Skip to content

Strategi Jemput Bola Temukan TBC : Kolaborasi Kader dan Puskesmas dalam Investigasi Kontak SR Jambi

unnamed

Sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia hingga saat ini menduduki peringkat tertinggi ketiga dengan beban Tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India dan China. Hal tersebut pun divalidasi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia yang menyatakan bahwa dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia Baru 49% yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan. Sehingga dengan latar belakang tersebut, sangat diperlukan upaya melakukan penemuan kasus secepat mungkin serta pemberian pengobatan secara tuntas sampai sembuh untuk memutus rantai memutuskan penularan TBC. 

Salah satu upaya yang dapat mendukung upaya tersebut adalah dengan mengimplementasikan pelacakan atau investigasi kontak. Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada individu untuk menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosa TBC, akan diberikan pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. 

Dalam penerapannya, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI melaksanakan tugas tersebut dengan menggandeng relawan kesehatan komunitas populasi kunci yaitu kader yang tersebar di 30 provinsi dan 190 kabupaten/kota salah satunya di Jambi. Jambi sendiri pada umumnya memiliki masyarakat yang sudah mulai mengetahui keberadaan komunitas dan paham mengenai pengetahuan TBC. “Saat ini masyarakat Jambi cukup memahami keberadaan kami sebagai aktivis TBC setelah perjuangan kami memberikan edukasi dan pengetahuan tentang TBC di tahun sebelumnya yang cukup sulit dikarenakan adanya pandemi COVID-19,” ucap Dandy selaku Program Koordinator Sub Recipient (SR) Jambi. 

Meskipun begitu, pencapaian tersebut tidak membuat SR Jambi lengah. SR Jambi meneruskan upaya eliminasi TBC dengan membangun jejaring yang efektif di kota Jambi. “Kami sadar bahwa eliminasi TBC tidak bisa dikerjakan sendiri dan harus diselesaikan secara bersama dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Komunitas HIV, Komunitas Masyarakat Peduli TBC, dan Komunitas yang terhubung lainnya,” ucap Dandy. 

Tak hanya kerjasama dengan multi stakeholder, SR Jambi melanjutkan perjuangan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan Investigasi Kontak. Investigasi Kontak dilakukan oleh kader secara berulang kepada masyarakat agar mereka dapat menerima dan mencerna secara baik tentang kehadiran komunitas dan manfaat dari memahami TBC. Pendekatan pun juga kerap dilakukan oleh para kader dengan berkunjung ke rumah indeks dan mendekatkan diri kepada kontak erat dan membujuk secara perlahan agar berkenan melakukan pemeriksaan. Tentunya bukan hal yang mudah mengingat bahwa stigma masyarakat terkait penyakit TBC  masih banyak. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala yang berarti bagi SR Jambi untuk melaksanakan Investigasi Kontak terlebih dengan semangat kader yang tak pernah lelah untuk memberikan edukasi dan penemuan kasus di masyarakat.

Kader merupakan komponen yang penting dalam menentukan capaian IK  suatu wilayah, sehingga pemberdayaan kader sangat diperhatikan oleh SR Jambi. “Kami melakukan bonding dengan kader agar mereka terus semangat dengan melakukan pelatihan baik secara teori maupun turun langsung di lapangan,” tambah Dandy. Memberikan reward kepada kader sebagai penghargaan atas kerjanya, melakukan pelatihan secara berkala dengan mengingatkan kembali tentang pentingnya IK dan penemuan kasus terbaru adalah langkah-langkah yang SR Jambi lakukan untuk menumbuhkan motivasi kader. Bahkan, jika pencapaian berhasil, SR Jambi juga mengajak para kader untuk makan bersama.

Selain pemberdayaan kader, SR Jambi juga aktif melakukan follow up terkait dengan data yang masuk di Puskesmas agar dapat terdata dengan baik. “Strategi khusus yang dilakukan SR Jambi kami menyebutkan strategi jemput bola dengan meminta langsung ke Puskesmas melampirkan berita acara pengambilan data Indeks Kasus yang berada di Puskesmas, dikarenakan jika menunggu petugas Puskesmas menginput data ke SITB membutuhkan durasi yang lebih lama,” tandas Dandy. Ia menambahkan bahwa strategi ini terbilang efektif agar data kasus terduga TBC dapat terinput di Sistem Informasi Tuberkulosis Komunitas (SITK) sehingga hasil kasus yang diperoleh kader dapat termonitoring dengan baik oleh komunitas.

Di akhir pembicaraan, sebagai PMEL Coordinator, ia berharap bahwa seluruh SR wilayah dalam naungan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dapat lebih aktif untuk berkomunikasi kepada Puskesmas agar berita acara pengambilan data indeks kasus dapat terolah dengan baik agar tidak ada data yang telat ataupun terlewat. Ia juga berpesan untuk seluruh aktivis TBC untuk terus bersemangat dalam meneruskan perjuangan agar Indonesia dapat segera bebas dari TBC. 


Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Bagikan Artikel

Cermati Juga