Skip to content

Dikenal sebagai Ikon TBC, Ibu Siti Setiyani menyumbangkan angka TPT tertinggi di wilayahnya

DSC00961

Tuberkulosis merupakan kasus penyakit menular yang membutuhkan perhatian dari berbagai sektor baik pemerintah, pihak swasta, dan seluruh masyarakat. Dilansir dari Global TB Report 2022, estimasi kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Dengan kondisi tersebut, diperlukan adanya strategi dan target untuk menurunkan estimasi kasus sehingga kasus kematian akibat TBC juga akan berkurang.

Ibu Siti Setiyani memberikan edukasi TPT kepada orangtua anak penerima TBC

Salah satu langkah yang dapat diterapkan untuk menghentikan laju kasus TBC adalah dengan program Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di masyarakat. Terapi pencegahan tuberkulosis adalah serangkaian pengobatan untuk mencegah perkembangan penyakit TBC sehingga dapat menurunkan beban kasus TBC. Secara spesifik, TPT diberikan kepada orang dengan HIV/AIDS (ODHA), kontak serumah dengan pasien TBC paru yang terkonfirmasi bakteriologis, dan  kelompok risiko lainnya dengan HIV negatif. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang enggan mengkonsumsi TPT dikarenakan kurangnya pemahaman fungsi dari TPT itu sendiri. 

Dengan fakta tersebut, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI menjadikan pemberian  TPT sebagai salah satu fokus implementasi program. Bekerja di 30 provinsi dan 190 kabupaten/kota, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI memberdayakan seluruh kader untuk memberikan edukasi terkait TPT kepada seluruh masyarakat yang mereka temui selama kegiatan penemuan kasus secara aktif di lapangan. 

Ibu Siti Setiyani melakukan skrining kepada keluarga pasien TBC

Ibu Siti Setiyani (43 tahun), kader TBC Komunitas dari Puskesmas Sedati, Sidoarjo adalah contoh sukses dari usaha kader dalam menyampaikan ilmunya kepada masyarakat. Beliau sudah bergabung menjadi kader TBC Komunitas sejak tahun 2019. Selama 3 tahun ini, beliau berhasil membawa Puskesmas Sedati menjadi penyumbang terbesar capaian TPT di Sidoarjo. Menurutnya, hal ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai pihak, diantaranya Puskesmas, pemangku kebijakan dan kader lainnya di lapangan. “Saya selalu berkomunikasi dengan PJ-TB Puskesmas Sedati jika ada orang tua yang berkenan untuk anaknya diberikan TPT. Stok obatnya pun tersedia di Puskesmas ya, jadi saya merasa tidak kesulitan untuk membujuk orangtua agar anaknya mendapatkan TPT karena dari berbagai pihak semua sudah siap,” ucapnya. 

Namun, kendala yang beliau sering dihadapi di lapangan pun tidak sedikit, diantaranya penolakan dari sisi orang tua anak, stigma negatif dari masyarakat dan keterjangkauan akses fasilitas kesehatan. Tetapi hal ini dilalui oleh Ibu Siti Setiyani dengan berbagai strategi antara lain adalah:

  1. Koordinasi dan sinergitas yang baik dengan puskesmas dan perangkat desa sebagai bentuk advokasi program TPT kepada pemangku kepentingan
  2. Edukasi TPT kepada masyarakat secara menyeluruh (pengajian, pertemuan RT/RW dan pertemuan PKK) serta menggunakan media promkes yang mudah difahami oleh masyarakat seperti poster, leaflet dan media sosial
  3. Sosialisasi TPT pada Balita fokus kepada orang tuanya. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran orang tua terkait pentingnya TPT pada balita sehingga mengurangi adanya penolakan dari orang tua
  4. Menjalin kemitraan dengan kader kesehatan lainnya (kader posyandu dan kader lingkungan) dan ormas (kelompok pengajian, karang taruna, PKK) dalam hal perluasan informasi kesehatan, khususnya TBC dan TPT
  5. Kerjasama lintas program dengan program UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) lainnya. Seperti penyuluhan TPT yang dilakukan pada kegiatan Posyandu Balita, Pos Gizi Desa, Posyandu Lansia dan Posyandu Remaja

Dengan ketekunan komunikasi beliau pada masyarakat, Ibu Siti Setiyani sering dijuluki sebagai ikon TBC di wilayahnya. Proses edukasi hingga pendampingan pengobatan yang beliau lakoni dengan telaten membuatnya dicari oleh warga ketika mereka mempunyai gejala TBC. “Sekarang malah ada warga yang ngadu ke saya ingin anaknya mendapatkan TPT karena kontak serumah dengan pasien TBC. Nggih langsung saya dampingi minum obat sampai sekarang,” jelas beliau. Menurutnya, berbagai cara tersebut dapat berjalan baik tentunya didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik oleh kader. “Kita harus tau dengan siapa kita berbicara, intinya ya pintar menempatkan diri dan berbaur Mbak,” tambahnya. 

Ibu dari sang anak memberikan obat TPT

Selain itu, orangtua dari anak penerima TPT merasa sangat terbantu dengan kehadiran kader TBC Komunitas di wilayah Sidoarjo. Bagi mereka, adanya kader memberikan mereka pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. Proses pendampingan dan pengobatan pun berjalan lancar dengan dukungan dan bantuan dari kader TBC Komunitas. ”Alhamdulillah untuk penerimaan TPT ini, untuk pertama kalinya anak saya tanpa efek samping apapun, bahkan dia untuk asupan makannya banyak, makannya semakin banyak, energik dan tidak gampang sakit dari obat yang dia terima. Terima kasih kepada Ibu Siti Setiyani, pastinya karena sudah memberikan perlindungan kepada anak saya dari penyakit TBC,” ucap orangtua anak penerima TPT tersebut. Semoga, adanya kader TBC Komunitas memberikan kesadaran akan pentingnya pemberian TPT di masyarakat sehingga laju kasus dapat terhenti dan TBC dapat tereliminasi sesegera mungkin. 


Penulis: Winda Eka Pahla

Bagikan Artikel

Cermati Juga