(Salah satu perwakilan SR menyampaikan presentasi hasil diskusi kelompok)
DENPASAR – Dilansir dari web resmi Kementerian Kesehatan RI, Indonesia merupakan 1 dari 10 negara yang menyumbang 77% kesenjangan secara global untuk estimasi kasus TB RO dengan estimasi kasus sebanyak 24 ribu. Dari banyaknya kasus tersebut, hanya 48% pasien TBC RO yang memulai pengobatan di lini kedua. Cakupan keberhasilan pengobatan juga masih sangat rendah yaitu di angka 45%. Sehingga rendahnya cakupan angka pasien TBC RO yang mulai pengobatan dan capaian angka keberhasilan pengobatan TBC RO berpotensi untuk meningkatkan penularan TBC RO, menimbulkan resistensi pengobatan yang lebih kompleks dan meningkatkan angka kematian.
Manajer Kasus (MK) sendiri mempunyai peranan yang bertanggung jawab terhadap tata kelola dalam kasus TB RO, mulai dari pasien terdiagnosis sampai menyelesaikan pengobatan dan juga pemberian dukungan, baik dukungan medis maupun psikososial. Untuk meningkatkan peran MK di komunitas terutama dalam pencatatan dan pelaporan, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI melaksanakan Pelatihan Manajer Kasus yang dilaksanakan di Hyatt Regency, Sanur, Bali pada tanggal 10-14 Desember 2021.
(Ibu Heny didampingi oleh para Manager menyampaikan sambutannya)
Kegiatan diikuti oleh 128 peserta MK yang berada di 30 provinsi cakupan kerja PR Konsorsium Penabulu STPI. Acara dibuka oleh Ibu Heny Akhmad selaku Direktur Program Nasional yang bersama Manajer Program dan Manajer Monitoring, Evaluation, and Learning PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Pembukaan dilanjutkan dengan perkenalan dan penguatan komitmen belajar yang dipimpin oleh Lina Harahap, staf Data Management, sebagai MC.
(Lina Harahap sebagai Master of Ceremony memimpin jalannya acara)
Hari selanjutnya, acara dimulai dengan pemaparan materi oleh Rahmat Hidayat Koordinator Field Program tentang Evaluasi Implementasi Pendampingan TBC RO, dilanjutkan oleh Raisa Afni menjelaskan tentang Alur Pendampingan Pasien TBC RO oleh Komunitas dan ditutup yang menjelaskan tentang Alur Kegiatan Per BL TBC RO. Setelah pemaparan materi selesai, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi tentang evaluasi pencatatan dan pelaporan TBC RO, lalu menuliskan hasil alur pencatatan dan pelaporan yang dipahami dan yang sudah diimplementasikan. Aktivitas dilanjutkan dengan pemaparan presentasi dari hasil diskusi yang dibagi menjadi beberapa subtopik yaitu Implementasi Pendampingan oleh Pasien Suporter, Persiapan dan Penetapan Manajer Kasus, Interaksi & Penilaian awal, Enabler, Terminasi Pasien, Koordinasi Multi Pihak, dan Pengorganisasian Kasus serta Perencanaan & Rujukan Sosial.
(Peserta membaca form yang telah diberikan oleh panitia)
Di hari ketiga, acara dilanjutkan dengan pembekalan tentang semua jenis form untuk proses input data pasien. Sebelum praktik penginputan dimulai, Irman selaku Data Management Staff memaparkan terlebih dahulu tentang penjelasan modul TBC RO di SITK Sistem Informasi Tuberkulosis (SITK). Thoriq Hendrotomo selaku Koordinator Data Management juga turut menjelaskan tentang pelaporan raw data RO dan data Kementerian Kesehatan. Setelah itu, peserta membentuk kelompok sesuai dengan asal SR untuk melakukan input raw data/ data individu ke SITK. Pada sesi ini, seluruh tim Data Management PR dan fasilitator terlibat untuk memastikan peserta fokus selama sesi dan form dapat terisi dengan baik.
(Dwi Aris Subakti selaku MEL Manager menutup kegiatan Pelatihan Manajer Kasus)
Kemudian di hari terakhir pelatihan Manajer Kasus, mereka melanjutkan proses penginputan data dengan memperbaiki data variabel-variable terkait perawatan TBC RO. Setelah Manajer Kasus selesai melakukan input, mereka memberikan hasil input pendampingan kepada SR untuk dilakukan verifikasi. Pada malam harinya, acara pelatihan ini ditutup oleh Dwi Aris Subakti selaku MEL Manager yang menyampaikan agar ilmu yang diperoleh dapat diaplikasikan dan diterapkan secara baik ketika para MK kembali untuk melaksanakan tugasnya.