Skip to content

Kolaborasi Penanggulangan TBC PR Konsorsium Komunitas bersama dengan Civitas Akademis dalam Talkshow: Upaya Peningkatan Literasi Mahasiswa terhadap Isu Tuberkulosis

DSC02937
Foto bersama seluruh pembicara, moderator dan master of ceremony (MC) yang berperan dalam  kegiatan talkshow

Tuberkulosis (TBC) hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report (GTR) tahun 2022, Indonesia berada di peringkat kedua di dunia dengan kasus TBC terbanyak. Dengan estimasi insiden sebesar 969.000 kasus pada tahun 2022 dan notifikasi kasus TBC sebesar 443.235 kasus, masih ada sekitar 55% kasus masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh program (detected, un-notified). Kondisi ini membuat negara Indonesia masih berjuang dalam menuju eliminasi TBC 2030. Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan TBC di Indonesia salah satunya adalah pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap kasus TBC.

Literasi masyarakat yang masih rendah terkait TBC, dapat memiliki dampak pada upaya pencegahan, pengobatan, dan penanggulangan penyakit TBC, terlebih menuju program Eliminasi TBC tahun 2030. Hal tersebut menyebabkan masyarakat kurang mampu memahami informasi yang tepat dan akurat tentang gejala, penyebaran, pencegahan, dan pengobatan TBC. Kondisi tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kasus TBC yang tidak terdiagnosis atau tidak terobati, serta penyebaran informasi yang salah atau mitos terkait TBC (stigma). Sekitar 500 ribuan kasus yang belum ditemukan dan diobati bisa menjadi rantai penularan aktif yang bukan tidak mungkin akan menjangkau kita dan keluarga kita. Apalagi 1 orang sakit TBC yang tidak diobati sampai sembuh dalam 1 tahun, mengakibatkan penularan ke 10-15 orang di sekitarnya.

Proses sesi tanya jawab talkshow. Seluruh peserta sangat aktif untuk bertanya terhadap materi yang sudah disampaikan

Beberapa efek dari pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap TBC adalah kurangnya pengetahuan tentang gejala awal TBC yang dapat menyebabkan masyarakat mengabaikan tanda-tanda TBC yang muncul pada diri mereka atau anggota keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan penundaan dalam pemeriksaan medis dan diagnosis yang tepat waktu. Selain itu, masyarakat yang tidak memahami cara penularan TBC tentu tidak mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menghindari penyebaran penyakit kepada orang lain seperti tidak melakukan vaksinasi atau menghindari paparan.

Merespon kondisi tersebut, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkolaborasi dengan Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melakukan kampanye Tuberkulosis secara masif kepada masyarakat luas secara umum dan juga civitas akademik FKM Universitas Indonesia melalui kegiatan SPARE XVII (Sport and Art Event). SPARE Merupakan program kerja unggulan di bawah Bidang Pengembangan Minat dan Bakat BEM IM FKM UI, yang mana, harapan dari kolaborasi ini dapat menjadikan TBC sebagai isu prioritas (top of mind) dalam berbagai kebijakan di segala lapisan masyarakat dan kalangan anak muda.

Salah satu rangkaian kegiatan SPARE XVII adalah pelaksanaan Talkshow pada tanggal 15 September 2023, bertempat di Aula A Gedung FKM Universitas Indonesia. Talkshow bertajuk “TBC Awareness Starts with You” merupakan kegiatan Grand Opening SPARE XVII yang bertujuan untuk sharing pengetahuan terkait penyakit TBC dengan berbagai narasumber ahli, diantaranya adalah dr.Ugiadam Farhan (Dokter Ahli), Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH (Dosen FKM UI), Heny Prabaningrum M.PA, M.Sc yang diwakilkan oleh Dangan Prasetya (PR TBC Komunitas), dan Budi Hermawan (Ketua POP TB Indonesia dan penyintas TB). Talkshow dimulai pada pukul 15.00 WIB dengan dihadiri oleh 100 peserta baik dari masyarakat umum maupun mahasiswa UI. Masing-masing pembicara menyampaikan informasi yang sangat komprehensif serta faktual terhadap isu, program, dan progress eliminasi TBC di Indonesia saat ini.

dr. Ugiadam Farhan dan Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH sebagai narasumber menjelaskan isu klinis TBC dan usaha preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah TBC

Ugiadam Farhan sebagai praktisi ahli menyampaikan secara klinis terkait faktor resiko terjadinya TBC, keadaan paru-paru saat mengalami TBC, dan pola penyakit TBC. dr. Farhan juga menegaskan kepada peserta talkshow bahwa banyak sekali fakta dan mitos yang beredar di masyarakat terhadap informasi TBC. Ia pun berharap bahwa masyarakat dapat lebih bijak dalam mengolah informasi yang diperoleh agar tidak terjadi penyebaran ilmu yang salah terhadap penyakit TBC. “Mungkin beberapa peserta disini percaya bahwa TBC dapat menular melalui alat makan dan sebagainya, namun itulah contoh pendistribusian informasi yang kurang tepat. Carilah sumber terpercaya agar meyakinkan info yang didapat adalah mitos/fakta,” ujarnya.

Selanjutnya, Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH (Dosen FKM UI) turut menyampaikan materi terkait model penyebaran penyakit TBC, epidemologi TBC di Indonesia, cara mencegah penyebarluasan penyakit TBC dan preventif serta promosi informasi TBC kepada khalayak luas. Dr. Dian Ayubi menggarisbawahi bahwa peran anak muda terutama mahasiswa menjadi ujung tombak yang penting untuk bertanggungjawab dalam penyebaran informasi di masyarakat. Menurutnya, dengan era teknologi media sosial yang banyak dikelola oleh anak muda dapat menjadi salah satu media untuk memperluas informasi selain mengandalkan kader TBC dilapangan yang memberikan informasi dari rumah ke rumah. “Saat ini semua dalam hitungan detik dapat mengakses beribu ribu informasi di internet. Nah anak-anak muda, Gen-Z seperti kalian dapat berperan aktif untuk memperluas informasi TBC melalui platform media sosial,” tambahnya.

Dangan Prasetya dan Budi Hermawan turut memaparkan materi terkait peran komunitas dalam eliminasi TBC di Indonesia dan perjuangan pasien saat terdiagnosa hingga proses penyembuhan

Kemudian dari sisi implementasi eliminasi TBC dari sudut pandang komunitas, Dangan Prasetya selaku pembicara dari PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI membagikan ilmu dengan topik implementasi kebijakan program komunitas mengenai TBC, peran komunitas dan pemerintah dalam mendukung eliminasi TBC di Indonesia, dan program-program yang saat ini dilakukan oleh komunitas untuk mengurangi angka kasus TBC di Indonesia. “Saat ini, kami bekerja di 30 provinsi wilayah, mendukung pemerintah mencapai eliminasi TBC 2030 melalui kegiatan investigasi kontak, Terapi Pencegahan TBC dan pemberian enabler. Dengan sumber daya di lapangan seperti Kader, Pasien Supporter (PS), dan Manajer Kasus (MK) kami terus berusaha untuk menemukan banyak kasus dan mengajak pasien untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan hingga sembuh,” sambungnya.

Pembicara terakhir yaitu Pak Budi Hermawan sebagai penyintas TBC pun turut membagikan kisahnya terhadap hambatan pengobatan, suka duka dan perjuangan ia untuk sembuh dari penyakit TBC. Baginya, kesembuhan dari penyakit TBC yang ia alami merupakan titik balik untuk memulai hidup dengan semangat baru. Ia pun mengatakan bahwa saat ini ia ingin mendukung seluruh pasien TBC RO agar semangat dan dimudahkan perjuangannya dalam menjalani pengobatan. Sehingga ia dan rekan-rekan POP TB Indonesia saat ini menciptakan kanal Lapor TBC dan Hotline Kesehatan Mental untuk pasien TBC RO sebagai fasilitas bagi para pasien TBC RO yang dapat diakses secara gratis.

Tentunya, informasi dari masing-masing narasumber memberikan banyak manfaat dan ilmu bagi kita untuk lebih peduli dan masif menyebarkan informasi TBC kepada keluarga, saudara, teman sejawat dan seluruh masyarakat. Semoga ilmu dari talkshow yang telah dilaksanakan dapat ditindaklanjuti oleh seluruh peserta agar peningkatan literasi masyarakat terhadap TBC dapat meningkat dan mendukung indonesia bebas TBC 2030.


Penulis: Winda Eka Pahla

Editor: Dangan Prasetya

 

Bagikan Artikel

Cermati Juga