Skip to content

Pak Marzuki, Penyintas TBC yang Berdedikasi Membantu Menemukan Kasus TBC, Obati, dan Mendampingi Sampai Sembuh

DSC01009 (1)

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkontribusi dalam penanggulangan tuberkulosis di Indonesia melalui penemuan kasus TBC berbasis komunitas. Dalam penemuan kasus TBC, salah satunya dilakukan melalui kegiatan community outreach yang diimplementasikan di 30 provinsi dan 190 kabupaten/kota wilayah intervensi program kerja komunitas. Community outreach adalah kegiatan penemuan kasus secara aktif (active case finding) yang memberikan layanan edukasi dan skrining TBC kepada populasi-populasi berisiko yang sulit memiliki akses ke pelayanan kesehatan, Dengan melaksanakan community outreach yang berdasarkan Indeks Kasus TBC, maka komunitas dapat melakukan edukasi dan skrining secara sistematis dan terukur. Menyasar masyarakat di sekitar indeks kasus dalam satu wilayah tertentu, yang sesuai dengan wilayah kerja pemerintahan; Dusun, Rukun Tetangga atau Rukun Warga.  

Potret Pak Marzuki sebagai Koordinator Kader Komunitas wilayah Tegalsiwalan, Probolinggo saat melakukan community outreach

Pak Marzuki, merupakan salah satu koordinator kader TBC Komunitas, di Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo. Beliau telah berdedikasi menjadi kader TBC selama 6 tahun. Hal ini bermula ketika pada tahun 2014 ia terdiagnosis terkena TBC dan harus menjalani pengobatan hingga 6 bulan lamanya. Saat menjadi pasien TBC, beliau bertemu dengan Penanggung Jawab Tuberkulosis (PJ-TB) Puskesmas Tegalsiwalan, yaitu Pak Bakhri. Pak Bakhri lah yang mendampingi dan memantau Pak Marzuki selama pengobatan. Ketika sembuh, Pak Marzuki langsung dipercaya untuk menjadi kader TBC di wilayah Tegalsiwalan. “Saya sangat merasakan butuhnya dukungan selama menjadi pasien TBC, oleh karena itu, setelah sembuh saya langsung berdedikasi untuk mengabdikan diri saya menjadi kader TBC di wilayah Tegalsiwalan agar menemukan pasien dan mendampingi mereka hingga sembuh,” ucap beliau. 

Pak Marzuki memberikan edukasi dan skrining TBC di pondok pesantren wilayah Tegalsiwalan

Menurut beliau, untuk melakukan proses-proses skrining atau investigasi kontak, beliau harus sensitif dan cermat untuk mencari lokasi penyuluhan. “Sebelum melakukan community outreach,  kita harus mencari sebanyak-banyaknya referensi lokasi dan mempunyai feeling bahwa kegiatan community outreach di lokasi tersebut dapat meraih capaian yang banyak,” jelasnya. Di wilayah Tegalsiwalan, beliau lebih sering bekerjasama dengan pihak pondok pesantren untuk mengadakan kegiatan tersebut. Hal ini karena potensi banyaknya penemuan kasus TBC di pondok pesantren, yang merupakan salah satu contoh dari congregate setting. Congregate Setting adalah suatu lingkungan dimana sejumlah orang bertemu dan berbagi ruangan sosial dalam jangka waktu tertentu atau biasanya lama. Situasi dalam congregate setting tersebut dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular, salah satunya TBC. 

Pak Marzuki saat menyerahkan pot dahak ke Puskesmas untuk diperiksa

Selain di pondok pesantren, Pak Marzuki dengan para kader lainnya juga aktif untuk mendengarkan informasi dari masyarakat. “Untuk bisa meningkatkan capaian community outreach, kami harus peka dan mendengarkan informasi yang datangnya dari masyarakat. Misalnya di suatu wilayah mayoritas masyarakatnya batuk-batuk, gejalanya sangat mendekati dan bisa diprediksi bahwa itu TBC, maka kami langsung datang dan memberikan pengertian terkait TBC,” jelasnya. Pak Marzuki menyampaikan bahwa keaktifan kader di wilayahnya berjalan sesuai yang diharapkan.

“Saya sebagai koordinator kader mengatakan kepada seluruh kader untuk menemukan sebanyak-banyaknya suspek dalam satu indeks. Jangan sampai kita kunjungan hanya mendapatkan satu pot dahak,” lengkapnya. Ia pun menyampaikan bahwa dalam upaya penanggulangan TBC, peran kader TBC terhadap notifikasi kasus sangat dibutuhkan karena mereka lah yang mendatangi warga dengan gejala TBC, mengedukasi dan mendampingi pelaksanaan pemeriksaan TBC sekaligus pengobatan sampai selesai. 

Dari tahun 2021 hingga 2022, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI telah melakukan penemuan kasus melalui community outreach sejumlah 79.499 dengan rincian semester 1:14.498, semester 2: 23.589, semester 3: 26.012, semester 4: 15.297. Kontribusi tersebut tentunya tidak akan diraih tanpa kerja keras kader TBC dan para stakeholder yang selama ini membantu.


Penulis: Winda Eka Pahla

Bagikan Artikel

Cermati Juga