementasinya, nama-nama indeks dengan kondisi yang kurang mampu disediakan dari kader TBC. Selanjutnya, nama-nama indeks tersebut di advokasikan kepada mitra agar berkenan memberikan bantuan kepada pasien TBC yang sudah dituliskan. Rusniansyah selaku Ketua KMP Simpang Empat Tanah Bumbu menyampaikan bahwa “kegiatan ini akan menjadi kegiatan rutin yang dilakukan KMP dan membangun jejaring lain menjadi target kami tahun 2024 ini”.
Selain itu, SR Kalimantan Selatan terus melaksanakan advokasi melalui kegiatan pertemuan dengan pejabat desa dan fasyankes setempat agar pemberian dana desa dapat diberikan kepada pasien TBC di wilayah Kalimantan Selatan. “Kami rutin melibatkan pemerintah desa untuk hadir dalam pertemuan bersama dengan fasyankes dan mitra lainnya. Pada pertemuan itu, kami menjabarkan data riil pasien TBC dan selanjutnya data tersebut lah yang akan mendapatkan bantuan BLT dari desa,” jelas Rudy.
Kedepannya, kegiatan pemberian sembako akan gencar dilaksanakan dengan menargetkan mitra untuk berpartisipasi dalam aktivitas ini. Harapannya, pemberian sembako juga dapat menyasar pasien TBC kecamatan lainnya di wilayah Tanah Bumbu.