Penyegaran Kader Komunitas dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Lingkungan Sekitar (PART 4)

“Perkuat Kapasitas Kader Komunitas, SSR PERDHAKI TTS Gelar Kegiatan Penyegaran”

Timor Tengah Selatan-Nusa Tenggara Timur. SR PERDHAKI TBC Timor Tengah Selatan (TTS) menyelenggarakan kegiatan Penyegaran Kader dalam rangka memperkuat kapasitas Kader TBC yang dilaksanakan sejak Senin (22/08/2022) sampai Rabu (24/08/2022).

Kegiatan  yang dilaksanakan di Kota SoE, Ibukota Kabupaten TTS diikuti oleh 30 kader baik yang lama maupun yang baru dari Puskesmas yang merupakan wilayah intervensi PERDHAKI TTS.

Kegiatan dibuka oleh Penanggungjawab SSR PERDHAKI TBC TTS, Romo Blasius T. Udjan. Dalam sambutannya, Romo Ade, demikian sapaannya, mengatakan bahwa kegiatan penyegaran kader yang dilaksanakan sejatinya merupakan sebuah momentum evaluasi sekaligus penyegaran kembali dan penguatan kembali kapasitas baik itu tugas maupun peran kader dalam kerja-kerja nyata.

Romo Ade pada kesempatan tersebut kembali mengingatkan terkait dengan slogan “TOSS TB” (Temukan Obat Sampai Sembuh). Menurutnya, kader-kader komunitas yang merupakan ujung tombak penanggulangan Tuberkulosis di TTS memiliki tanggungjawab yang bukan saja menemukan namun yang jauh lebih penting adalah melakukan pendampingan hingga sembuh.

“TOSS TB sebetulnya bukan sekadar slogan belaka namun disitulah letak semangat kader dalam penanggulangan Tuberkulosis di wilayah TTS. Disitulah letak tanggungjawab kemanusiaan kita untuk membantu sesama maupun pemerintah dalam upaya eliminasi TBC di daerah. Saya berharap dengan dilaksanakan kegiatan ini, bisa menambah wawasan kader komunitas sehingga outputnya adalah kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja tulus,” tutup Romo Ade dalam sambutannya.

Usai pembukaan kegiatan, panitia membagikan soal pre test untuk diisi oleh peserta sebelum pemaparan materi yang dibawakan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Elisabeth Pah, M.Kes.

Dalam paparannya terkait Kebijakan Pemerintah Menuju Eliminasi TB 2030,  Elisabet Pah, mementahkan pandangan masyarakat dalam konteks budaya TTS bahwa TB adalah penyakit turunan, kutukan atau karena guna-guna.

“Banyak masyarakat di pedalaman TTS  yang masih memiliki kecenderungan paradigma berpikir yang keliru dan salah paham bahwa TB merupakan penyakit turunan, guna-guna atau penyakit turunan. Maka tugas kita, khususnya sebagai kader adalah terus melakukan edukasi, memberikan informasi yang benar terkait dengan penyakir menular ini. Memang tidak mudah, namun tugas kita adalah terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya penyakit TB dan bagaimana memiliki pola hidup yang sehat,” ujar Kabid P2P Dinkes TTS ini.

Selanjutnya, Elis Pah, memaparkan kepada kader terkait dengan gejala-gejala penyakit TB yang bisa diindetifikasi oleh kader. “Tuberkulosis memiliki gejala utama yakni batuk secara terus-menerus  dan berdahak selama dua minggu atau lebih. Gejala lain yang bisa diketahui kader adalah batuk bercampur darah, sesak napas dan nyeri dada, napsu makan berkurang, berat badan turun, lemas, demam/meriang berkepanjang serta berkeringat di malam hari meski tidak melakukan kegiatan,” sebutnya.

Dijelaskan lebih lanjut, kuman TB keluar ke udara saat pasien batuk, bersin atau berbicara. Saat itulah kuman bisa dihirup orang lain melalui saluran pernapasan menuju paru-paru. “Saat kuman sudah di dalam tubuh maka kuman dilawan oleh daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh lemah maka orang tersebut akan sakit TBC. Namun, jika daya tahan tubuh kuat maka orang tersebut akan tetap sehat,” paparnya.

Selain menjelaskan kembali pengetahuan dasar tentang Tuberkulosis, Elis Pah juga mengingatkan bahwa akibat COVID-19 yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, teridentifikasi banyak pasien yang putus berobat. Bukan hanya itu, pelacakan di tingkatan paling bawah pun tidak maksimal. “Oleh karena itu dengan kondisi sekarang dimana situasi COVID-19 mulai membaik maka kader dan petugas Puskemas diharapkan kembali melakukan pelacakan terhadap pasien putus berobat maupun pelacakan terhadap kontak indeks di wilayah Puskesmas masing,” pintanya.

Ia berharap dengan kehadiran kader-kader komunitas akan membantu Dinas Kesehatan TTS dalam upaya pelacakan dan pendampingan hingga sembuh bagi masyarakat yang menderita Tuberkulosis. “Semoga kehadiran kader komunitas ini akan semakin membantu untuk menemukan para terduga dengan yang belum dilakukan pelacakan. Mengapa pelacakan dengan investigasi kontak sangat penting? Karena kita coba membanyangkan satu orang yang sakit lalu begitu banyak kontak erat dalam rumah maupun sekitar. Oleh karena itu dengan adanya IK nanti diharapkan akan ditemukan  dan dilanjutkan pendampingan hingga bisa sembuh,” ujarnya.

Diakhir paparannya, Elis Pah, meminta agar 15 wilayah Puskesmas yang sudah menjadi intervensi dari PERDHAKI TTS, benar-benar akan semakin mengurangi tingkat resiko masyarakat terhadap penyakit TBC. Sekadar diketahui, untuk periode semester I (Januari sampai Juni 2022 ) ditemukan ada 76 kasus Tuberkolisis baru di 15 wilayah intervensi PERDHAKI.

Selain menghadirkan narasumber, kegiatan hari pertama ini juga difasilitasi Remigius Mello yang merupakan Wasor TB Kabupaten TTS dan Longginus Ulan, Staff Program SSR TTS.

Setelah menerima pelatihan, kader-kader langsung turun kelapangan untuk melakukan kegiatan penemuan kasus. Kader-kader yang mengikuti refreshment kader ini sudah diberikan indeks untuk dilakukan investigasi kontak sesuai dengan wilayah kerja mereka yang merupakan wilayah sekitar tempat tinggal mereka juga. Dalam praktiknya, kader-kader dibekali dengan Media KIE yang diberikan oleh PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI seperti lembar balik dan brosur sehingga bisa digunakan saat melakukan investigasi kontak dan juga penyuluhan.

Saat melakukan investigasi kontak, kader-kader dibekali dengan pot dahak untuk diberikan kepada kontak yang memiliki gejala TBC yang akan dirujuk atau dibantu pengambilan dahaknya untuk melakukan pemeriksaan ke puskesmas.

Semoga dengan adanya kegiatan refreshment kader ini, keaktifan kader akan semakin tinggi dengan ilmu-ilmu tambahan yang mereka dapatkan lewat pemaparan materi dan praktik langsung dilapangan. Dan semoga penemuan dan pendampingan kasus TBC di Timor Tengah Selatan semakin lebih baik dan dapat dilakukan dengan maksimal oleh para kader yang menjadi ujung tombak komunitas di lapangan.

Penyegaran Kader Komunitas dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Lingkungan Sekitar (PART 3)

SIKKA – Nusa Tenggara Timur. Seorang kader kesehatan adalah warga tenaga sukarela dalam bidang kesehatan yang langsung dipilih oleh dan dari para masyarakat yang untuk bertugas membantu dalam pengembangan kesehatan masyarakat. Kader kesehatan disebut juga sebagai promotor kesehatan desa atau disingkat prokes. Kehadiran kader TBC ditengah masyarakat juga sangat membantu dalam penemuan dan pendampingan kasus TBC di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Penambahan kader juga bertambah seiring berjalannya waktu. Namun kader-kader juga perlu dilakukan refreshment demi menambah dan memperbaharui pengetahuan mereka untuk keberlangsungan kegiatan di lapangan dalam proses penemuan dan pendampingan kasus TBC di wilayah tempat tinggal mereka.

Menggunakan dana dari Global Fund melalui PR Konsorsium Komunitas Penabulu STPI, SSR PERDHAKI TBC Kabupaten Sikka bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menyelenggarakan Pelatihan Penyegaran Kader TBC dalam Penemuan dan Pendampingan Pasien Tuberkulosis pada hari Senin – Rabu tanggal 22 – 24 Agustus 2022. Kegiatan ini diikuti oleh 39 orang dengan rincian Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Wasor TB Kabupaten, Pengelola Program TB Puskesmas, kader, koordinator kader, Patient Supporter serta staf SSR Perdhaki Sikka yaitu staf program,  staf FA dan data entry.

Dalam kegiatan ini terlibat 4 Puskesmas wilayah intervensi lama (PKM Waipare, PKM Wolomarang, PKM Beru, PKM Nita) dan 2 Puskesmas wilayah intervensi baru yaitu : PKM Magepanda dan PKM Tanarawa.

Di hari pertama, kegiatan dimulai dengan Pre-Test yang diikuti oleh semua peserta kegiatan untuk melihat seberapa banyak pemahaman mereka mengenai kegiatan Penemuan dan Pendampingan kasus TBC.

Selanjutnya peserta diberikan pembekalan materi Kebijakan Penanggulangan Program TBC oleh Kabid P2P drg. Harlin Hutahuruk. Beliau menyampaikan bahwa besar harapan dari Dinas Kesehatan bahwa program TBC lebih baik lagi, dalam penemuan kasus yang selama ini petugas kesehatan belum maksimal. “Banyak hal dan kegiatan yang bisa kita temukan dan kami berterima kasih atas bantuan Perdhaki selama ini dalam membantu program TBC dinas Kesehatan,” ucapnya.

TBC merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia sehingga diperlukan komitmen dari pemerintah dan juga dukungan masyarakat. Angka penemuan kasus TBC di Kabupaten Sikka menurun dalam kurun waktu 2018 – 2020. Pengobatan TBC juga harus diawasi dengan baik karena ada  bayang-bayang TBC kebal obat yang memerlukan penanganan lebih sulit. Tahun 2022 belum ada penambahan kasus TBC kebal obat namun pandemi COVID-19 berdampak pada program TBC karena kurangnya kunjungan pasien ke PKM, keterbatasan gerak petugas kesehatan yang rangkap tugas, kunjungan penyelidikan kontak yang belum maksimal dan tidak ada dana untuk pelatihan kader dari Pemda, terkecuali untuk PKM wilayah binaan Perdhaki. Sehingga diharapkan setelah pelatihan ini, para kader dapat bergerak di wilayah masing-masing untuk membantu penemuan kasus, memberikan edukasi untuk menurunkan stigma TBC di masyarakat serta menyukseskan pengobatan TBC pasien di sekitarnya.

Fasilitator dalam kegiatan ini adalah Wasor TB Sikka dan staf program SSR yang ikut dalam memberikan materi sebagai bekal para kader dilapangan nantinya. Wasor TB Sikka menyampaikan beberapa materi antara lain Informasi Dasar TB, Prosedur Pengambilan Dahak, TPT hingga melakukan role play sebagai bagian dari materi komunikasi efektif serta simulasi sebelum diberikan penugasan praktek lapangan esok hari. Selanjutnya, Koordinator Program SSR juga ikut memaparkan beberapa materi antara lain, profil penemuan kasus dan peran kader, IK RT,IK Non RT dan pencatatan dan pelaporan untuk kegiatan IK.

 

Pada hari kedua, setelah mendapatkan materi pembelanjaran mengenai TBC serta materi komunikasi efektif, kader-kader melakukan praktik dengan turun langsung berhadapan bersama orang-orang di lingkungan mereka untuk melakukan investigasi kontak, skrining dan penyuluhan .

Para kader bersama dengan fasilitator pengelola program TB Puskesmas melakukan praktek lapangan IK Rumah Tangga terhadap 30 indeks yang sebelumnya telah disepakati bersama antara pengelola program TB Puskesmas dan SSR.

Selanjutnya data yang didapat dari kegiatan IK tersebut dilaporkan dalam form 16K secara bersama-sama di hari terakhir untuk dilaporkan sebagai capaian bulanan SSR. Form-form kader yang sudah diisi langsung direview pada hari terakhir kegiatan untuk memastikan pengisian apakah sudah sesuai dengan instruksi agar kedepannya pengisian form oleh kader tidak ada yang keliru.

Pada hari terakhir, kader-kader bersama dengan SSR PERDHAKI TBC Kab. Sikka dan juga Wasor TB selaku fasilitator melakukan refleksi kegiatan praktek lapangan. Beberapa hambatan disampaikan oleh para kader mulai dari : lokasi indeks yang berjauhan dan data yang tidak lengkap, terdapat beberapa indeks yang berbeda dengan register di puskesmas bahkan ada juga alamat palsu serta kader-kader bekerja dalam tim sehingga waktu untuk IK memakan waktu lama. Selain itu, penerimaan masyarakat juga sangat beragam mulai dari penerimaan dengan baik hingga adanya penolakan, beberapa kader-kader yang melakukan kegiatan IK secara mandiri tanpa didampingi, bahkan kader yang merupakan tenaga kesehatan ada yang memakai seragamnya sehingga semakin dipercaya kader yang dilatih adalah kader desa yang sudah dikenal di lokasi indeks sehingga penerimaan masyarakat baik.

Kader-kader baru juga menyampaikan masukan agar mendapatkan kelengkapan identitas kader seperti seragam, sehingga bisa dikenali dan dipercayai oleh masyarakat yang mereka kunjungi.

Diakhir kegiatan, kader melakukan post test dan mengisi evaluasi penyelenggaran pelatihan dan evaluasi fasilitator. Setelah mengikuti Post Test, Kegiatan ditutup oleh dr. Joan selaku Koordinator Program SSR PERDHAKI TBC Kab. Sikka.

Semoga dengan adanya kegiatan refreshment kader ini, kegiatan penemuan dan pendampingan kasus TBC di lingkungan masyarakat semakin baik dan semakin maksimal.

 

Praktik Baik Kader dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Sumba Barat Daya

Sumba Barat Daya – Nusa Tenggara Timur. Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat. Keberadaan kader di lingkungan masyarakat sangat membantu dalam beberapa jenis program kesehatan. Salah satu program yang membutuhkan kader adalah Program Eliminasi TBC. Kader-kader TBC dipilih dan dilatih dalam penemuan dan pendampingan kasus TBC di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Kader-kader TBC yang telah dilatih akan melakukan beberapa kegiatan yakni mulai dari Penemuan kasus TBC, Investigasi Kontak, Pemberian TPT untuk Balita hingga pendampingan pasien TBC dalam proses pengobatan.

Namun, berbagai kendala juga dialami oleh kader-kader selama berproses di lapangan, mulai dari penolakan saat melakukan investigasi kontak, kendala pada proses pemeriksaan karena ketersediaan alat pemeriksaan yang terbatas, jarak tempuh perjalanan dengan medan yang sulit, hingga kendala pada biaya transportasi yang harus dikeluarkan oleh kader.

Pada 23-25 Agustus 2022, SSR PERDHAKI TBC Kab. Sumba Barat Daya menerima kunjungan Spot Check oleh Ibu Henny Akhmad selaku National Program Director dari PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dan Pak Aris Subakti selaku MEL Manager PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Kunjungan ini dilakukan karena beberapa alasan yakni berdasarkan hasil laporan capaian SSR PERDHAKI TBC Kab. Sumba Barat Daya memiliki capaian implementasi program yang sangat baik mulai dari angka penemuan kasus, investigasi kontak hingga pemberian TPT, sehingga kunjungan ini dilaksanakan untuk mendengar langsung praktik baik yang telah dilakukan, walaupun ada beberapa hal lain juga yang menjadi catatan yaitu Pencatatan dan Pelaporan SSR PERDHAKI TBC Kab. Sumba Barat Daya yang dinilai kurang baik sehingga kunjungan ini juga sekaligus untuk melihat kembali proses pencatatan dan pelaporan agar diseimbangkan dengan capaian implementasi program yang tinggi dan justifikasi atas capaian yang dilaporkan oleh kader.

Pembahasan mengenai rencana tindak lanjut mengenai keberlangsungan program juga langsung dibahas bersama dengan Ronaldus Asto Dadut selaku Koordinator Program SSR PERDHAKI TBC Kab. Sumba Barat Daya, beserta perwakilan dari SR PERDHAKI TBC NTT yakni Maria F. D. Dellu  selaku Program & MEL Coordinator dan Juga Andre L. Stenly Seran selaku Staff MEL.

Dalam kunjungannya, Ibu Heny Akhmad dan Pak Aris Subakti berkesempatan mengunjungi rumah salah satu kader yang ada di sumba barat daya yakni Ibu Yuliana Kaka Ndaha. Kunjungan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap kader yang paling aktif dengan capaian tertinggi di daerah tersebut. Ibu Henny dan Pak Aris juga mendengar langsung bagaimana proses yang dihadapi oleh kader baik kendala maupun kemudahan yang mereka rasakan selama berproses dilapangan.

Ibu Yuliana Kaka Ndaha menceritakan bagaimana praktik baik yang ia lakukan dalam proses penemuan dan pendampingan kasus TBC di wilayah kerjanya. Beliau menceritakan bahwa proses dimulai dengan masuk langsung lewat perangkat desa untuk didampingi bertemu langsung dengan terduga TBC agar bisa dampingi untuk melakukan pemeriksaan salah satunya dengan menggunakan layanan pengantaran spesimen dahak untuk diantarkan ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan. Hal menarik yang terjadi adalah masyarakat di wilayah kerja Ibu Yuliana mengira bahwa Ibu Yuliana merupakan salah satu petugas puskesmas sehingga mereka juga percaya dan lebih terbuka dalam memberitahukan gejala TBC yang mereka rasakan.

Berdasarkan materi atau pembelajaran yang telah dapatkan saat pelatihan kader, para kader di prospek untuk memberikan edukasi mengenai TBC dan melakukan skrining untuk mengetahui apakah orang yang mereka kunjungi ini bisa dirujuk pemeriksaan atau tidak. Ketika menemukan yang layak untuk dirujuk maka Ibu Yuliana langsung merujuk pasien tersebut dengan memberikan beberapa pilihan, mulai dari membiarkan mereka melakukan pemeriksaan sendiri, mengantarkan untuk pemeriksaan di puskesmas dan yang terakhir mengambil spesimen dahak untuk diantarkan ke puskesmas untuk melakukan pemeriksaan.

Perjuangan ibu Yuliana Kaka Ndaha yang akrab disapa dengan panggilan Mama Eklin ini sungguh luar biasa, 9 desa dengan jarak antar desa yang berjauhan tidak mematahkan semangat Mama Eklin untuk tetap mengabdikan dirinya dalam penanggulangan TBC di sekitarnya. Penjemputan sputum dan mengantarkannya ke Puskesmas untuk pemeriksaan dilakukan sendiri oleh beliau, bahkan terkadang beliau menjemput orang dengan gejala TBC untuk dibawa ke Puskesmas dan melakukan pemeriksaan langsung di puskesmas.

Mama Eklin sendiri langsung menyampaikan sedikit keluhan mengenai beberapa kendala yang ia hadapi selama berada di lapangan, mulai dari penolakan yang ia terima dari warga yang akan dilakukan investigasi kontak, bertengkar dengan perangkat desa yang tidak bisa diajak kerja sama, pemahaman masyarakat yang masih menganggap TBC sebagai penyakit kutukan atau guna-guna, kepercayaan masyarakat akan obat tradisional yang masih kental hingga saat ini, bahkan adanya prasangka buruk terhadap kader-kader yang akan menyalahgunakan data pribadi orang bergejala TBC tersebut. Mama Eklin juga menyampaikan akan kesulitan ekonomi yang ia rasakan yakni reward yang beliau dapat bahkan jauh dari pengeluaran yang ia sediakan untuk melakukan kegiatan penemuan dan penemuan kasus TBC di lingkunganya, mulai dari kesulitan dengan ketersediaan BBM dan harga BBM yang tinggi. Namun dibalik itu semua, dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, beliau tetap melakukan kegiatan di lapangan demi menyelamatkan lebih banyak jiwa.

Selain kendala di lapangan, terdapat juga beberapa kendala yang para kader rasakan dalam proses pemeriksaan dan pemberian pengobatan. Terkadang terjadi penumpukan sampel di puskesmas karena ketersediaan alat TCM yang masih terbatas di Sumba Barat Daya sehingga membutuhkan beberapa hari untuk menerima hasil pemeriksaan. Hebatnya adalah ketika terdapat hasil pemeriksaan yang positif, Mama Eklin langsung mengunjungi rumah pasien baru tersebut untuk memberikan pemahaman baik ke keluarga pasien dan pasien serta mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan mulai dari alat makan, tempat tidur, kondisi rumah hingga apa saja yang harus dilakukan pasien sehari-hari agar tidak membahayakan keluarga dan kerabat di sekitarnya. Selanjutnya mengenai pemberian TPT terhadap balita dengan kontak serumah maupun erat juga masih sangat sulit diberikan karena ketersediaan logistik yang sampai saat ini belum stabil padahal sudah banyak ditemukan balita yang kontak serumah dan kontak erat dengan pasien TBC.

Cerita lain juga disampaikan oleh Rafael Radu Kanda salah satu koordinator kader yang juga hadir dalam pertemuan bersama ibu Henny dan Pak Aris di rumah Ibu Yuliana Kaka Ndaha. Beliau menceritakan pengalamnya dalam melakukan penemuan dan pendampingan kasus TBC dilingkungan tempat tinggalnya, mulai dari penolakan karena adanya stigma terkait COVID-19, takut untuk melakukan pemeriksaan, serta kurangnya pengetahuan masyarakat terkait TBC. Bahkan, beliau pun pernah mendapatkan pasien positif TBC saat beliau sedang jalan dan melihat langsung seorang Bapak yang sedang batuk parah kemudian memberikan pot dahak untuk diperiksa dan ternyata hasilnya positif TBC. Maka segeralah Bapak tersebut dibawa ke Puskesmas untuk dilakukan skrining lebih lanjut untuk menentukan pengobatan yang akan ia terima.

Masih banyaknya orang yang belum paham akan bahayanya kuman TBC, bagaimana pencegahan serta pengobatan yang baik dan benar, mengharuskan kita sebagai komunitas untuk meningkatkan pemahaman tentang TBC kepada masyarakat luas.

Hingga saat ini, sudah banyak pasien TBC yang sembuh dan bersyukur karena adanya kader-kader TBC dilingkungan mereka. Para mantan pasien juga banyak mengucapkan banyak terima kasih karena kehadiran para kader dapat membuat mereka sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan bisa menjauhkan keluarga dan kerabat mereka dari kuman TBC. Hingga akhirnya, para mantan pasien TBC yang sudah sembuh bisa kembali beraktifitas kembali dengan normal.

 

 

Populasi Padat, Celah Penularan Tuberkulosis

Banjarnegara- Kita ketahui bersama bahwa penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat ketiga tertinggi setelah India dan China. Dimana jumlah kasus 824 ribu yang angka kematiannya 93 ribu/tahun setara dengan 11 kasus kematian per jamnya. Upaya penemuan kasus sedini mungkin, pengobatan sesuai standar dan tuntas hingga sembuh merupakan upaya terbaik dalam pemutusan penularan TBC di masyarakat.

Kita pahami bersama bahwa potensi penularan yang tinggi TBC salah satunya sering terdapat pada daerah yang padat. Sebagai upaya dalam penemuan kasus di populasi padat, Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Kader Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Kab. Banjarnegara melakukan skrinning TBC besar- besaran di salah satu perusahaan di Kab. Banjarnegara.

Kegiatan dilaksanakan selama 4 hari dan berhasil melakukan skrinning kepada kurang lebih 2000 karyawan dengan jumlah 300an suspek.  Selain mendapatkan hasil suspek, kegiatan skrinning besar besaran seperti ini dapat menjadi media untuk kader komunitas tuberkulosis dalam meningkatan kemampuan komunikasi, sosialisasi dan skrinning yang berkualitas.

Apresiasiasi setinggi-tingginya kita sampaikan kepada Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara dan Puskesmas yang senantiasa melibatkan Kader Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Kab. Banjarnegara dalam kegiatan. Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Sub Sub Recipient Mentari Sehat Kab. Banjarnegara terus menghimbau kepada Masyarakat Banjarnegara yang mengalami gejala batuk terus menerus berdahak maupun tidak berdahak, demam atau meriang dalam jangka waktu yang panjang, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, nafsu makan menurun serta berkeringan di malam hari mesti tanpa melakukan aktifitas untuk segera periksa ke layanan kesehatan terdekat. Mari bersama tekan angka sakit akibat tuberkulosis di Indonesia untuk mencapai eliminasi TBC tahun 2030.


Penulis: Saroh, S. Kep

Editor : Winda Eka Pahla Ayuningtyas

Door To Door Edukasi dan Tes Tuberkulin di Banjarnegara

 

Data final TB Indonesia tahun 2021 menunjukkan bahwa estimasi kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 824.000, ternotifikasi kasus tuberkulosis sebanyak 443.235, terkonfirmasi tuberkulosis resistance obat (RO)/ multiple drugs resistance (MDR) sebanyak 8.268, kasus tuberkulosis anak sebanyak 42.187 dan angka kematian tuberkulosis sebanyak 15.186. Sedangkan estimasi kasus tuberkulosis di Jawa Tengah  pada tahun 2021 sebesar 83.076, teridentifikasi 41.928, kasus tuberkulosis anak sebanyak 4.831 dan angka kematiannya sebanyak 1.782. Untuk Kabupaten Banjarnegara sendiri, tahun 2021 menunjukkan estimasi tuberkulosis sebanyak 2.056, teridentifikasi 706, teridentifikasi tuberkulosis resisten obat (RO) atau Multiple Drugs Resistance (MDR) 6 kasus, kasus tuberkulosis anak sebanyak 25 serta angka kematian 13 kasus.

Sebagai upaya dalam menekan angka sakit akibat tuberkulosis dan bentuk dukungan terhadap program pemeritah “Eliminasi Tuberkulosis pada Tahun 2030” seperti dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada saat penandatanganan Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis pada 02 Agustus 2021 lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Puskesmas Wanadadi 1, Puskesmas Wanadadi 2 dan Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara melakukan kegiatan door to door di masyarakat dalam edukasi dan tes tuberkulin (mantoux test) pada keluarga yang kontak serumah dengan pasien positif tuberkulosis.

Orang yang kontak serumah dengan pasien TBC memiliki resiko tertular penyakit TBC. Terdapat 3 (tiga) kemungkinan yang bisa terjadi jika bakteri TBC masuk dalam tubuh. Pertama, sistem kekebalan tubuh berhasil membunuh bakteri TBC sehingga seseorang tidak tertular penyakit TBC. Kedua, sistem kekebalan tubuh hanya mampu membatasi bakteri TBC dan membuatnya tidur sehingga tidak menimbulkan gejala sakit TBC atau disebut Infeksi Laten TB (ILTB). Ketiga, jika daya tahan tubuh sedang tidak baik maka orang yang terinfeksi laten TBC akan menjadi sakit TBC. Tes tuberkulin (mantoux test) dilakukan pada usia diatas 5 tahun penting dilakukan sebagai upaya deteksi dini guna menentukan perlu atau tidaknya pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada kontak serumah ataupun kontak erat tersebut. TPT perlu diberikan untuk mencegah terjadinya sakit TBC. Mencegah penyakit TBC akan mengurangi sumber penularan selanjutnya, sehingga dapat memutus penularan TBC di masyarakat. TPT juga terbukti dapat mengurangi risiko sakit TBC 80-90%. Bapak Afif Turisno selaku Wakil Supervisor Tuberkulosis Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan Kab. Banjarnegara menyampaikan bahwa “upaya penekanan angka sakit akibat tuberkulosis akan optimal jika tidak hanya fokus dalam program pengobatan bagi yang sudah sakit namun juga adanya upaya pencegahan bagi yang belum sakit”.

Kegiatan door to door tersebut berhasil mengedukasi dan mengajak orang tua yang memiliki balita <5 tahun untuk diberikan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT). Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara dan Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara terus mengajak masyarakat Banjarnegara yang mengalami gejala batuk terus menerus berdahak maupun tidak berdahak, demam atau meriang dalam jangka waktu yang panjang, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, nafsu makan menurun serta berkeringan di malam hari mesti tanpa melakukan aktifitas untuk segera periksa ke layanan kesehatan terdekat dan dapat ditindaklanjuti jika diindikasi positif TBC.


Penulis: Saroh, S.Kep.

Editor: Winda Eka Pahla Ayuningtyas

Perluasan Wilayah Intervensi Penanggulangan Tuberkulosis berbasis Komunitas di Kabupaten Banjarnegara

 

Kita ketahui bersama Indonesia merupakan negara peringkat ke 3 (tiga) tuberkulosis tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Data final TB Indonesia tahun 2021, estimasi kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 824.000, ternotifikasi kasus tuberkulosis sebanyak 443.235, terkonfirmasi tuberkulosis resistance obat (RO)/ multiple drugs resistance (MDR) sebanyak 8.268, kasus tuberkulosis anak sebanyak 42.187 dan angka kematian tuberkulosis sebanyak 15.186. Jawa Tengah pada tahun 2021 mempunyai estimasi tuberkulosis sebesar 83.076, teridentifikasi 41.928, kasus tuberkulosis anak sebanyak 4.831 sedangkan angka kematiannya sebanyak 1.782. Selanjutnya pada tahun 2021, estimasi tuberkulosis sebanyak 2.056, teridentifikasi 706, teridentifikasi tuberkulosis resisten obat (RO) atau Multiple Drugs Resistance (MDR) 6 kasus, kasus tuberkulosis anak sebanyak 25 serta angka kematian 13 kasus. Artinya, bahwa sebagian besar kasus belum ditemukan keberadaannya yang berpotensi terus terjadi penularan terhadap yang lain. Upaya pelacakan, edukasi, penemuan aktif baik secara intensif ataupun massif berbasis keluarga dan masyarakat perlu diimplementasikan secara terus menerus melalui kegiatan investigasi kontak untuk mendukung penekanan angka sakit akibat tuberkulosis di Kab. Banjarnegara.

Sebagai upaya meningkatkan edukasi, investigasi kontak dan penemuan kasus, Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara melakukan perluasan wilayah intervensi penanggulangan tuberkulosis berbasis komunitas di Kab. Banjarnegara. Hingga Juni 2022, wilayah intervensi penanggulangan tuberkulosis berbasis komunitas meliputi 25 puskesmas (14 kecamatan). Wilayah-wilayah tersebut meliputi Mandiraja, Purwanegara, Klampok, Susukan, Wanadadi, Bawang, Punggelan, Rakit, Pagedongan, Banjarnegara, Madukara, Karangkobar, Wanayasa, dan Kalibening. Semester baru ini, Juli 2022 wilayah intervensi bertambah 5 puskesmas (3 kecamatan) yakni Sigaluh, Banjarmangu dan Pejawaran.

Melalui koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Staff Program dan Staff Keuangan Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara melakukan kulonuwun pada kepala puskesmas, kepala tata usaha, pengelola program tuberkulosis dan analis laboratorim di puskesmas calon wilayah intervensi agar dipilihkan kader yang aktif dan berkenan diberikan pelatihan teori dan praktik penanggulangan tuberkulosis berbasis komunitas. Upaya tersebut dilakukan untuk membentuk sumber daya manusia kader yang aktif dan berkualitas agar semakin membantu pemerintah Kab. Banjarnegara dalam pelacakan kasus tuberkulosis secara optimal, yang sakit ditemukan dan melakukan pengobatan sesuai prosedur sehingga angka penularan dapat ditekan.

Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara menargetkan bahwa maksimal akhir 2022 seluruh wilayah puskesmas di Kab. Banjarnegara telah masuk intervensi program penanggulangan tuberkulosis berbasis komunitas. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara, Puskesmas dan Sub- Sub Recipient Mentari Sehat Indonesia Kab. Banjarnegara terus mengajak Masyarakat Banjarnegara yang mengalami gejala batuk terus menerus berdahak maupun tidak berdahak, demam atau meriang dalam jangka waktu yang panjang, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, nafsu makan menurun serta berkeringat di malam hari mesti tanpa melakukan aktifitas untuk segera periksa ke layanan kesehatan terdekat.


Penulis: Saroh, S. Kep

Editor: Winda Eka Pahla Ayuningtyas

Penyegaran Kader Komunitas dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Lingkungan Sekitar (PART 2)

Kota Kupang – Nusa Tenggara Timur. Penyegaran terhadap kader-kader sangat diperlukan untuk mempertahankan semangat kader yang masih ikut berpartisipasi dalam program eliminasi TBC diwilayahnya masing-masing. Hal ini dapat diliat dari antusis kader-kader, baik kader yang lama maupun yang baru direkrut dalam mengikuti refreshment kader.

SSR PERDHAKI TBC Kota Kupang melakukan refreshment kader paada tanggal 18 – 20 agustus 2022 diikuti oleh 30 kader yang tersebar di 11 wilayah puskesmas. Kegiatan terbagi menjadi 2 agenda yakni 2 hari di dalam ruangan dan 1 hari atau hari terakhir dipakai untuk langsung turun langsung kelapangan untuk melakukan investigasi kontak secara langsung.

“pre-test”

Kegiatan hari pertama dibuka oleh Ibu Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Kupang dan langsung dimulai dengan Pre-Test, yang kemudian dilanjutkan dengan materi dasar dan gambaran kondisi kasus TBC di Kota Kupang yang dipaparkan oleh Ibu Emi Koroh selaku Wasor TBC Kota Kupang. Pemberian materi pertama ini sangat membantu kader dalam menyegarkan kembali pengetahuan-pengetahuan mengenai TBC dan juga memberikan informasi kepada beberapa kader baru yang baru bergabung.

“Informasi Dasar TBC”

Kegiatan ini juga diselingi dengan sesi tanya jawab, begitu antusias kader-kader dalam meberikan pertanyaan seputar TBC dan beberapa kendala mereka dilapangan disampaikan oleh kader-kader lama. Beberapa pertanyaan yang muncul adalah mengenai kesulitan mendapatkan indeks baru, kelengkapan data yang diterima, ketersediaan logistik untuk Balita yang layak diberikan TPT, hingga penjaringan atau penemuan kasus baru melalui rujukan pemeriksaan oleh kader ke puskesmas.

Sesi tanya jawab ini juga mendapatkan respon positif dari pembawa materi, yakni ibu Emi selaku wasor TBC Kota Kupang. Beliau menjelaskan bahwa kedepanya pihak dinas kesehatan Kota Kupang akan berkoordinasi dengan setiap pengelola TBC yang ada di setiap puskesmas di Kota Kupang untuk bisa membantu para kader dalam penemuan kasus lewat pemberian data yang lengkap untuk dilakukan investigasi kontak, begitu juga mengenai pemberian TPT terhadap balita kontak serumah beliau juga menyatakan bahwa ketersediaan obat sudah ada dan beliau berjanji akan berkoordinasi dengan pengelola di setiap puskesmas untuk segera melakukan permintaan agar obat bisa segera di distrubiskan.

“INVESTIGASI KONTAK

RUMAH TANGGA & NON RUMAH TANGGA”

Materi berikut mengenai Investigasi Kontak Rumah Tangga dan Non Rumah tangga dipaparkan oleh Bapak Andika A. Diaz Viera selaku Staff Program SR PERDHAKI TBC NTT. Penjelasan mengenai 2 kegiatan ini sangat membantu para kader yang belum begitu memahami tentang kegiatan ini dan perbedaannya, bahkan setelah materi ini diberikan, pada sesi diskusi munculnya pengakuan dari beberapa kader bahwa selama ini mereka hanya memahami tentang Investigasi Kontak Rumah Tangga saja sehingga kegiatan yang mereka lakukan selama ini hanya samapai pada Investigasi Kontak. Mungkin saja hal ini yang menyebabkan angka penemuan kasus di Kota Kupang oleh kader komunitas menjadi sangat rendah setiap bulannya. Namun dengan adanya refreshment kader ini harapan baik bahwa akan ada hasil yang lebih baik setelah kegiatan ini dilakukan.

“TPT , KOMUNIKASI EFEKTIF & PROSEDUR PENGAMBILAN DAHAK”

Materi selanjutnya yakni Pemberian TPT, Komunikasi Efektif dan juga Proses pengambilan Sputum. Tiga materi ini disampaikan oleh Ibu Elda Tauk selaku mantan pengelola TBC salah satu puskesmas di Kota Kupang . Sebelum pensiun beliau baru saja mendapatkan penghargaan sebagai pengelola TBC terbaik di se puskesmas di Kota Kupang. Beliau dipilih sebagai fasilitator dalam kegiatan ini karena memang beliau sudah memiliki banyak ilmu dan praktek langsung dengan kasus TBC di Kota Kupang. Semua materi yang dibawakan sangat diterima dengan baik oleh para kader mulai dari proses penjaringan kasus TPT yang selama ini kurangnya pemahaman terhadap kader, selanjutnya materi tentang komunikasi efektif dimana kader diajarkan oleh beliau sehingga kader-kader tahu bagaimana harus berproses dilapangan dengan berkomunikasi yang baik dan benar agar proses dilapangan dapat berjalan dengan baik bahkan kader juga diberikan praktek bermain peran kegiatan Investigasi Kontak. Penyuluhan berkelompok dan Penyuluhan masal sebagai contoh dan akan di nilai langsung oleh Ibu Elda. Dan mater beliau yang terakhir adalah mengenai proses pengambilan sputum dan bagaimana mengambil dan memberikan sputum yang berkualitas untuk diperiksa , materi terakhir beliau ini adalah materi yang paling belum diketahui oleh hampir semua kader sehingga kader juga merasa terbantu dengan informasi ini.

“BERMAIN PERAN”

“PENCATATAN DAN PELAPORAN”

Di hari kedua, tak kalah pentingnya dengan materi-materi diatas, pemaparan mengenai Pencatatan dan Pelaporan oleh salah satu Staff SR PERDHAKI TBC NTT, yakni Andre Louis Stenly Seran selaku Staff MEL, beliau menekankan bahwa ketika kader-kader melakukan kegiatan dilapangan harus juga dilakukan pencatatan dan pelaporan yang baik dan benar agar dapat terekam dengan baik oleh komunitas, apalagi Komunitas memiliki Sistem Informasi Tuberkolosi dimana setiap bulannya semua kegiatan yang dilakukan oleh kader akan di masukan kedalam sistem tersebut. materi mengenai pencatatan dan pelaporan ini juga terdiri dari penjelasan mengenai Form-Form kader yang dimiliki dan digunakan oleh komunitas untuk pencatatan dan pelaporan. Dan materi selanjutnya masih berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan yakni alur pengambilan dan pembagian indeks sehingga merata dan dapat dilakukan secara maksimal oleh masing-masing kader di wilayah kerjanya.

Selanjutnya mengenai materi pencatatan dan pelaporan ini juga langsung dibukan sesi diskusi, sehingga mendapatkan banyak pertanyaan dan respon positif dari para peserta kegiatan, mulai dari pertanyaan seputar form-form kader dimana sampai hari dimana mereka mengikut kegiatan refreshment kader rata-rata hanya mengetahui mengenai Form Investigasi Kontak Rumah Tangga saja sehingg mereka baru mendapatkan informasi mengenai form-form lain setelah mengikuti refreshment kader ini. Kader-kader juga merasa bersyukur dengan materi ini mereka jadi tahu jenis-jenis form lain yang mereka bisa gunkan dan bisa menambah reward mereka apabila digunakan dalam proses penemuan kasus TBC dilingkungan sekita mereka. Mengenai pembagian kasus indeks, pihak PERDHAKI TBC sendiri mengakui bahwa pembagian indeks masih belum merata karena keaktifan kader yang masih rendah, respond kader terhadapat indeks kasus yang diberikan masi kurang aktif sehingga harus diambil alih oleh kader lain. Makas setelah mater ini para kader jadi memiliki wawasan dan pengetahuan baru untuk kegiatan mereka dilapangan.

“Penemuan Kasus Baru TBC dan Peran Kader”

Materi terakhir disampaikan oleh Koordinator Porgram dan MEL SR PERDHAKI TBC NTT, ibu Maria Fatima D. Dellu yakni materi tentang Penemuan Kasus Baru TBC dan Peran Kader, dalam materi ini telah dijelaskan mengenai Penemuan Kasus Baru TB sebagai upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir tingkat penyebaran dan risiko TB di masyarakat, dan juga Penemuan kasus Baru TB ini bisa didapat dari serangkaian kegiatan seperti Investigasi Kontak dan Penyuluhan. Dalam semua kegiatan ini diperlunya peran dan keaktifan kader yang baik agar kegiatan-kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Melanjutkan dari materi ditindaklanjuti dengan pembagian indeks kasus kepada kader – kader yang mengikuti kegiatan refreshment kader ini untuk langsung melakukan kegiatan penemuan kasus dilapangan lewat kegiatan investigasi kontak sekaligus menerapkan materi-mater yang telah disampaikan oleh semua pembicara dari hari pertama hingga kedua.

Diakhir kegiatan Pastor Paroki Gereja St. Maria Asumpta Romo Aditya juga ikut berpartisipasi dalam meberikan penyegaran iman dan penguatan terhadap kader-kader yang akan melakukan tugas mulia dilapangan.

Diharapkan dengan adanya kegiatan refreshment kader ini dapat meningkatkan keaktifan kader dan juga meningkatkan angka penemuan kasus dilapangan.

Kampanye Bersama, Yamali TB dan Prodi HI UIN Alauddin Ajak Warga Makassar Merdeka dari TBC

Tim Yamali TB bersama Prodi HI UIN Alauddin Makassar kamoanye terbuka Eliminasi TBC di Lego-lego, Makassar.

MAKASSAR – Yayasan Masyarakat Peduli Tuberklosis (Yamali TB) Sulsel bersama civitas akademika Prodi Hubungan Internasional (HI) UIN Alauddin Makassar menggelar kampanye eliminasi TBC di Lego-lego Center Point Indonesia (CPI) kota Makassar, Sabtu (13/8/2022).

Koordinator Program SR Yamali TB Sulsel Kasri Riswadi mengatakan, kegiatan itu merupakan kegiatan kampanye eliminasi TBC SdGs 2030, yang diinisiasi oleh dua pihak yang berkolaborasi yakni prodi HI UIN Alauddin Makassar dengan Yamali TB Sulsel.

“Orientasi dan targetnya adalah edukasi dan penyebaran informasi kepada masyarakat umum bahwa saat ini kita belum betul-betul keluar dari ancaman penyakit global, tak hanya COVID-19 tetapi juga penyakit TBC yang saat ini bahkan telah berusia 141 tahun,” tuturnya kepada media, Minggu (14/8/2022).

dr. Sitti Munawwarah, Sp. P. dari RSUD Labuang Baji melayani konsultasi paru secara kepada pengunjung Lego-lego dalam aksi kampanye ini

Bagi Yamali TB, informasi ini penting diketahui oleh masyarakat mengingat bahwa angka kasus TBC masih sangat tinggi, dimana secara global Indonesia saat ini berada di urutan ketiga dunia sebagai punyumbang kasus TBC teringgi.

Di sisi yang lebih spesifik, di Sulsel estimasi kasusnya bahkan telah berada di angka 31.022 data per tahun 2021 lalu. “Kita berharap bahwa dari informasi yang kita sebar, tercipta masyarakat yang berkesadaran dalam hidup sehat serta mengenali gejala TBC khususnya.

“Dari pengetahuan itu, saat mereka menjumpai orang dengan gejala sebagaimana yang kita sampaikan, masyarakat ini dapat menjadi semacam agent untuk mengarahkan agar segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan, sebab TBC dapat diobati dan obatnya juga gratis. Kita ingin semua itu berjalan, sehingga cita-cita eliminasi TBC 2030 dapat terwujud,” kata Kasri Riswadi.

Terpisah disampaikan, Kaprodi HI UIN Alauddin Makassar Nur Aliyah Zainal, kegiatan ini kita lakukan dalam rangka kegiatan pengabdian masyarakat serta suatu upaya untuk mengisi kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77 tahun.

Pengunjung yang menerima edukasi melakukan TOSS TB sebagai bentuk antusiasmenya pada kegiatan ini

“Bagi kami, ancaman itu bukan hanya ancaman perang hingga penjajahan, menyakit menular atau wabah juga adalah ancaman nyata. Penyakit TBC ini adalah salah satunya, di sejumlah negara bahkan tidak membiarkan warga negara lain masuk jika tidak dapat mebuktikan dirinya bebas dari panyakit ini. Karena itu, bagi kita merdeka dari tbc juga merupakan sesuatu yang sangat penting,” ungkapnya.

Kegiatan kampanye di Lego-lego ini dilakukan dengan sejumlah rangkaian, dimulai dengan pengarahan, seminar terbuka dan konsultasi ahli bersama dr. Sitti Munawwarah, Sp. P., yang merupakan dokter paru RSUD Labuang Baji, serta doakhir dengan edukasi dan penyuluhan kepada para pengunjung lego-lego sapanjang pagi hingga siang hari.

Penyegaran Kader Komunitas dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Lingkungan Sekitar (PART 1)

 

Sumba Barat Daya – Nusa Tenggara Timur. Peran komunitas dalam berpartisipasi untuk penanggulangan TBC sangat membantu pemerintah dalam program eliminasi TBC melalui kegiatan investigasi kontak yang dilakukan oleh kader-kader yang telah dilatih. Mereka turun langsung ke wilayah-wilayah dimana ada pasien yang ternotifikasi TBC sehingga dapat melakukan investigasi kontak atau skrining TBC diwilayah sekitar tempat tinggal pasien TBC tersebut.

Kegiatan investigasi kontak ini bertujuan untuk melihat kemungkinan sebaran kuman TBC pasien TBC baik dengan kontak serumah, tetangga, orang terdekat atau kerabat yang pernah ditemui sejak bergejala hingga sudah ternotifikasi menjadi pasien TBC. Apabila dalam proses skrining ditemukan kontak yang memiliki gejala, maka kader-kader akan merujuk untuk dilakukan pemeriksaan di fasyankes terdekat dan apabila ada kontak yang ternotifikasi TBC maka harus langsung mendapatkan pengobatan TBC.

Sejak pandemi COVID-19,  keaktifkan kader dalam melakukan penjaringan kasus TBC dilingkungan sekitar semakin menurun. Beberapa kader menghilang tanpa kabar dan tidak melakukan kegiatan dilapangan lagi yang mana hal ini juga berpengaruh terhadap capaian yang dihasilkan.  Keaktifan kader sejalan dengan capaikan kegiatan investigasi kontak yang didapatkan, sehingga turunnya keaktifan kader secara langsung berdampak pada penurunan penemuan kasus baru dilingkungan sekitar.

Di 2022 ini , dengan adanya bantuan dana dari Global Fund melalui PR Konsorsium Penabulu-STPI, setiap SSR dapat melakukan kegiatan “Refreshment Kader” di wilayahnya masing-masing. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kembali angka kegiatan investigasi kontak di wilayah masing-masing SSR.

SSR Sumba Barat daya adalah satu dari 5 wilayah intervensi SR PERDHAKI TB NTT yang pertama melakukan kegiatan Refreshment Kader. Kegiatan ini dilakukan mulai dari tanggal 11 – 13 Agustus 2022. Kegiatan ini diikuti oleh 30 Kader baik kader lama maupun kader yang baru direkrut dari 13 puskesmas wilayah dampingan SSR PERDHAKI TBC Kabupaten Sumba Barat Daya.

“pre-test”

Kegiatan ini berlangsung dengan baik diawali dengan pre-test yang harus dikerjakan oleh kader-kader yang kemudian dilanjutkan dengan materi-materi yang disampaikan oleh beberapa narasumber.

Kegiatan secara resmi dimulai dengan pembukaan oleh Sherly Kaka, Amd.Kep selaku Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Kab. Sumba Barat Daya yang juga hadir sebagai narasumber pada kegiatan ini. Dalam sambutan dan arahannya, kabid P2 Dinas Kesehatan Kab. Sumba Barat Daya berterima kasih kepada SSR PERDHAKI TBC Kab. Sumba Barat Daya yang telah merekrut dan melatih kader dari 13 Puskesmas di Kab. Sumba Barat Daya. Dengan adanya kader TBC dari PERDHAKI, angka penemuan kasus sejak tahun lalu dan tahun ini (2022) menjadi lebih baik, dan hal inilah yang perlu  dijaga sambil membenahi apa yang belum optimal. Beliau juga berharap dengan adanya kegiatan refreshment kader seperti ini, bapak ibu kader baik yang lama dan baru dapat memperoleh peningkatan kapasitas melalui materi yang diterima selama 3 hari ini.

Fasilitator dalam kegiatan ini adalah Wasor TBC Kab. Sumba Barat Daya Yustina Dendo,Amd.Kep dan Lusia Natalia, Amd.Kep selaku pengelola TBC Puskesmas Watukawula.

Adapun topik yang disampaikan dihari pertama kegiatan refreshment adalah fasilitator menggali informasi kendala dan tantangan kader selama menjalankan tugas di lapangan serta mendapatkan gambaran umum terkait kasus TBC di Kab. Sumba Barat daya, dan informasi dasar TBC. Sehingga diawal kegiatan terdapat sesi curah pendapat terkait tantangan dan suka duka yg kader dapat di lapangan.

Selanjutnya selama 3 hari, para narasumber memberikan materi mengenai situasi TB di Sumba Barat Daya, menjelaskan teori terkait IKRT, IK NON, penemuan terduga, TPT dan cara mengeluarkan dahak. Hal ini bertujuan untuk menyegarkan kembali kader – kader yang lama dan mengedukasi kepada kader-kader baru mengenai garis besar kegiatan yang akan mereka lakukan dilapangan. Selanjutnya, dijelaskan juga apa saja peran kader dan koordinator kader dalam proses penjaringan kasus dilapangan. Mereka juga dibekali ilmu bagaimana cara pencatatan dan pelaporan yang baik beserta praktek langsung. Pada akhir kegiatan, kader di edukasi terkait pembuatan RTL dan pembagian index oleh Puskesmas yang menjadi wilayah intervensi SSR PERDHAKI TB Kab. Sumba Barat Daya untuk dilakukan investigasi kontak oleh kader-kader baru yang mengikuti refreshment kader.

Sesuai dengan tujuan dan harapan, bahwa semoga kegiatan refreshment kader ini akan menghasilkan capaian yang baik dilapangan khususnya kegiatan investigasi kontak yang berkualitas sehingga program eliminasi TBC dapat benar-benar ditekan angka penyebarannya.

 

 

 

 

 

 

Mangkir di Tembilahan, Pelacakan di Padang Pariaman

Padang Pariaman – Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) adalah kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang sudah kebal terhadap obat TB lini 1. TBC biasa ataupun TBC RO bisa disembuhkan asalkan patuh minum obat selama pengobatan. lama pengobatan TBC RO ada yang jangka pendek (9-11 bulan) dan ada yang jangka panjang (18-24 bulan).

Pengobatan TBC Khususnya TBC RO dipantau secara medis dan didampingi untuk psikososial pasien. Untuk pendampingan medis diberikan oleh petugas kesehatan baik dari Rumah sakit PMDT dan petugas puskesmas, sedangkan untuk pendampingan Psikososial dilakukan oleh Manajer Kasus (MK) dan Pasien Supporter (PS) TBC RO dari Konsorsium Penabulu STPI di 190 Kota/ Kab. yang didampingi di seluruh Indonesia.

Pendampingan Psikososial dilakukan oleh MK dari sebelum pengobatan dan dilanjutkan sampai pasien sembuh. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien mangkir dari pengobatan karena akan beresiko menularkan pada orang terdekat bahkan berujung pada kematian. Mangkir pengobatan dapat dicegah dengan pemantauan dan pendampingan yang intensif sesuai dengan keluhan pasien.

Seperti kasus pasien pengobatan di RSUD Tembilahan, sebut saja namanya Ronal (37 Tahun). Ronal terdiagnosa TBC RO pada 17 Desember 2021 dan memulai pengobatan pada tanggal 9  Juni 2022 di RSUD Tembilahan. Dari awal pengobatan, Ronal sudah didampingi oleh MK RSUD Tembilahan. Setiap hari Ronal datang Ke RSUD untuk minum obat, akan tetapi pada hari ke empat, Ronal tidak datang untuk minum obat sehingga MK RSUD Tembilahan melakukan kunjungan rumah Ronal, tetapi Ronal tidak berada dirumah. Berdasarkan informasi dari tetangga, Ronal pulang kampung. MK RSUD Tembilahan mencoba menghubungi Hp Ronal , tetapi tidak pernah direspon.

Setelah 4 hari mangkir, MK RSUD Tembilahan mencoba menghubungi MK Padang Pariaman sesuai data di KTP Ronal (daerah Sintuak) dan memberikan data Ronal untuk dilakukan pelacakan. MK Padang Pariaman, meminta bantuan kader Sintuak untuk mengecek keberadaan Ronal di alamat tersebut. dalam waktu 30 menit, kader Sintuak memberikan laporan bahwa Ronal berada di Sintuak di rumah Orang tuanya.

Berdasarkan informasi tersebut MK Padang Pariaman melaporkan ke Dinkes Kab. Padang Pariaman bahwa ada pasien mangkir dari RSUD Tembilahan berada di Wilayah kerjanya, kemudian MK Padang Pariaman juga meminta izin melakukan Visite home didampingi petugas Puskesmas Sintuk.

Saat kami melakukan kunjungan, Ronal Berkata ” Kok tau se urang dinas ko dima awak?”. Petugas Puskesmas memberikan jawaban sembari senyum dan berkata ” Kan dilacak”.

Selanjutnya Petugas mengedukasi dan melakukan pendekatan untuk mengetahui alasan Ronal Mangkir. Setelah berdiskusi lama, akhirnya Ronal meminta untuk pengobatan TBC RO-nya di Sintuak saja karena Ronal tinggal sendiri di Tembilahan. Hal ini didukung oleh orang tua Ronal, agar dapat merawat anaknya dalam melakukan pengobatan. Secara psikologis, orang yang menjalani pengobatan butuh dukungan dan motivasi dari orang terdekat terutama dari keluarga agar membantu proses pengobatannya.

Hasil kunjungan tersebut dilaporkan ke Dinkes Kab. Padang Pariaman dan MK RSUD Tembilahan untuk memproses kepindahan tempat pengobatan Ronal. Pemindahan Pasien pengobatan TBC RO butuh waktu dan Proses, baik secara teknis, administratif dan pelaporannya. Setelah menunggu hampir 1 Bulan, pada tanggal 14 Juli 2022, Ronal dibawa ke RSUD Padang Pariaman untuk memulai kembali pengobatannya.

Dengan adanya kerjasama dinas kesehatan dan komunitas dalam pelacakkan pasien mangkir sesegera mungkin baik dalam kota, luar kota bahkan antar provinsi, dapat mengurangi resiko penularan TBC RO demi ELIMINASI TBC INDONESIA 2030.