Skip to content

Implementasi Workshop Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sebagai Usaha Menghentikan Laju Penularan TBC di Congregate Setting

DSC02057

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, otak dan organ vital lainnya. Dilansir dari website Yayasan KNCV Indonesia, berdasarkan laporan Global TB Report dari World Health Organization (WHO) tahun 2022, di tahun 2021 menjadikan TBC sebagai penyakit menular paling mematikan kedua di dunia setelah COVID-19. Yang mana angka kematian akibat TBC di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 150.000 kasus (satu orang setiap 4 menit), naik 60% dari tahun 2020 yang sebanyak 93.000 kasus kematian akibat TBC, dengan tingkat kematian sebesar 55 per 100.000 penduduk. Dengan contoh kasus tersebut, diperlukan upaya untuk mencegah dan mengendalikan penularan penyakit infeksi TBC di fasilitas kesehatan maupun dalam konteks masyarakat umum atau komunitas (non-fasilitas kesehatan) agar menekan laju angka kematian dan penularan TBC. 

Implementasi Workshop PPI di Pondok Pesantren Darussalam Pipitan, wilayah Banten

Pada hakikatnya, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi. Pada tahun 2009, WHO menerbitkan pedoman pengendalian infeksi untuk TBC pada berbagai setting, termasuk salah satunya berfokus pada congregate settings. Congregate Setting adalah suatu lingkungan dimana sejumlah orang bertemu dan berbagi ruangan sosial dalam jangka waktu tertentu. Berbagai contoh congregate setting yaitu sekolah, penitipan anak, tempat kerja, shelter (rumah singgah atau lokasi hunian pasca bencana), fasilitas rehabilitasi, asrama, dan lainnya. Situasi dalam congregate setting tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi penyakit menular. Potensi dan peningkatan risiko penularan terjadi karena adanya kepadatan sosial dalam jangka waktu tertentu yang terbilang lama, sehingga penularan dapat lebih mudah terjadi. Dari lokasi congregate setting tersebut dapat berpotensi menjadi penyebab penularan kepada kontak dekat atau orang dalam satu rumah. 

Skrining dan edukasi TBC di Balai Disabilitas Sentra Phala Martha Sukabumi

Berdasarkan landasan di atas, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mengembangkan model pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di congregate setting sebagai upaya promotif dan preventif terhadap infeksi penyakit TBC. Implementasi sosialisasi dan diseminasi uji coba Panduan PPI TBC di congregate settings dilaksanakan selama bulan Oktober – Desember 2022. Kemudian kegiatan implementasi Workshop PPI dibagi menjadi dua tahap, tahap 1 pada bulan Februari – April 2023, dan tahap 2 pada bulan Mei – Juni 2023.

Pada periode tersebut, workshop implementasi PPI dilaksanakan pada beberapa area congregate setting yang dipilih, seperti Sekolah Berasrama, Pondok Pesantren, Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Rehabilitasi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Panti Rehabilitasi Narkoba, Perusahaan/Pabrik, Perkantoran, Barak Militer dan Universitas. Workshop PPI juga melibatkan beberapa komponen pemangku kebijakan lintas program-lintas sektor baik di level nasional, level provinsi, dan level kabupaten/kota. Pada level nasional, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, lewat tim Program bekerjasama dengan Tenaga Ahli PPI (IPCD/IPCN atau Dokter dan Perawat pelaksanaan PPI di Rumah Sakit). Di level provinsi program PPI menggaet beberapa mitra yaitu Tim SR Konsorsium dan Biro Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Wasnaker), dan pada level kabupaten/kota berbagai pihak seperti Tim SSR/IU, Narasumber PPI Rumah Sakit (IPCD/IPCN), Manajemen/Pengurus/Pegawai/Penghuni Congregate Settings (Pondok Pesantren, Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Rehabilitasi ODGJ, Panti Rehabilitasi Narkoba, Perusahaan/Pabrik, Perkantoran, Sekolah Berasrama, Barak Militer, Universitas. Ada juga Perwakilan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, Kementerian Agama, Serikat Buruh/Pekerjaan, KOPI TB, IBI/IDI, Rumah Sakit, Puskesmas dan Kader turut mensukseskan kegiatan PPI yang diimplementasikan di 100 kabupaten/kota wilayah intervensi program kerja Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI.

Visitasi ke ruangan fasilitas berasrama di PT. Ikan Dorang, Surabaya

Dalam prosesnya, implementasi PPI di setiap kab/kota dilakukan selama 3 hari. Di hari pertama, kegiatan yang dilaksanakan meliputi perkenalan dan informasi tujuan pertemuan, paparan informasi dasar TBC dan penjelasan situasi TBC terkini di Kab/Kota yang disampaikan oleh Wasor TB Dinkes kab/kota. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab peserta, pemaparan panduan PPI TBC di congregate setting, diskusi dan curah pendapat, dan diakhiri dengan setting lokasi untuk pelaksanaan hari kedua. Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan visitasi/kunjungan ke ruangan fasilitas berasrama/pabrik/kantor untuk mengukur Air Change/Hour (ACH), relative humidity (RH), temperatur, dan kualitas udara dalam ruangan. Setelahnya, kegiatan diakhiri dengan diskusi pembuatan paparan kegiatan yang meliputi hasil visitasi/kunjungan, rekomendasi prosedur PPI dan alur mekanisme rujukan pasien TBC. 

Untuk peningkatan penemuan kasus aktif, kader di sekitar lokasi PPI juga melakukan skrining dan edukasi kepada beberapa penghuni dari tempat congregate setting tersebut. Kemudian di hari terakhir, kegiatan PPI di tutup dengan penyampaian paparan hasil workshop PPI, diskusi lanjutan dan feedback prosedur pengendalian dan pencegahan penularan TBC, serta penyampaian kesimpulan akhir prosedur pencegahan dan pengendalian penularan TBC. Implementasi workshop PPI di beberapa setting lokasi tersebut mempunyai tujuan:

  1. Memberikan pemahaman mengenai Panduan PPI TBC di area congregate settings
  2. Melakukan asesmen dan rekomendasi ke institusi terkait upaya pencegahan dan pengendalian infeksi TBC
  3. Menyusun, mengembangkan, dan menyepakati prosedur standar institusi dalam upaya pencegahan penularan TBC dan COVID-19, termasuk sistem rujukan dan integrasi institusi dengan surveilans kepada fasyankes setempat
  4. Mendapatkan input perbaikan terhadap dokumen PPI di congregate setting dengan pengalaman dan pembelajaran implementasi yang sudah berjalan
  5. Mendapatkan input untuk pengembangan dan penyusunan Pedoman PPI TBC pada komunitas

Dengan tujuan-tujuan diatas, besar harapan seluruh elemen pemegang kebijakan dan pelaku program kegiatan dari congregate setting dapat menjalankan rekomendasi-rekomendasi yang disepakati pada setiap akhir kegiatan workshop PPI sesuai settings lokasi. 

 

Bagikan Artikel

Cermati Juga

Komitmen Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dalam Melanjutkan Mandat Eliminasi Tuberkulosis di Indonesia tahun 2030

Pada tahun 2024–2026, PR Konsorsium Penabulu-STPI (PB-STPI) kembali mendapatkan mandat
Selengkapnya »

Kontribusi Komunitas Masyarakat Peduli (KMP) Tuberkulosis dalam Mendukung Eliminasi TBC di Indonesia

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
Selengkapnya »

Shelter sebagai Rumah Singgah untuk Pasien Tuberkulosis Resisten Obat

Di tengah tantangan yang dihadapi oleh pasien tuberkulosis resisten obat
Selengkapnya »

Dikenal sebagai Ikon TBC, Ibu Siti Setiyani menyumbangkan angka TPT tertinggi di wilayahnya

Tuberkulosis merupakan kasus penyakit menular yang membutuhkan perhatian dari berbagai
Selengkapnya »

Kolaburasi Kuat Kader dan Puskesmas Purwokerto Barat, Ciptakan Angka Capaian Tertinggi di Jawa Tengah

Seperti yang kita ketahui bersama, Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang
Selengkapnya »

Pak Marzuki, Penyintas TBC yang Berdedikasi Membantu Menemukan Kasus TBC, Obati, dan Mendampingi Sampai Sembuh

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkontribusi dalam penanggulangan tuberkulosis di Indonesia
Selengkapnya »