Skip to content

Penyegaran Kader Komunitas dalam Penemuan dan Pendampingan Kasus TBC di Lingkungan Sekitar (PART 4)

e150ebd3-544e-4c4d-9b7c-e12e875d89ae

“Perkuat Kapasitas Kader Komunitas, SSR PERDHAKI TTS Gelar Kegiatan Penyegaran”

Timor Tengah Selatan-Nusa Tenggara Timur. SR PERDHAKI TBC Timor Tengah Selatan (TTS) menyelenggarakan kegiatan Penyegaran Kader dalam rangka memperkuat kapasitas Kader TBC yang dilaksanakan sejak Senin (22/08/2022) sampai Rabu (24/08/2022).

Kegiatan  yang dilaksanakan di Kota SoE, Ibukota Kabupaten TTS diikuti oleh 30 kader baik yang lama maupun yang baru dari Puskesmas yang merupakan wilayah intervensi PERDHAKI TTS.

Kegiatan dibuka oleh Penanggungjawab SSR PERDHAKI TBC TTS, Romo Blasius T. Udjan. Dalam sambutannya, Romo Ade, demikian sapaannya, mengatakan bahwa kegiatan penyegaran kader yang dilaksanakan sejatinya merupakan sebuah momentum evaluasi sekaligus penyegaran kembali dan penguatan kembali kapasitas baik itu tugas maupun peran kader dalam kerja-kerja nyata.

Romo Ade pada kesempatan tersebut kembali mengingatkan terkait dengan slogan “TOSS TB” (Temukan Obat Sampai Sembuh). Menurutnya, kader-kader komunitas yang merupakan ujung tombak penanggulangan Tuberkulosis di TTS memiliki tanggungjawab yang bukan saja menemukan namun yang jauh lebih penting adalah melakukan pendampingan hingga sembuh.

“TOSS TB sebetulnya bukan sekadar slogan belaka namun disitulah letak semangat kader dalam penanggulangan Tuberkulosis di wilayah TTS. Disitulah letak tanggungjawab kemanusiaan kita untuk membantu sesama maupun pemerintah dalam upaya eliminasi TBC di daerah. Saya berharap dengan dilaksanakan kegiatan ini, bisa menambah wawasan kader komunitas sehingga outputnya adalah kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja tulus,” tutup Romo Ade dalam sambutannya.

Usai pembukaan kegiatan, panitia membagikan soal pre test untuk diisi oleh peserta sebelum pemaparan materi yang dibawakan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Elisabeth Pah, M.Kes.

Dalam paparannya terkait Kebijakan Pemerintah Menuju Eliminasi TB 2030,  Elisabet Pah, mementahkan pandangan masyarakat dalam konteks budaya TTS bahwa TB adalah penyakit turunan, kutukan atau karena guna-guna.

“Banyak masyarakat di pedalaman TTS  yang masih memiliki kecenderungan paradigma berpikir yang keliru dan salah paham bahwa TB merupakan penyakit turunan, guna-guna atau penyakit turunan. Maka tugas kita, khususnya sebagai kader adalah terus melakukan edukasi, memberikan informasi yang benar terkait dengan penyakir menular ini. Memang tidak mudah, namun tugas kita adalah terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait bahaya penyakit TB dan bagaimana memiliki pola hidup yang sehat,” ujar Kabid P2P Dinkes TTS ini.

Selanjutnya, Elis Pah, memaparkan kepada kader terkait dengan gejala-gejala penyakit TB yang bisa diindetifikasi oleh kader. “Tuberkulosis memiliki gejala utama yakni batuk secara terus-menerus  dan berdahak selama dua minggu atau lebih. Gejala lain yang bisa diketahui kader adalah batuk bercampur darah, sesak napas dan nyeri dada, napsu makan berkurang, berat badan turun, lemas, demam/meriang berkepanjang serta berkeringat di malam hari meski tidak melakukan kegiatan,” sebutnya.

Dijelaskan lebih lanjut, kuman TB keluar ke udara saat pasien batuk, bersin atau berbicara. Saat itulah kuman bisa dihirup orang lain melalui saluran pernapasan menuju paru-paru. “Saat kuman sudah di dalam tubuh maka kuman dilawan oleh daya tahan tubuh. Bila daya tahan tubuh lemah maka orang tersebut akan sakit TBC. Namun, jika daya tahan tubuh kuat maka orang tersebut akan tetap sehat,” paparnya.

Selain menjelaskan kembali pengetahuan dasar tentang Tuberkulosis, Elis Pah juga mengingatkan bahwa akibat COVID-19 yang terjadi beberapa tahun terakhir ini, teridentifikasi banyak pasien yang putus berobat. Bukan hanya itu, pelacakan di tingkatan paling bawah pun tidak maksimal. “Oleh karena itu dengan kondisi sekarang dimana situasi COVID-19 mulai membaik maka kader dan petugas Puskemas diharapkan kembali melakukan pelacakan terhadap pasien putus berobat maupun pelacakan terhadap kontak indeks di wilayah Puskesmas masing,” pintanya.

Ia berharap dengan kehadiran kader-kader komunitas akan membantu Dinas Kesehatan TTS dalam upaya pelacakan dan pendampingan hingga sembuh bagi masyarakat yang menderita Tuberkulosis. “Semoga kehadiran kader komunitas ini akan semakin membantu untuk menemukan para terduga dengan yang belum dilakukan pelacakan. Mengapa pelacakan dengan investigasi kontak sangat penting? Karena kita coba membanyangkan satu orang yang sakit lalu begitu banyak kontak erat dalam rumah maupun sekitar. Oleh karena itu dengan adanya IK nanti diharapkan akan ditemukan  dan dilanjutkan pendampingan hingga bisa sembuh,” ujarnya.

Diakhir paparannya, Elis Pah, meminta agar 15 wilayah Puskesmas yang sudah menjadi intervensi dari PERDHAKI TTS, benar-benar akan semakin mengurangi tingkat resiko masyarakat terhadap penyakit TBC. Sekadar diketahui, untuk periode semester I (Januari sampai Juni 2022 ) ditemukan ada 76 kasus Tuberkolisis baru di 15 wilayah intervensi PERDHAKI.

Selain menghadirkan narasumber, kegiatan hari pertama ini juga difasilitasi Remigius Mello yang merupakan Wasor TB Kabupaten TTS dan Longginus Ulan, Staff Program SSR TTS.

Setelah menerima pelatihan, kader-kader langsung turun kelapangan untuk melakukan kegiatan penemuan kasus. Kader-kader yang mengikuti refreshment kader ini sudah diberikan indeks untuk dilakukan investigasi kontak sesuai dengan wilayah kerja mereka yang merupakan wilayah sekitar tempat tinggal mereka juga. Dalam praktiknya, kader-kader dibekali dengan Media KIE yang diberikan oleh PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI seperti lembar balik dan brosur sehingga bisa digunakan saat melakukan investigasi kontak dan juga penyuluhan.

Saat melakukan investigasi kontak, kader-kader dibekali dengan pot dahak untuk diberikan kepada kontak yang memiliki gejala TBC yang akan dirujuk atau dibantu pengambilan dahaknya untuk melakukan pemeriksaan ke puskesmas.

Semoga dengan adanya kegiatan refreshment kader ini, keaktifan kader akan semakin tinggi dengan ilmu-ilmu tambahan yang mereka dapatkan lewat pemaparan materi dan praktik langsung dilapangan. Dan semoga penemuan dan pendampingan kasus TBC di Timor Tengah Selatan semakin lebih baik dan dapat dilakukan dengan maksimal oleh para kader yang menjadi ujung tombak komunitas di lapangan.

Bagikan Artikel

Cermati Juga