Skip to content

100 KM Untuk Tes Cepat Molekuler (TCM) !

SPESIMEN DAHAK

“TES CEPAT MOLEKULER (TCM)”

SPESIMEN DAHAK

Soe – Nusa Tenggara Timur. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) merupakan metode deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR. Saat ini, penggunaan TCM menjadi prioritas pemeriksaan diagnosa Tuberculosis (TBC) dibandingkan dengan menggunakan mikroskop. Kelebihan yang dimiliki TCM di antaranya memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi kuman TBC, baik yang sensitive obat maupun yang telah resisten obat. Selain itu, hasil dari pemeriksaan dapat dengan cepat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam. Namun, tidak di semua daerah dan Puskesmas telah memiliki fasilitas alat TCM untuk melakukan pemeriksaan diagnosa TBC. Seperti di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari 36 Puskesmas yang ada, hanya ada 3 TCM yang ditempatkan pada Puskesmas Niki-Niki, Puskesmas Kualin dan RSUD Kota Soe.

Sub-Sub Recipient (SSR)/Kabupaten TTS sebagai salah satu Kota/Kabupaten yang diintervensi oleh Sub Recipient (SR) PERDHAKI TB/HIV Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki jarak tempuh yang sangat panjang dan lama antara Puskesmas yang satu dengan yang lain dengan medan yang sangat sulit. Namun kendala ini tidak mematahkan semangat kader-kader di SSR/Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam proses penjaringan dan penanganan TBC di desa/daerah mereka.

Kesulitan masyarakat yang diberikan rujukan oleh kader untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas karena memiliki gejala TBC atau memiliki kontak erat dengan pasien TBC, membuat para kader ikut berpartisipasi untuk langsung terlibat dalam pengantaran sampel/spesimen dahak. Hal ini sangat membantu bagi masyarakat yang tidak dapat pergi ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara langsung karena kendala jarak, biaya dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Disini peran kader membantu terduga TBC dengan cara mengambil sampel/spesimen dahak yang ditadah dalam sebuah pot dahak. Lalu, cukup sampel/spesimen dahak tersebut di bawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Jika hasil menunjukkan positif atau sakit TBC, terduga TBC datang ke Puskesmas untuk mengambil obat.

PEMERIKSAAN TCM

“JARAK BUKANLAH HAMBATAN”

Satu hal yang patut diapresiasi dari kader-kader disini adalah perjuangan mereka membawa sampel/spesimen dahak ke Puskesmas yang memiliki fasilitas alat pemeriksaan TCM dengan menempuh jarak yang sangat jauh dan medan yang sulit dilewati (kondisi jalan yang rusak) demi mendapatkan hasil pemeriksaan yang maksimal. Mereka menempuh jarak antara desa yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Noebeba sampai pada Puskesmas Kualin yang memiliki TCM, dengan kondisi karena pada Puskesmas Noebeba tidak memiliki alat TCM. Tidak tanggung – tanggung, jarak tempuh sepanjang 200 KM (pergi-pulang) ditempuh oleh kader, staff program dan koordinator kader yang ikut berpartisipasi langsung dalam melakukan pengantaran spesimen dahak.

Ketika terduga TBC/ pemilik dari spesimen dahak ini memiliki gejala–gejala yang sangat mengarah pada TBC, maka demi memperoleh hasil yang akurat, akhirnya staff program dan koordinator kader berinisiatif untuk turut mendukung kader dalam melakukan pengantaran ke Puskesmas yang memiliki TCM di Puskesmas Kualin. Staff Program terlebih dahulu membangun komunikasi yang baik dengan pengelola TCM dan Pengelola TBC di Puskesmas Kualin. Perjuangan ini menunjukkan bahwa jarak, waktu dan biaya bukanlah hal yang diperhitungkan demi menyelamatkan lebih banyak jiwa yang memiliki gejala TBC.

Bagikan Artikel

Cermati Juga