Skip to content

Perjuangan Ibu Siti Aminah dalam Mencari Suspek untuk Indonesia Bebas Tuberkulosis 2030

WhatsApp Image 2022-05-18 at 23.55.55

Siti Aminah, atau yang akrab dipanggil dengan nama Ibu Siti merupakan salah satu dari sekian kader Tuberkulosis (TBC) yang bekerja di Puskesmas Rangkah, Tambaksari, Surabaya. Pengabdiannya sebagai kader TBC dimulai pada tahun 2014 yang mana hal tersebut muncul dari keresahannya karena tidak ada yang  berminat untuk menjadi kader saat dilaksanakan pelatihan kader TBC di Puskesmas Rangkah. “Awalnya, saya berpikir jika nanti ada yg sakit TBC bagaimana untuk penanganannya. Akhirnya saya yang angkat tangan untuk ikut pelatihan TBC dulu dan pelatihan selama 2 minggu sampe kita faham mengenai TBC,” tutur Ibu Siti. 

Dalam kesehariannya, Ibu Siti mencari suspek dari pagi pukul 08.00 WIB hingga sore pukul 17.00 WIB, dari satu rumah ke rumah lainnya di wilayah kerjanya yang cukup luas.  Selain itu, Ibu Siti juga aktif mengadakan kegiatan penyuluhan di masyarakat seperti bergabung pada saat kegiatan PKK, pertemuan masyarakat, arisan dan lainnya. “Saat memberikan edukasi, saya selalu memberikan penekanan bahwa TBC itu penyakit yang menular. Saya juga memberikan pengertian bahwa TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan,” utas Ibu Siti.

Ibu Siti berkomitmen untuk membuat masyarakat mengerti pengertian dari penyakit TBC dengan gejalanya seperti batuk yang tidak kunjung reda, nafsu makan yang berkurang, serta keringat dingin di malam hari. “Saya khawatir dengan lansia yang rentan dengan penyakit TBC, terlebih orang dengan diabet juga rawan dengan TBC, sehingga saya gunakan sebaik mungkin program penyuluhan di PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI,” ucap Ibu Siti. Dalam alur pengambilan suspek, Ibu Siti mengambil dahak pasien dari rumah ke rumah yang kemudian dahaknya dibawa ke laboratorium Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan. Jika ada suspek yang positif, Ibu Siti langsung datang  ke rumah pasien untuk menyarankan pengobatan gratis sampai 6 bulan dan memberikan edukasi agar tidak mangkir  atau putus pengobatan TBC di tengah jalan.

Namun, pencarian suspek tidak semudah yang dilihat. Terkadang, penolakan demi penolakan dalam penjangkauan suspek kerap dialami oleh Ibu Siti di lingkungan masyarakat. Beliau juga mengatakan bahwa terkadang pasien yang ia temui kurang suportif. “Saya memiliki kesedihan tersendiri sih, seperti kadang kerap menemui pasien yang bandel,” ujar Ibu Siti. Semangat beliau untuk membantu masyarakat bebas TBC tidak pudar dan terus gencar untuk menjangkau masyarakat dan pasien TBC yang positif. 

Di sisi lain, kesedihan yang ia rasakan juga dapat beliau tutupi dengan banyaknya teman dan orang baru yang ia temui saat menjadi kader TBC. “Saya cukup senang bertemu dengan orang baru karena banyak sekali pelajaran yang saya peroleh dari mereka, banyak pengalaman dan ilmu baru,” tambah Ibu Siti. 

Daya juang Ibu Siti pun membuahkan hasil. Capaian Ibu sebagai kader Siti terus menerus konsisten dengan capaian yang cukup memuaskan. Di tengah lelahnya ia menjaga usahanya dalam membuka warung, beliau masih sempat untuk membantu menemukan pasien TBC. Ia juga berpesan kepada para kader lainnya untuk terus semangat demi menyehatkan masyarakat dengan tujuan sosial. Ia juga yakin bahwa jika kader akan aman dan  tidak akan tertular jika kita dapat selalu mematuhi peraturan dan protokol yang ditetapkan. 


Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Bagikan Artikel

Cermati Juga