MAKASSAR– Masyarakat kota Makassar cenderung masih memilih-milih tempat layanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan maupun berobat ketika mengalami gejala penyakit, khususnya penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC).
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan pertemuan periodik komunitas dengan pemangku kepentingan untuk peningkatan layanan TBC dalam jejaring DPPM di kota Makassar, yang dilaksanakan oleh SSR Yayasan Masyarakat Peduli (Yamali) TB kota Makassar pada Kamis (15/9/2022).
Kegiatan sebagai monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan jejaring DPPM, khususnya untuk peningkatan kualitas layanan TBC ini diikuti oleh unsur Dinas Kesehatan kota Makassar, Koalisi Organisasi Profesi untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB), Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKTRL), dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Wasor TB Dinkes Makassar, Diyah menyatakan bahwa strategi DPPM merupakan strategi baru pemerintah dalam upaya penemuan kasus TBC di Indonesia. “Jika beberapa tahun sebelumnya, penemuan kasus hanya banyak bergelut di layanan kesehatan pemerintah puskesmas dan rumah sakit, maka melalui strategi ini kita juga menyasar sektor swasta baik rumah sakit, klinik maupun dokter praktik mandiri,” terangnya.
Koordinator Program TB Komunitas SR Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi, menimpali bahwa terdapat 74% masyarakat dengan gejala TBC dalam hal mencari pengobatan awal lebih memilih fasyankes swasta pada hasil Patient Pathway Analysis. Sedangkan persentase pencarian pengobatan di fasyankes swasta paling besar ada di farmasi/apotek (52%), DPM (19%) dan RS (3%). “Ini saya kira sudah menjadi dasar yang kuat bahwa menyasar kasus TB di sektor swasta memang sangat relevan saat ini, dan hal itu nyambung dengan apa yang dikemukakan oleh petugas layanan yang hadir dalam kesempatan pertemuan ini,” tuturnya.
Manager Kasus DPPM Yamali TB Kota Makassar, Muh Fajar Parhrir, menambahkan bahwa melalui pertemuan tersebut pihaknya telah merumuskan alur dan mekanisme untuk penguatan strategi DPPM serta peningkatan kualitas layanan yang berpihak pasien. “Kami juga melakukan sejumlah pelacakan untuk pasien mangkir di layanan, hasilnya dari tiga bulan terakhir sudah ada tiga orang pasien yang kembali melakukan pengobatan setelah sebelumnya dinyatakan putus berobat,” tambahnya.