MAKASSAR- Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan pelibatan semua pihak dalam penanggulangannya, termasuk dalam hal ini keterlibatan masyarakat sipil dan komunitas.
Data laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021, tercatat 31022 estimasi kasus TB di Sulsel, di mana baru sebanyak 14808 kasus atau yang ternotifikasi yang jika dipersentasekan hanya 47,73%. Artinya, masih ada sekitar 53% yang tidak diketahui keberadaaanya di tengah ancaman penularan yang juga besar.
Penanggungjawab Program TB Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Andi Julia Junus menyatakan bahwa untuk melacak kasus TBC di masyarakat, perlu usaha lebih keras dan pelibatan lebih banyak pihak. Ia menyebut, kehadiran Yamali TB dari sisi kominitas merupakan satu yang pasti. Namun, baginya itu juga tak cukup, perlu keterlibatan multisektoral, baik dari sektor pemerintah maupun swasta.
“Strategi yang kita sedang lakukan sekarang adalah implementasi PPM atau pelibatan layanan kesehatan swasta untuk menjangkau kasus TBC, mengingat bahwa banyak masyarakat yang memilih berobat di sektor layanan swasta. Untuk itu, kami juga berharap peran maksimal komunitas atau Yamali TB dalam hal strategi ini,” tukasnya.
Menyambut paparan dan harapan Dinas Kesahatan Sulsel, Manager SR Yamali TB Sulsel Wahriyadi menyampaikan komitemen Yamali sebagai representasi komunitas serta pelaksana TB Komunitas di Sulsel untuk hal tersebut. “Melalui momentum rakorwil kami sudah menyusun semua agenda untuk setahun ke depan, sejumlah hal telah kami rembukkan dan siapkan,” tukasnya.
Selain strategi PPM, lanjut Wahriyadi, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah agenda aktive case finding dalam rangka peningkatan penemuan kasus baru TBC. Langkah-langkah itu di antaranya perluasan cakupan kerja komunitas berbasis data sebaran pasien TBC, sisir kutu atau melakukan penyisiran kuman TBC secara serentak, pelaksanaan hari tbc sedunia, serta penyegaran kader tingkat provinsi sebagai ujung tombak program.
Targetkan A2 hingga A1 tahun 2022
Rakorwil ini juga dijadikan SR Yamali TB Sulsel sebagai momentum evaluasi, perumusan strategi bersama serta komitmen capaian program untuk tahun 2022. Koordinator Program dan MEL SR Yamali TB, Kasri Riswadi, melaporkan bahwa capaian SR Sulsel tahun 2021 lalu berada kisaran 60% tiga indikator utama yakni penemuan kasus baru, pelaksanaan investigasi kontak, serta pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada balita. “Secara rating kita B1 pada 2021, tahun kedua ini tentu komitmen kita bersama adalah harus lebih baik, A1 atau setidaknya A2,” tuturnya.
Kasri melanjutkan dengan menyebut sejumlah alasan SR Sulsel dapat mengejar dan mencapai target tahun 2022, di antaranya kesiapan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, manajemen SDM yang telah stabil, keaktifan kader serta kerjasama dengan Dinas Kesehatan yang sudah terjalin baik.
SR Yamali TB sebagai pelaksana program GF TB Komunitas di Sulsel tahun 2021-2023 saat ini telah menjalankan program di 9 kabupaten dan kota, yakni kota Makassar, Kab Gowa, Maros, Pinrang, Sidrap, Wajo, Bone, Jeneponto, dan Bulukumba.