Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit tertua di Indonesia. Penemuan relief orang dengan TBC di Candi Borobudur menandakan bahwa penyakit ini tersebar di wilayah sekitar candi, termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada 800-an Masehi. Menilik situasi TBC di DIY saat ini, dengan 9.074 kasus TBC yang muncul di tahun 2021, penyakit menular dan mematikan ini masih menjadi momok di tengah-tengah masyarakat.
Belum tuntasnya pemberantasan Mycobacterium Tuberculosis hingga saat ini mengindikasikan situasi yang semakin menantang, khususnya bagi pasien TBC Resisten Obat (RO) yang kebal terhadap beberapa jenis obat anti TBC yang paling efektif. Pasien TBC RO mengalami proses pengobatan yang cukup berat selama 9-20 bulan dengan efek samping obat yang berat. Memperhatikan kondisi tersebut, Sub-Recipient (SR) Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI di DIY yang diprakarsai oleh Siklus Indonesia melakukan kolaborasi multi-pihak bersama Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY, LazisMu DIY, serta Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Ahmad Dahlan.
Dalam program ini, Siklus Indonesia aktif dalam memberikan dukungan baik dalam bentuk fisik maupun moral melalui dukungan spiritual, transportasi berupa ambulan gratis, paket sembako, paket makan siang, dan masker untuk para pasien TBC RO. Selain itu, Siklus Indonesia juga memberikan dukungan kepada Manajer Kasus (MK) dan Pasien Supporter (PS) dengan menyediakan beberapa kebutuhan yang selama ini mereka belum memiliki seperti dukungan transport, serta dukungan perlindungan kesehatan berupa multivitamin dan biaya untuk BPJS Kesehatan.
Dukungan tersebut berkat sinergi antara LazisMu dengan Siklus Indonesia dalam bentuk dukungan dana. Dana diserahterimakan oleh LazisMu melalui Majelis Kesehatan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah DIY lalu diteruskan kepada Siklus Indonesia yang kemudian menyalurkan dana tersebut untuk dikelola langsung oleh MK. “Untuk BPJS Kesehatan dan tambahan transport PS serta MK, kami berikan dalam bentuk cash, multivitamin dibelikan oleh MK kemudian dibagi kepada tim PS dan sembako diserahkan langsung oleh LazisMu dalam bentuk sembako,” papar Rakhma selaku Koordinator Program & MEL Siklus Indonesia yang terlibat pada program tersebut.
Mufi, salah satu MK DIY juga menyampaikan rasa bahagianya atas bantuan dari Siklus Indonesia. Ia menyatakan, “Selama ini dari program Global Fund TBC Komunitas belum ada fasilitas untuk dukungan BPJS Kesehatan, nutrisi dan multivitamin, sehingga ketika MK dan tim pendampingan pasien TBC RO mendapatkan dukungan-dukungan tersebut, saya dan tim merasa senang dan merasa terbantu dengan kerjasama multipihak ini.”
Sinergi kerjasama multipihak pada program ini memberikan dampak yang sangat positif terhadap pasien TBC RO, MK dan PS terutama di wilayah DIY. Pasien TBC RO merasa sangat terbantu dengan dukungan ini, mengingat bahwa mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pokok selama pengobatan karena tidak lagi bekerja. Mereka juga merasa dipedulikan oleh banyak orang, sehingga semakin semangat dalam menjalani pengobatan.
Semangat sinergi kerjasama multipihak ini diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai contoh untuk daerah lain dalam mendukung upaya eliminasi TBC 2030. Melihat manfaat dari upaya Siklus Indonesia bersama berbagai pihak, bentuk kerjasama tersebut dapat diberikan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh para pihak. Dukungan tidak harus berbentuk uang, namun sangat dapat dalam bentuk apapun, bahkan hanya sekedar waktu luang misalnya. Apapun bentuknya sangat bermanfaat selagi para pihak memiliki kemauan untuk berkontribusi. Bentuk kerjasama multipihak ini juga dapat meningkatkan efektivitas upaya untuk menyukseskan eliminasi TBC sekaligus mengatasi hambatan yang masih ada dalam penanggulangan TBC.
Cerita ini disusun oleh : Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communication Staff)
Editor : Thea Yantra Hutanamon