Pengembangan Protokol Kerja Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dan Persiapan Pelatihan Untuk Masyarakat

Pada tanggal 15 – 18 Oktober 2024, PR Konsorsium Komunitas Penabulu STPI melalukan kegitan FGD sekaligus Lokakarya “Pengembangan Protokol Kerja Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dan Persiapan Pelatihan Untuk Masyarakat” di Aston Priority Simatupang & Conference Center, Jakarta. Diskusi selama tiga hari ini berfokus pada implementasi dan penguatan Sistem Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) untuk penanggulangan TBC dan penyakit infeksi lainnya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, beberapa topik penting yang dibahas mencakup:

Dukungan dan keterlibatan kader dalam kegiatan investigasi dan pelaporan kasus. Penyusunan pedoman dan panduan kerja SBM, yang dirancang untuk mempermudah kader dan relawan dalam melakukan pemantauan dan pelaporan kasus di lapangan. Evaluasi pelaksanaan SBM yang mencakup peninjauan mekanisme pelaporan berbasis digital melalui aplikasi serta penggunaan media sosial untuk mendukung pelaporan berbasis komunitas. Pembahasan modul pelatihan yang akan diterapkan pada kader dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengidentifikasi serta melaporkan kasus TBC dan penyakit infeksi lainnya. Diskusi mengenai kolaborasi lintas sektor antara puskesmas, pemerintah desa, PMI, BPBD, serta lembaga terkait lainnya untuk meningkatkan efektivitas surveilans dan penanggulangan TBC.

Pertemuan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan perwakilan dari berbagai lembaga dan instansi terkait, antara lain: Konsorsium Penabulu-STPI: Sebagai penyelenggara utama kegiatan dan fasilitator dalam pelaksanaan SBM. Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan): Memberikan dukungan kebijakan dan koordinasi antar-lembaga terkait. Tim SKK: Berperan dalam memberikan arahan dan panduan teknis terkait pelaksanaan SBM. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Dinas Kesehatan: Mengkoordinasikan kegiatan surveilans dengan kesiapsiagaan bencana dan penanganan kesehatan masyarakat di tingkat lokal. PMI (Palang Merah Indonesia) dan Puskesmas: Memberikan dukungan teknis dalam pelaksanaan lapangan serta koordinasi pelayanan kesehatan. Relawan dan Kader Kesehatan Masyarakat: Sebagai pelaksana langsung di lapangan yang melakukan pemantauan dan pelaporan kasus.

kegiatan ini melibatkan beberapa komunitas dari provinsi-provinsi seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Banten. Lokasi lapangan yang menjadi fokus implementasi SBM mencakup wilayah-wilayah di mana kasus TBC dan penyakit infeksi lainnya cukup tinggi dan membutuhkan pengawasan lebih lanjut.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk memperkuat dan memperluas pelaksanaan SBM sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan TBC yang lebih efektif, khususnya melalui pelibatan masyarakat. Poin-poin utama dari tujuan ini meliputi:

Meningkatkan deteksi dini: Dengan meningkatkan peran serta kader dan masyarakat dalam melaporkan gejala dan kasus, diharapkan deteksi dini kasus TBC dan penyakit infeksi lainnya dapat ditingkatkan.

Memperbaiki mekanisme pelaporan: Dengan adanya panduan dan sistem pelaporan berbasis digital, proses pelaporan kasus diharapkan menjadi lebih cepat dan akurat.

Kolaborasi lintas sektor: Pertemuan ini juga bertujuan untuk memperkuat kerjasama antara pemerintah, puskesmas, dan lembaga non-pemerintah dalam rangka mengintegrasikan upaya penanggulangan TBC dengan program kesehatan masyarakat lainnya.

Pemberdayaan masyarakat: Dengan melibatkan kader kesehatan dan relawan, masyarakat diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan TBC dan penyakit infeksi lainnya.

Proses pelaksanaan SBM yang dibahas dalam pertemuan ini meliputi berbagai langkah dan strategi, antara lain:

Sosialisasi dan Pelatihan: Pemberian pelatihan kepada kader dan relawan masyarakat tentang cara mengidentifikasi dan melaporkan gejala TBC dan penyakit infeksi lainnya.

Pengembangan Modul dan Panduan: Penyusunan modul kurikulum pelatihan untuk kader yang mencakup panduan investigasi kasus, pelaporan, dan pemantauan pasien.

Penggunaan Teknologi: Implementasi aplikasi pelaporan berbasis digital yang memungkinkan kader dan masyarakat melaporkan kasus dengan cepat dan akurat melalui perangkat mobile. Selain itu, media sosial juga dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi dan pelaporan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.

Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan: Menggalang dukungan dari puskesmas, pemerintah desa, serta lembaga-lembaga lain seperti PMI dan BPBD untuk memastikan dukungan yang berkelanjutan dalam pelaksanaan SBM.

Evaluasi dan Pemantauan Berkala: Mengadakan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa implementasi SBM berjalan sesuai rencana dan mencapai target yang diinginkan.

UNION World Conference On Lung Health @Bali 12-16 November 2024

Dengan semangat dan komitmen untuk mewujudkan Eliminasi TB 2030, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berpartisipasi dalam The Union World Conference on Lung Health Disease. Konferensi global ini menjadi ajang penting bagi para profesional kesehatan, organisasi, dan komunitas untuk berbagi ilmu, inovasi, serta strategi terbaru dalam upaya pencegahan dan pengobatan TB.

Sebagai bagian dari komunitas yang aktif dalam pencegahan dan penanggulangan TB, kehadiran PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI di konferensi ini merupakan langkah strategis untuk mendukung upaya global menuju eliminasi TB. Kami berkomitmen mendukung kebijakan, berbagi pengetahuan, dan membuka peluang kolaborasi lintas pihak guna mempercepat eliminasi TB. Selain itu, kami fokus mempelajari praktik terbaik dari program TB di seluruh dunia untuk menciptakan inovasi dan memperkuat implementasi program penanggulangan TB di Indonesia.

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI juga berpartisipasi sebagai pembicara dalam sesi presentasi oral dan poster berbasis riset ilmiah. Penelitian yang dipublikasikan dan dipaparkan dalam konferensi ini mencakup:

“The Vital Role of Communities and Civil Society Organisations in Implementing The Ten Key Actions of The 2023 Roadmap Towards Ending TB in Children and Adolescents” oleh Betty Nababan sebagai National Program Director.

“The National TB Stigma Assessment in Indonesia: Opportunity to Build Equitable, Right-Based TB Care” oleh Aris Subakti sebagai Monitoring & Evaluation Manager.

“Community-Based Active Case Finding for TB Using Chest X-rays: Lessons Learned and Challenges in Indonesia” oleh Betty Nababan sebagai National Program Director.

“Unveiling TB Transmission Dynamics in Indonesia: Insights from a Large-Scale Epidemiological Study (2022-2023)” oleh Harumi Paramaiswari sebagai Project Officer.

Melalui partisipasi ini, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berharap dapat memperdalam pemahaman, memperluas jaringan, serta mengimplementasikan inovasi program untuk membawa dampak signifikan dalam mempercepat penanggulangan TB di Indonesia. Bersama-sama, mari wujudkan Eliminasi TB 2030 dan menuju Indonesia bebas TB!

#EliminasiTB #TheUnion2024 #KonsorsiumPenabulu #KesehatanParu #PencegahanTB #KolaborasiGlobal #KomunitasPenabuluSTPI #AkhiriTuberkulosis #WorldLungHealth

Evaluasi Riset dan Pemanfaatan Hasil Riset Program TBC

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berpartisipasi dalam kegiatan
Evaluasi Riset dan Pemanfaatan Hasil Riset Program TBC yang
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI pada 08-11 Oktober 2024
di Kota Surakarta. Kegiatan ini merupakan komitmen dan ruang bagi para
peneliti TBC untuk memperbarui informasi dan mendukung upaya Eliminasi
TBC.

Kegiatan yang dilakukan mencakup evaluasi penelitian TBC dalam kurun waktu 3 tahun terakhir di Indonesia, mengidentifikasi tantangan dan peluang riset TBC, melihat peluang pendanaan riset terkait program TBC, serta menetapkan rencana tindak lanjut hasil evaluasi riset TBC.

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI tergabung ke dalam tim Advokasi, Komunikasi, dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Berdasarkan hasil diskusi tim perlu adanya riset dan penelitian lebih lanjut khususnya terkait keterlibatan pemangku kepentingan dalam penanggulangan TBC, efektivitas strategi komunikasi terkait TBC, dan evaluasi faktor yang mempengaruhi mobilisasi dalam investigasi kontak dan pemberian TPT.
Dari kegiatan tersebut diharapkan terdapat rancangan prioritas riset sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan pencegahan dan penanggulangan TBC. Mari Bersama wujudkan eliminasi TBC 2030!

GF Country Team Lakukan Kunjungan Dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian TBC

Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis (TBC) di Indonesia, tim Global Fund (GF) yang diwaliki oleh Anindita, melakukan kunjungan pada 8 September hingga 26 September 2024. Kunjungan ini melibatkan berbagai pihak terkait dengan tujuan untuk memperkuat strategi penanganan TBC, khususnya dalam implementasi program pencegahan dan perluasan di beberapa wilayah prioritas.

Senin, 23 September 2024 –  Kegiatan diawali dengan diskusi dengan Global Fund, yang diwakili oleh Anindita, bersama NTP (National Tuberculosis Program), PR PB STPI, USAID Bebas TB, USAID Prevent TB, TWG TB, SWG TPT, dan perwakilan CI. Pertemuan ini membahas mengenai perencanaan dan pemetaan program penanganan TBC secara nasional. Dalam sesi ini, Anindita memimpin diskusi programatik terkait implementasi program yang sedang berjalan.

Selasa, 24 September 2024 – Pembahasan dilanjutkan dengan update mengenai aktivitas di 10 distrik dan rencana Direct to Home (D2H) untuk memperluas cakupan PR Konsorsium hingga 39 distrik. Diskusi juga menyoroti aspek finansial dan pengelolaan program untuk mencapai hasil yang optimal dalam pencegahan TBC.

Rabu, 25 September 2024 – GF Country Team melakukan kunjungan lapangan ke District Health Office (DHO) Malang. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung implementasi program di tingkat daerah serta mengevaluasi keberhasilan dalam deteksi dan penanganan kasus TBC.

Kamis, 26 September 2024 – Kunjungan terakhir dilakukan di Kepanjen, dimana tim GF melihat secara langsung kegiatan penemuan kasus aktif TBC. Ini merupakan salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian penyakit TBC melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara Global Fund, pemerintah, dan mitra internasional untuk terus meningkatkan program pencegahan dan penanganan TBC di Indonesia.

Jumat, 27 September 2024 – Anindita, perwakilan dari Global Fund, meminta agar PR Konsorsium melakukan pemetaan target serta perencanaan alokasi anggaran dengan lebih cermat. Salah satu poin penting yang diangkat adalah optimalisasi anggaran, mengingat masih terdapat beberapa kota seperti Surabaya dan Wonosobo yang memiliki kinerja program TBC yang belum memenuhi target, khususnya dalam hal skrining dan investigasi TBC.

“Walaupun program eliminasi TBC sudah berjalan, masih ada kota-kota dengan kinerja rendah, seperti Surabaya dan Wonosobo, di mana kegiatan skrining belum mencapai target,” jelas Anindita.

Selain itu, Anindita juga menekankan pentingnya insentif dan penghargaan bagi kader komunitas. Insentif akan diberikan setelah kader menyelesaikan tugas mereka, dengan tujuan memotivasi mereka lebih lanjut. Penghargaan tambahan hanya akan diberikan jika kader mencapai hasil tertentu. Tidak ada pengurangan dalam tunjangan kader komunitas, namun akan dioptimalkan agar tidak mengurangi target yang harus dicapai, terutama mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia.

Anindita menambahkan bahwa penting untuk menemukan cara mengoptimalkan dukungan tambahan bagi kader komunitas dengan dana tambahan yang masih dalam pembahasan. Dukungan supervisi berkelanjutan juga dianggap lebih penting dibandingkan pelatihan atau acara satu kali.

“Kita harus mendukung Puskesmas untuk mencapai target eliminasi TBC. Supervisi yang berkelanjutan jauh lebih penting dibandingkan pelatihan satu kali,” lanjut Anindita.

 

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Bergerak Bersama Kementerian Kesehatan RI dalam Hari Tuberkulosis Sedunia 2024

Setiap tahun, tepatnya tanggal 24 Maret seluruh dunia memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS). Hari Tuberkulosis Sedunia tentunya menjadi momentum terhadap upaya-upaya berbagai pihak untuk mengeliminasi penyakit Tuberkulosis terutama di Indonesia. Kegiatan HTBS bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara terus menerus tentang dampak kesehatan,  ekonomi dan sosial dari penyakit Tuberkulosis (TBC).

Pada hari Kamis, 2 Mei 2024 kegiatan puncak Hari Tuberkulosis Sedunia nasional berlangsung dari pukul 08.00 – 15.00 WIB di Pos Bloc, Jakarta Pusat. PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan RI untuk berpartisipasi dalam kegiatan Hari Tuberkulosis 2024.  PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI juga mengadakan sesi talkshow dengan beberapa narasumber, flashmob Jingle TBC, dan membuka booth edukasi di acara HTBS. Booth berisi poster edukasi dengan kegiatan games yang menarik untuk mendapatkan hadiah merchandise berupa mug, bolpen, stiker, dan pin. 

Acara dimulai dengan tarian tradisional sebelum akhirnya dibuka oleh MC. Setelah acara resmi dimulai, dr. Imran Priambudi selaku Direktur P2PM memberikan sambutan sekaligus membacakan data-data terkait penyakit TBC selama beberapa tahun terakhir. Dr. dr. Maxi Rein Rondonowu, DHSM, MARS selaku Direktur Jenderal P2PM juga turut memberikan sambutan dan arahan pembukaan acara. Beliau juga menjelaskan program terbaru untuk mengeliminasi penyakit TBC di Indonesia untuk tahun 2024 dan rencana kedepannya. 

Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemberian apresiasi dan hadiah kepada pemenang lomba HTBS oleh Direktur Jenderal P2PM. Apresiasi juga diberikan kepada Kader, Koordinator Kader, Pasien Supporter, dan Manajer Kasus terbaik dari 30 provinsi dan 190 Kabupaten/Kota wilayah intervensi Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Apresiasi ini diberikan guna memberikan penghargaan dan semangat kepada seluruh elemen komunitas yang telah bekerja keras selama ini di lapangan. 


Setelah sesi pemberian apresiasi, acara dilanjutkan dengan melakukan Flashmob Jingle TOSS TBC untuk memeriahkan acara. Flashmob dipimpin oleh instruktur dari komunitas yang diikuti oleh seluruh Kader yang hadir sejumlah 50 orang serta diikuti oleh seluruh pengunjung yang hadir dalam acara puncak HTBS tersebut.

Acara disambung dengan sesi Talkshow “Gerakan Indonesia Akhiri TBC” yang dipimpin oleh moderator selebriti Sarah Sechan dan dihadiri oleh beberapa narasumber, yakni dr. Imran Priambudi selaku Direktur P2PM Kemenkes, Samsul Jamaluddin selaku QAGC PT. JNE, dr. Nurdin selaku pejabat Walikota Tangerang, dan Mas Raja selaku Penyintas TBC. Tema “Gerakan Indonesia Akhiri TBC” diusung dengan harapan seluruh komponen dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, swasta, perusahaan dan masyarakat dapat bergotong royong mencapai Indonesia Bebas TBC 2030.  

Pada sesi ini, dr. Imran Priambudi menjelaskan kondisi penyakit TBC di Indonesia yang terus bertambah sekitar 1.000.000 kasus setiap tahunnya. Tahun lalu, penyakit TBC sudah berhasil ditemukan sebanyak 80%. Saat ini, dengan kebaruan yang ada di bidang kesehatan penyakit TBC dapat disembuhkan dengan lebih cepat. Pak Samsul juga menyampaikan bahwa di bidang kurir tentunya tingkat penyebaran penyakit sangat tinggi. PT. JNE cukup aktif dalam penanggulangan penyakit TBC bahkan melakukan pencegahan dan penindakan lebih lanjut.. 

Mas Raja turut menceritakan pengalamannya sebagai penyintas TBC Ekstra Paru yang dialaminya pada tahun 2022. Terakhir, Pak Nurdin menjabarkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap penanggulangan penyakit TBC berupa payung kebijakan, anggaran yang cukup, dan program-program untuk menangani kasus TBC. 

Sesi kedua acara dilanjutkan setelah istirahat siang dengan talkshow yang dimoderatori oleh Lina Harahap selaku perwakilan komunitas. Talkshow dihadiri oleh beberapa narasumber yakni Bu Ertin sebagai Koordinator Kader terbaik, Pak Bunli sebagai TB Army terbaik, Bu Poppy sebagai Manajer Kasus (MK) terbaik, Bu Kamisah sebagai Kader terbaik, dan Pak Sofyan sebagai Pasien Supporter (PS) terbaik.

Pada sesi ini, para narasumber melakukan sharing tentang pengalaman yang telah mereka lalui selama ini. Salah satu narasumber, Bu Poppy menceritakan keluh kesahnya selama menjadi Manajer Kasus (MK), baik itu kendala di lapangan maupun secara internal. Tidak sedikit pasien TBC yang tidak mau melakukan pengobatan, bahkan sampai melakukan perlawanan ketika diberikan edukasi. Bu Poppy tidak menyerah sampai disitu, beliau memberikan edukasi secara terus menerus untuk membujuk pasien hingga mau berobat. Dengan kegigihan yang dimilikinya, Bu Poppy berhasil menjadi Manajer Kasus (MK) terbaik.

Selanjutnya kegiatan sampai juga pada penghujung acara yang dimeriahkan oleh guest star yaitu Salma Salsabil yang membawakan beberapa lagu untuk menghibur para peserta yang hadir. Semoga kegiatan ini dapat memberikan edukasi tentang TBC yang masif kepada seluruh masyarakat yang hadir dalam kegiatan tersebut.

Highlight Kampanye Komunitas “Sembuh Lebih Cepat” Pengobatan TBC RO BpaL/M di RSUP Persahabatan

TBC RO atau Tuberkulosis Resisten Obat merupakan masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan terdapat 410.000 kasus TBC RO di seluruh dunia pada tahun 2023 yang memiliki jumlah paling tinggi di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Tidak terkecuali Indonesia dengan estimasi jumlah kasus TBC RO sebanyak 31.000 pada tahun 2022. Pasien TBC RO cenderung memiliki berbagai tantangan dan ancaman yang lebih serius, seperti durasi pengobatan yang lebih lama, peningkatan risiko efek samping obat yang merugikan, dan terbatasnya pengobatan. 

Oleh karena itu, peneliti telah mengembangkan kemajuan ilmiah yang telah memunculkan inovasi baru. Saat ini, terdapat tiga paduan obat yang tersedia untuk pengobatan TBC RO yaitu paduan jangka panjang (LTR), paduan jangka pendek (STR), dan paduan terbaru BPaL/BPaLM.

Regimen BpaL/M merupakan pengobatan terbaru telah menunjukkan hasil positif dalam keberhasilan pengobatan bagi pasien TBC RO di Indonesia. BPaL merupakan singkatan dari Bedaquiline, Pretomanid, Linezoid, dan Moxifloxacin (BPaL/M). Sejalan dengan pengobatan ini, Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) selaku SSR Komunitas Penabulu-STPI wilayah Jakarta Timur bersama dengan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) berinisiatif melaksanakan usaha menyebarluaskan kesadaran sekaligus memberikan edukasi terkait keberadaan paduan BPaL/M dalam programatik layanan perawatan TBC RO di Indonesia kepada kalangan orang terdampak TBC RO serta masyarakat umum melalui kampanye komunitas “Sembuh Lebih Cepat”. Kampanye ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia tahun 2024.

Acara yang berlangsung selama 3 jam ini dilaksanakan di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur pada tanggal 22 April 2024. Acara dihadiri oleh Tim Ahli Klinis TBC RO RSUP Persahabatan, perwakilan penyintas TBC RO dengan Pengobatan BpaL/BPaLM, dan perwakilan Manajer Kasus serta Pasien Supporter. Selain itu, acara juga dihadiri oleh 24 peserta yang merupakan 12 pasien TBC RO dengan pengobatan BPaL/BPaLM serta 1 orang pendamping keluarga dari masing-masing pasien.

Acara dilaksanakan sebagai bentuk kolaborasi antara Stop TB Partnership Indonesia (STPI) dengan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, SR Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), SSR Yayasan Pejuang Tangguh (PETA), dan didukung oleh Bakrie Center Foundation (BCF). Tujuan diadakannya acara ini yaitu untuk memberikan edukasi pasien TBC RO terkait eligibilitas, komponen, dosis, durasi dan efek samping perawatan TBC RO menggunakan paduan BPaL/BPaLM. 

Acara dibuka oleh sambutan dari Dokter yang menangani kasus TBC RO. Selanjutnya, Dokter memaparkan mengenai pengobatan BpaL secara singkat dan dilanjutkan dengan sambutan dari SSR Peta Jawa Timur, yaitu Ibu Jumayati. Ibu Jumayati memotivasi para pasien untuk semangat melakukan pengobatan hingga sembuh.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan STPI yaitu Mas Arif. Mas Arif memaparkan informasi terbaru terkait pengobatan TBC RO. Selanjutnya, Ibu Siska selaku pasien TBC RO memberikan testimoni pengobatan TBC RO dengan BPaL. Setelah bercerita mengenai pengalamannya, Ibu Yulinda selaku MK RSUP Persahabatan mengenalkan masing-masing Pasien Supporter serta memberikan edukasi tentang pendampingan komunitas dan perawatan TBC RO. Sesi pemberian edukasi dilanjutkan oleh Dr. Riyadi selaku Dokter Paru mengenai pengobatan TBC RO. Beliau memaparkan bahwa pengobatan TBC dilakukan menggunakan jangka pendek terlebih dahulu, selanjutnya jika sudah tidak dapat dilanjutkan dikarenakan resisten atau gangguan ginjal/hati, pengobatan disarankan secara individual (pengobatan dilakukan tergantung dengan kondisi pasien). Beliau mengharuskan pasien TBC untuk diobati hingga sembuh agar tidak menulari orang lain maupun keluarga di rumah. 

Acara diakhiri dengan sharing session yaitu sesi tanya jawab antara pasien dengan Dokter dan perawat. Di sesi ini, pasien bercerita mengenai keluhan yang dialaminya dan Dokter memberikan saran serta motivasi kepada para pasien. Harapannya, acara ini dapat memberikan wawasan baru kepada masyarakat khususnya pasien TBC RO terkait pengobatan BPaL/M. Dengan adanya pengobatan ini, pasien dapat meminimalisir efek samping obat dan mendapatkan proses penyembuhan yang lebih cepat.

 

South East Asia Region Constituency Meninjau Program Eliminasi TBC Komunitas di DKI Jakarta

Pada tahun 2024, The Global Fund kembali memberikan dukungan kepada Indonesia dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV, TBC, dan Malaria. Pada program eliminasi TBC grant cycle 7, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dipercaya untuk meneruskan program eliminasi TBC di Indonesia bersama dengan 30 Sub-Recipients di wilayah intervensi komunitas. 

Foto bersama tim site visit SEA Constituency di Puskesmas Cakung

The Global Fund mengajak anggota komunitas untuk menampilkan kemajuan, manfaat, dan dampak program kesehatan khususnya terkait program TBC dan HIV melalui site visit South East Asia (SEA) Region Constituency. Peserta site visit mengunjungi Puskesmas Cakung dan RSUP Persahabatan untuk melihat perkembangan program TBC di fasilitas kesehatan, termasuk layanan TBC RO, penerapan regimen BpaL/M, TPT, TB HIV, dan laboratorium di Rumah Sakit. Mereka juga berkesempatan untuk berinteraksi dan berdiskusi dengan para pasien supporter, kader TBC dan pasien TBC.

Tim site visit SEA Constituency membaca dokumen fact sheet komunitas dan berdialog dengan kader TBC Komunitas

Visitasi SEA Constituency di Puskesmas Cakung dilaksanakan dari pukul 08.30 hingga 09.50 WIB. Kegiatan ini melibatkan banyak pihak seperti Kementerian Kesehatan RI, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, CCM, Kader Tuberkulosis, Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan pihak puskesmas yang turut berkontribusi untuk keberhasilan acara. Pembukaan dilakukan oleh  pihak Puskesmas sekaligus memberikan sambutan kepada keseluruhan tamu yang hadir dalam kegiatan tersebut. Setelah pemberian sambutan, kegiatan site visit Puskesmas Cakung dilanjutkan dengan pemaparan pelayanan Program TBC dan HIV serta diskusi lebih lanjut. Tim site visit SEA Constituency juga berkesempatan untuk meninjau ruang laboratorium, ruang pemeriksaan, tempat obat, dan melakukan bincang serta diskusi bersama pasien TBC dan kader TBC. 

Tim site visit SEA Constituency berdialog bersama dengan pasien TBC RO, Pasien Supporter dan Manajer Kasus RSUP Persahabatan

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke RSUP Persahabatan yang terletak di Jakarta Timur. Sama halnya dengan kunjungan di Puskesmas Cakung, kegiatan site visit di RS Persahabatan dimulai dengan pembukaan dan penyampaian sambutan dari pihak RS Persahabatan. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan pelayanan Program TBC dan HIV serta diskusi untuk mengetahui perkembangan layanan TBC dan HIV di RSUP Persahabatan. Di akhir kunjungan, tim site visit SEA Constituency bertemu dengan pasien TBC RO, pasien supporter dan manajer kasus untuk melakukan diskusi dan berbincang mengenai implementasi program TBC RO yang terlaksana di RSUP Persahabatan.  

Country Team The Global Fund Menilik Program Eliminasi TBC di Indonesia

Perlu diketahui bersama bahwa pada tahun 2024-2026 Indonesia kembali mendapatkan dukungan The Global Fund untuk melanjutkan program pencegahan dan penanggulangan HIV, TBC, dan Malaria, serta memperkuat RSSH dengan total dukungan sejumlah USD 309,743,581 ditambahkan dengan pendanaan untuk C19RM sejumlah USD 26 juta. Implementasi dukungan tersebut dilaksanakan oleh 8 penerima hibah utama atau Principal Recipient (PR) hibah Global Fund tahun 2024-2026 salah satunya untuk komponen TBC yaitu PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI.

Muhammed Yassin membaca factsheet yang berisi kerja komunitas selama 2021-2023

Untuk mengetahui perkembangan capaian program TBC yang didukung dengan hibah Global Fund dan melihat pelaksanaan di lapangan, Country Team Global Fund melaksanakan site visit ke Jakarta, Jawa Tengah (Kota Semarang), dan Jawa Timur (Kota Surabaya) pada tanggal 24 Januari 2024 dan 26-29 Januari 2024. Di Jakarta, Country Team berkunjung ke RSPI Prof. Sulianti Saroso untuk melihat perkembangan program TBC di fasilitas kesehatan, termasuk layanan TBC RO, implementasi regimen BpaL/M, TPT, TB HIV dan lab.  (WGS) di Rumah Sakit, serta menyapa dan berdiskusi dengan pasien supporter dan pasien TBC.

Sambutan Direktur RSPI Prof. Sulianti Saroso

Visitasi The Global Fund di RSPI Prof. Sulianti Saroso dilaksanakan dari pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Kegiatan yang melibatkan banyak pihak tersebut seperti Dinas Kesehatan Jakarta, Komunitas, TWG TB, CCM, pihak Rumah Sakit dan Kementerian Kesehatan RI dibuka dengan sambutan dari direktur utama RSPI dr.Alvin Kosasih, Sp.P, MKM. Sambutan juga disampaikan oleh Country Team The Global Fund Muhammed Yassin. Dalam sambutannya, Muhammed Yassin sangat antusias dengan sambutan yang diberikan oleh seluruh pihak Rumah Sakit dan jajarannya. Beliau pun berpesan bahwa semoga seluruh program TBC yang dilaksanakan pada grant cycle 7 dapat terlaksana dengan optimal dan mendukung terciptanya eliminasi TBC di Indonesia.

Country Team The Global Fund melihat ruang pelayanan pasien TBC SO

Setelah pemberian sambutan dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke ruang pelayanan TBC di RSPI Prof. Sulianti Saroso. Country Team The Global Fund dengan didampingi oleh rumah sakit, komunitas, kemenkes dan mitra melihat bagaimana implementasi pelayanan pasien TBC.  Dalam kesempatannya, Country Team The Global Fund berkunjung ke ruang konseling pasien TBC RO, ruang pemeriksaan dan layanan TBC SO, ruang pemeriksaan dan layanan TBC RO, dan laboratorium.

Visitasi Country Team The Global Fund ke ruang layanan konseling pasien TBC

Di akhir kegiatan kunjungan, Muhammed Yassin berkesempatan untuk bertemu dan menyapa pasien TBC RO yang sedang mengambil obat di RSPI. Beliau juga berkesempatan untuk memberikan sertifikat sembuh kepada pasien TBC RO yang telah menyelesaikan pengobatan. Hingga saat ini, hibah The Global Fund memberikan andil besar dalam eliminasi TBC di Indonesia. Country Team The Global Fund tentunya memiliki harapan bahwa dengan dilanjutnya pemberian hibah kepada Indonesia dapat meningkatnya notifikasi kasus dan kesembuhan pasien TBC dalam pengobatan hingga selesai.

 

Konsolidasi Nasional Program Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Periode 2024–2026 : Optimisme Menuju Indonesia Bebas TBC Tahun 2030

Global Tuberculosis Report (GTR) tahun 2022 mencatat bahwa negara peringkat kedua dengan kasus tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia adalah Indonesia. Dalam menanggulangi TBC, Indonesia mendapatkan dukungan dana dari The Global Fund yang dihibahkan kepada pemerintah Indonesia dan komunitas untuk saling berkolaborasi. Pemerintah menuangkan komitmen politik untuk mengeliminasi TBC dengan memastikan ketersediaan kebijakan dan anggaran untuk penanggulangannya. Sejalan dengan hal tersebut, pihak komunitas berperan untuk melakukan proses pencegahan, penemuan dan pendampingan kasus TBC hingga sembuh yang disertai dengan kegiatan kemitraan dan advokasi. Komunitas telah berkontribusi pada capaian penemuan kasus dan pengobatan pasien TBC melalui PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. 

National Program Director bersama para manajer menyampaikan implementasi program periode 2024-2026

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dibentuk dan berkolaborasi dalam menanggulangi TBC melalui dana hibah the Global Fund untuk periode tahun 2021–2023. Sepanjang tahun 2021 hingga 2023 Konsorsium Penabulu-STPI terus meningkatkan capaian target indikator dengan penanda rating yang meningkat setiap semesternya; capaian semester-1 sebesar 24%, semester-2 sebesar 46%, semester-3 sebesar 66%, semester- sebesar 4 81%, semester 5 sebesar 78%, dan diproyeksikan semester-6 mampu mencapai 90%. 

Pada tahun 2024–2026, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI kembali mendapatkan mandat dari The Global Fund sebagai Principal Recipient untuk menjalankan program Eliminasi TBC di Indonesia dengan beberapa penyesuaian indikator utama hingga rincian kegiatan yang mengacu pada Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia 2020–2024. Sebagai salah satu tahapan persiapan pelaksanaan program tahun 2024–2026, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI melaksanakan pembaruan informasi dan penyusunan strategi program. Hal ini akan diupayakan melalui kegiatan Konsolidasi Nasional Program PR Konsorsium Penabulu-STPI Tahun 2024–2026.

Pertemuan Konsolidasi Nasional Program PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI tahun 2024–2026 menjadi agenda penting bersama untuk melakukan pembaharuan informasi dan pembaruan strategi implementasi mengacu proses pelaksanaan program di tahun 2021–2023. Kegiatan pertemuan Konsolidasi Nasional Program PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dilaksanakan selama 5 hari dengan mendatangkan narasumber-narasumber ahli di bidangnya.

Sesi diskusi bersama dr.Imran Pambudi, MPHM selaku Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI

Kegiatan hari pertama diawali dengan kedatangan peserta, registrasi peserta, briefing dan konsolidasi internal tim PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI untuk mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan koordinasi serta tindak lanjut. Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan pembukaan dan  sambutan yang disampaikan oleh Ibu Heny Prabaningrum selaku National Program Director, Nurul Nadia Luntungan selaku Authorized Signatory, Prof.dr. Adang Bachtiar selaku ketua TWG TB Indonesia, dan dr. Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dari Kementerian Kesehatan RI. Setelahnya, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang terdiri dari 3 panel dengan topik: a) update situasi TBC dan strategi nasional untuk eliminasi TBC dalam konteks komunitas (diskusi panel 1), b) Peluang Kolaborasi untuk Memperkuat Peran Komunitas dalam Eliminasi TBC di Indonesia (diskusi panel 2), dan c) Best Practices 4 Indikator Utama PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Selain itu, Ibu Heny sebagai NPD turut mengisi sesi di hari kedua dengan memberikan refleksi peran Komunitas tahun 2021–2023 (catatan penting pelaksanaan program oleh PR Komunitas).

Pemaparan hasil diskusi kelompok pada sesi Behaviour Changes Communication

Di hari ketiga, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan update kebijakan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI tahun 2024–2026 seperti struktur PR dan SR, Preventing Sexual Exploitation, Abuse, and Harassment (PSEAH), penjelasan program tahun 2024-2026, dan Pedoman Pelaksanaan Program (PPP) yang disampaikan oleh para manajer. Setelahnya, kegiatan diisi dengan sesi diskusi panel yang terdiri dari topik Peran CSO dalam Memperkuat Komunitas (diskusi panel 4) dan Pelaksanaan IK untuk Penemuan Kasus TBC di Indonesia (diskusi panel 5) dengan mendatangkan narasumber-narasumber ahli dibidangnya. Sesi expert session juga dilaksanakan dengan mendatangkan Ibu Vida selaku konsultan dalam penyusunan strategi komunikasi Behaviour Changes Communication  dan beberapa peneliti seperti Ibu Christa Dewi dari WHO (tim peneliti KAP TB), Ibu Trisasi Lestari dari tim peneliti OR IK, dan Ibu Nurliyanti dari tim peneliti CHW CHV STPI. 

Penyampaian Panduan Implementasi Program (PIP) periode 2024-2026 oleh Program Manager

Di hari keempat, kegiatan lebih diarahkan dengan penjelasan Panduan Implementasi Program (PIP) periode 2024-2026 yang disampaikan oleh Program Manager dan MEL Manager dengan melaksanakan Forum Group Discussion (FGD). Kegiatan diskusi panel juga dilanjutkan dengan beberapa topik seperti Pemberian TPT dalam Upaya Pencegahan TBC di Indonesia (diskusi panel 7) dan Strategi Advokasi Pelibatan Komunitas dalam Penanggulangan TBC di Indonesia (diskusi panel 8). Selain itu, panel terkait Strategi Penghapusan Stigma dan Diskriminasi untuk Menciptakan Lingkungan yang Kondusif dalam Penemuan Kasus TBC di Indonesia juga disampaikan oleh Konsultan Human Right untuk Program GF di Indonesia agar menambah wawasan peserta terhadap diskriminasi bagi pasien TBC. 

Pemberian penghargaan kepada SR Jawa Tengah sebagai SR dengan capaian terbaik

Di hari akhir, kegiatan diisi dengan team building, penyampaian hasil kelas, performance, dan pemberian penghargaan bagi para SR dengan capaian terbaik.  Hal ini dilaksanakan guna mempererat hubungan sesama peserta dan menjalin komunikasi dan koordinasi yang baik di setiap level. Pada kesempatan tersebut, Ibu Heny Prabaningrum selaku NPD juga berpamitan karena harus menyelesaikan mandatnya sebagai NPD selama periode 2021-2023. Beliau berpesan agar segala sesuatu yang akan dan telah dilaksanakan selama ini dapat memberikan dampak yang baik, terutama untuk pasien tuberkulosis. 

Foto bersama seluruh peserta Rapat Koordinasi Nasional

Adanya momentum ini diharapkan dapat menyatukan kesepahaman bersama antara PR Konsorsium Penabulu-STPI, SRs, pemerintah, dan mitra mengenai indikator kinerja, rencana kerja PR serta rencana implementasi tahun 2024–2026 (PPP, PIP, IAM, M&E Plan). Selain itu, Yuniar Ika Fajarini sebagai Ketua Panitia Rakornas 2023 menyampaikan bahwa, “Kegiatan ini berhasil dilaksanakan berkat kerja keras dan sinergi seluruh tim panitia, serta partisipasi aktif semua peserta. Kami berusaha menyediakan wadah kegiatan yang mendukung pertukaran ide dan kolaborasi antar stakeholder, sehingga mampu menghasilkan solusi-solusi inovatif untuk tantangan yang dihadapi saat ini. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam kesuksesan Rakornas 2023. Saya yakin, dengan semangat kolaborasi dan tekad untuk terus berinovasi, kita mampu mencapai impian besar kita: eliminasi TBC di Indonesia. Bersama, kita bisa membuat perubahan yang nyata!.” 

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Melaksanakan Skrining TBC Kepada Ribuan Karyawan PT. Dua Kelinci dan PT. Handal Sukses Karya

Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia. WHO memperkirakan insiden tahun 2022 sebesar 969.000 atau 367 per 100.000 penduduk, sedangkan TB-HIV sebesar 36.000 kasus per tahunnya atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk dan kematian akibat TB-HIV sebesar 9.400 atau 4 per 100.000 penduduk. Dengan estimasi insiden sebesar 969.000 kasus tahun 2022 dan notifikasi kasus TBC sebesar 443.235 kasus, maka masih ada sekitar 55% kasus masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh program (detected, un-notified). Kondisi ini membuat negara Indonesia masih berjuang dalam menuju eliminasi TBC tahun 2030.

Pelaksanaan Skrining Pencegahan Tuberkulosis di PT. Handal Sukses Karya, Jepara, Jawa Tengah

Sebagai bagian dari mendukung akselerasi peningkatan penemuan kasus dan ikhtiar menuju Indonesia bebas TBC tahun 2023, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI melaksanakan kegiatan Skrining Pencegahan Tuberkulosis berbasis Tempat Kerja yang dilaksanakan di Jawa Tengah bersama dengan SR MSI (Mentari Sehat Indonesia). Kegiatan skrining ini adalah kegiatan active case finding menggunakan teknologi AI berbasis tempat kerja yang mana pemilihan lokasi ditentukan dengan adanya keberadaan kasus di tempat kerja tersebut. Selama tahun 2023, implementasi skrining TBC menggunakan teknologi AI berhasil memeriksa kontak serumah dan kontak erat sebesar 16.571 peserta di 17 Kabupaten-Kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur per tanggal 22 November 2023.

Pemeriksaan kesehatan fisik kepada seluruh karyawan PT. Dua Kelinci meliputi tensi, berat badan, gula, darah dan kolesterol

Melalui proses advokasi dan jejaring yang luas, SR Mentari Sehat Indonesia bersama dengan Dinas Kesehatan setempat berhasil menggandeng PT. Dua Kelinci dan PT. Handal Sukses Karya untuk berkolaborasi dalam melaksanakan skrining TBC serta skrining kesehatan kepada ribuan karyawan di perusahaannya. Skrining TBC di PT. Dua Kelinci dilaksanakan pada tanggal 12-14 September 2023, sedangkan di tanggal 15 September 2023 kegiatan skrining dilaksanakan di PT. Handal Sukses Karya. 

Antusiasme peserta saat mendapatkan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) TBC saat menunggu antrian skrining

“Saya merasa terbantu dengan adanya program skrining TBC dan kesehatan di PT. Dua Kelinci Kabupaten Pati. Anggaran yang terbatas dari pemerintah membuat kami tidak masif melaksanakan skrining di tempat kerja dengan target ribuan karyawan, namun adanya komunitas membuat hal-hal seperti ini dapat dilaksanakan. Kami pun akan terus mendukung program – program selanjutnya dari komunitas,” ucap Ibu Yanti Kepala Tim Kerja TBC Kabupaten Pati.

Selain itu, pihak perusahaan sangat menyambut baik adanya kegiatan ini. Ibu Aris Windarsih selaku Human Resource Development (HRD) menyampaikan bahwa penularan TBC sangat riskan dan mudah terjadi dengan kondisi pekerja yang saling berhubungan dan berdekatan. Oleh karena itu, ketika PT. Dua Kelinci mendapat penawaran skrining, PT. Dua Kelinci merasa sangat terbantukan sehingga PT. Dua Kelinci juga dapat melakukan deteksi secara dini kepada karyawan-karyawannya. Pendapat positif lainnya juga disampaikan oleh Ibu Eni selaku General Manager dari PT. Handal Sukses Karya Jepara. “Kami sangat antusias ketika mendapatkan kerjasama ini. Karena kami bisa memastikan kesehatan pekerja kami dengan bantuan dari komunitas dan dinas kesehatan, serta mencegah terjadinya penularan TBC di lingkungan perusahaan kami,” ucapnya.

Pemberian edukasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di tempat kerja kepada seluruh karyawan

Hingga saat ini, skrining pencegahan tuberkulosis di tempat kerja telah menyasar 1.685 karyawan PT. Dua Kelinci dan total 976 karyawan yang di skrining di PT. Handal Sukses Karya. Selanjutnya pada tanggal 18-19 September 2023, skrining TBC juga akan dilanjutkan di PT. Apparel One Indonesia di Semarang. 

Semoga, kegiatan Skrining Pencegahan TBC Berbasis Tempat Kerja dapat diimplementasikan secara rutin dengan menargetkan lebih banyak perusahaan sehingga dapat meningkatkan angka penemuan kasus, serta mewujudkan Indonesia Bebas TBC 2030.