Skip to content

TALKSHOW “TALK x BINCANG TBC 2022” : Mari Cegah TBC Anak Dengan Pemberian TPT pada Balita

unnamed (3)

(Foto bersama dengan narasumber-narasumber talkshow yaitu Dokter Hetty, Ibu Khadijah, Ibu Julaeha dan Kak Rinaldi)

Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit infeksi yang  banyak menyebabkan kematian. Tidak hanya menyerang orang dewasa, TBC juga dapat terjadi pada anak-anak. Global TB Report 2021 memperkirakan bahwa terdapat 4 juta anak usia di bawah 5 tahun terkena TBC akibat kontak serumah dengan pasien TBC. Sehingga pada kasus ini, pemberian obat TPT (Terapi Pencegahan TBC) menjadi langkah penting untuk dilakukan kepada orang-orang yang melakukan kontak erat dengan pasien terutama bagi balita.

Perlu diketahui, TPT adalah serangkaian program pemberian pengobatan dengan satu atau lebih jenis obat antituberkulosis yang diberikan untuk mencegah berkembangnya penyakit TBC di tubuh seseorang. Pemberian obat TPT dapat diberikan dalam jangka waktu 3-6 bulan secara rutin sesuai dengan pertimbangan dokter. Upaya pemberian TPT ini merupakan usaha untuk mengurangi jumlah balita yang menjadi sakit TBC. Namun, sayangnya, literasi dan pengetahuan masyarakat terkait dengan TPT masih sangat kurang. Bahkan, beberapa keluarga yang kontak erat dengan pasien pun menolak untuk mendapatkan TPT.

Menanggapi kurangnya informasi tentang TPT di masyarakat, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI bersama dengan Stop TB Partnership Indonesia mengadakan acara Talkshow TALK x BINCANG TBC sebagai upaya kolaborasi  untuk mengajak  dan memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan  informasi TPT kepada anak.

Acara ini menyuguhkan talkshow komunikatif spesial Hari Anak Nasional 2022 dengan mengundang 4 narasumber yaitu Ibu Khadijah (Orangtua Anak Penerima TPT), Ibu Julaeha (Kader TPT Banten), dr. Hetty Wati Napitupulu, SpA (Dokter Spesialis Anak) dan Apt. Rinaldi Nur Ibrahim, S.Farm (Duta TBC) yang diselenggarakan pada tanggal 23 Juli 2022 di kantor PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI.

Acara talkshow dibuka oleh pemaparan dari Apt. Rinaldi Nur Ibrahim yang menjelaskan kondisi TBC di Indonesia. “Indonesia ini berada pada posisi ke-3 di dunia untuk kasus TBC. Sebenarnya kalau dibandingkan dengan tahun 2020, kasus TBC di Indonesia ini mengalami penurunan, namun bukan karena banyak yang sembuh tapi karena angka notifikasi kasusnya menurun akibat dampak pandemi COVID-19,” ucapnya.  Notifikasi yang rendah tersebut juga menunjukkan bahwa kemungkinan penularan TBC masih banyak terjadi. Sehingga, pemberian TPT merupakan langkah yang baik untuk mencegah terjadinya sakit TBC dan menurunkan beban TBC di Indonesia.

(Ibu Julaeha, Kader dari SR Banten menceritakan usahanya dalam memberikan edukasi TPT kepada masyarakat di wilayahnya)

Banyaknya kasus TBC juga dialami oleh provinsi-provinsi di daerah contohnya yaitu Banten. Ibu Julaeha selaku kader TBC mengatakan bahwa wilayah kerjanya yaitu Banten menduduki peringkat ke-3 dengan kasus TBC tertinggi di Indonesia.”Kasus di wilayah kami masih tinggi. Sehingga butuh adanya sosialisasi terhadap masyarakat. Karena eliminasi TBC tidak hanya dapat bertumpu kepada tenaga kesehatan, namun juga para pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah baik dari tingkat desa hingga nasional,” tuturnya. 

Sehubungan dengan situasi tersebut, dr. Hetty sebagai dokter spesialis anak memberikan tanggapan terkait dengan kondisi genting yang terjadi saat ini. Beliau menyampaikan bahwa pemberian TPT adalah langkah yang baik sebagai upaya eliminasi TBC terutama pada anak-anak.”TBC ini merupakan penyakit infeksi yang dapat terjadi dalam jangka panjang di tubuh kita. Sehingga, semua anak terutama balita yang kontak dengan pasien TBC Paru harus diberikan TPT. Karena daya tahan tubuh anak-anak belum cukup kuat sehingga ada kemungkinan resiko terinfeksi kuman TBC yang nanti didalam tubuhnya dapat terjadi infeksi TBC Laten bahkan TBC,” jelasnya. 

Walaupun sudah kita pahami bahwa pemberian TPT sangat penting untuk mencegah TBC, namun adanya pro kontra opini di masyarakat terkait dengan TPT yang masih sering dijumpai oleh Ibu Julaeha. “Saat melakukan Investigasi Kontak, kami masih sering menemui beberapa orangtua yang menolak untuk kita kunjungi apalagi untuk mendapatkan TPT. Maka saya sebagai kader berharap semua pemangku kepentingan dapat turun tangan untuk membantu mensosialisasikan informasi terkait TPT kepada seluruh masyarakat,” ucapnya.

(Ibu Khadijah selaku orang tua dari anak yang menerima TPT menyampaikan pendapatnya terkait dengan TPT)

Dibalik banyaknya orang tua yang menolak untuk anaknya mendapatkan TPT, Ibu Khadijah sebagai orang tua anak yang menerima TPT mempunyai pandangan lain. Beliau sangat yakin bahwa TPT dapat membantu anaknya untuk terhindar dari TBC. “Kondisi anak saya setelah mendapatkan TPT kondisinya sehat dan baik. Saya menginformasikan keluarga saya bahwa TPT ini sangat baik untuk kesehatan keluarga. Jadi anak saya, bahkan kami sekeluarga juga memutuskan untuk melakukan TPT,” jelas beliau. 

Di akhir dialog, seluruh narasumber mengajak seluruh masyarakat untuk bertekad melakukan eliminasi TBC 2030. Mari kita lindungi generasi Indonesia dari kuman TBC dengan melakukan TPT. Semoga, kegiatan Talkshow TALKS x BINCANG TBC ini, dapat membantu meningkatkan literasi masyarakat terkait dengan TPT dan membantu Indonesia bebas TBC tahun 2030. 

 

Bagikan Artikel

Cermati Juga