TimorTengahSelatan(TTS), NTT – SSR PERDHAKI Timor Tengah Selatan (TTS) melaksanakan Pertemuan Koordinasi Tingkat Kabupaten pada hari Kamis, 9 Maret 2023. Kegiatan yang dilaksanakan di Soe, ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, melibatkan 30 peserta dari unsur SSR Perdhaki TTS, Dinas Kesehatan TTS serta Kader TBC Komunitas. Kegiatan pertemuan dilaksanakan khusus untuk zona satu yakni wilayah Puskesmas Kota, Kapan, Siso dan Batuputih yang dibuka secara langsung oleh Kepala SSR PERDHAKI TTS, RD Blasius T. Udjan.
Suasana Pertemuan Koordinasi Tingkat Kabupaten di wilayah Timor Tengah Selatan
Romo Ade Udjan, sapaan RD Blasius T. Udjan, pada pembukaan Pertemuan Koordinasi menyampaikan sambutanya. Menurut beliau, kegiatan yang dilaksanakan merupakan momentum penting untuk membicarakan atau mendiskusikan berbagai kendala, persoalan maupun masalah yang dihadapi dalam upaya penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Timor Tengah Selatan. “Pertemuan Koordinasi yang dilaksanakan merupakan kesempatan berdiskusi bersama. Melihat kembali berbagai persaoalan dan tantangan. Tak cukup sampai di situ, Pertemuan Koordinasi yang dilaksanakan ini diharapkan memberikan rekomendasi-rekomendasi pemikiran penting bagi komunitas. Rekomendasi hasil disukusi juga harus ditindaklanjuti. Dengan demikian maka pertemuan ini akan berujung pada kerja-kerja nyata bersama di lapangan,” harap Romo Ade.
Beberapa hal seperti perubahan alur kerja upaya pelacakan terduga lewat Investigasi Kontak (IK), lanjut Romo Ade, juga harus didiskusikan dengan serius dan baik. Melihat situasi tersebut, akan ada satu pemahaman kerja sesuai dengan Petunjuk Teknis yang ada, ujarnya. “Tugas bersama kita adalah tentunya tidak sampai pada pelacakan hingga penemuan. Namun, lebih dari itu yakni pengobatan hingga sembuh,” pungkas Romo Ade.
Selanjutnya, kegiatan yang dipandu Moderator, Longginus Ulan, Staf Program SSR PERDHAKI TTS menampilkan pembicara pertama yaitu Wasor TB Dinas Kesehatan TTS, Remygius Mello.Wasor Remi Mello dalam paparanya menyebutkan bahwa dari 15 Puskesmas yang merupakan menjadi wilayah Intervensi PERDHAKI, umumnya persentasi pencapaiaan target lebih baik dari wilayah yang belum diintervensi PERDHAKI. “Contohnya, di Wilayah Puskesmas Batuputih dari target ternotif atau positif 55 pasien capaiaan mencapai 69, 09 persen. Puskesmas Siso dari target 43 positif, capainnya 72 persen,” ujar Remi merincikan capaian Puskesmas yang merupakan wilayah intervensi PERDHAKI.
Di sisi lain, beberapa persoalan pun diungkapkan oleh Wasor TB seperti masih kuatnya stigma bahwa TBC adalah penyakit kutukan dan guna-guna sehingga berobat ke dukun, penemuan kasus secara dini masih kurang, serta faltor jarak tempuh atau jauhnya jarak pengantaran sputum ke lokasi TCM. Sehingga dengan permasalahan tersebut, Wasor TB memberikan tawaran Rencana Tindak Lanjut (RTL) yakni optimalisasi pemanfaatan TCM, meningkatkan penjaringan terhadap kelompok beresiko serta mengoptimalkan edukasi. “Beberapa hal teknis yang ditekankan juga adalah upaya validasi data dengan Puskesmas yang belum melakukan penginputan ke SITB, memperkuat alur komunikasi dalam upaya pemberian TPT bagi anak usia nol sampai empat tahun. Kita bersyukur juga bahwa dalam waktu dekat ini akan ditambah alat TCM di beberapa wilayah di Kabupaten TTS. Ini akan semakin membantu dalam upaya pemeriksaan,” ujarnya.
Usai paparan dari Dinas Kesehatan TTS yang disampaikan Wasor TB, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi yang melibatkan Staf Program SSR, Staf Finance, Koordinator Kader, Kader, pihak Dinas dan Pengelola Program TB dari 5 Puskesmas yang hadir. Sekadar diketahui, kegiatan Pertemuan Koordinasi Tingkat Kbaupaten TTS ini dibagi dalam tiga zona mengingat jarak tempuh yang jauh dari Puskemas ke lokasi kegiatan. Selain memaparkan data capaian SSR TTS tahun 2022, beberapa kendala teknis di lapangan juga disampaikan seperti perubahan alur IK serta belum sadarnya masyarakat untuk memeriksakan diri saat dilaksanakan investigasi kontak maupun. Para pengelola Puskesmas yang diberikan kesempatan untuk memaparkan materi pun, umumnya, mengalami kendala yang sama yakni; masyarakat belum sadar untuk diperiksa dan berobat.
Terkait persoalan-persoalan yang dihadapi dalam Pertemuan Koordinasi Tingkat Kabupaten ini, direkomendasikan rencana tindak lanjut yaitu agar pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan PERDHAKI penting untuk melibatkan tokoh-tokoh masyarakat maupun pemerintahan. Kehadiran tokoh pemerintahan seperti Kepala Desa atau Lurah maupun tokoh agama dalam upaya penanggulangan TBC mengemuka dalam diskusi tersebut. Ini diyakini akan memberikan daya tekan tersendiri bagi masyarakat untuk bersedia diperiksa maupun kepatuhan minum obat. Selain itu, adanya upaya bersama penginpuatan data di SITB oleh Pengelola di Puskesmas dan SITK oleh PERDHAKI akan sangat membantu dalam upaya validasi data penanggulangan TBC di TTS.
Kegiatan Pertemuan Koordinasi Tingkat Kabupaten oleh PERDHAKI-STPI Penabulu ini bertujuan untuk; Pertama, melakukan koordinasi dan evaluasi terkait hasil capaian indikator dan pelaksanaan kegiatan oleh tim komunitas dengan Dinas Kesehatan maupun Puskesmas. Kedua, menyampaikan tantangan dalam proses penemuan kasus melalui kegiatan Investigasi Kontak dan Community outreach serta pemberian TPT hingga menyusun strategi/RTL disertai timeline. Ketiga, melakukan proses kroscek/validasi data antara hasil capaian indikator tim komunitas dengan data Puskesmas serta Dinas Kesehatan. Keempat, mendistribusikan data kasus indeks dari Puskesmas/Dinas Kesehatan kepada Tim Komunitas hingga kader. Kelima, memberikan data kontak/terduga yang perlu dilakukan re-visit serta menyampaikan progress tindak lanjut pelaksanaan revisit setiap bulan. Keenam, eningkatkan kualitas dan kapasitas kader dalam implementasi kegiatan lapangan dan pencatatan dan pelaporan.
Penulis: Longginus Ulan (Staff Program SSR TTS)
Editor : Winda Eka Pahla