Indonesia adalah negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi kedua di dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat sekitar 283 ribu orang dengan TBC yang belum terdeteksi, pada tahun 2019. Dalam memerangi TBC, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri, keterlibatan masyarakat menjadi penting dalam menopang program penanggulangan untuk eliminasi TBC tahun 2030 di Indonesia.
Kader adalah peran nyata masyarakat membantu pemerintah menangani isu kesehatan, termasuk TBC. Sebagai bagian dari masyarakat yang terlatih dan bekerja secara sukarela, kader merupakan ujung tombak dan kunci dalam penanggulangan TBC. Dalam menjalankan perannya, kader saat ini didukung oleh Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI untuk melakukan penyuluhan dan investigasi kontak. Pada kegiatan penyuluhan di masyarakat, kader secara aktif mengumpulkan anggota masyarakat untuk melakukan edukasi TBC dan pola hidup sehat, deteksi dini gejala aktif TBC, serta merujuk orang yang bergejala ke Puskemas. Selain itu, terdapat banyak kader yang berinisiatif melalukan penyuluhan perorangan di masyarakat seperti tukang sayur dan asongan keliling.
Disamping penyuluhan, kader bersinergi dengan Puskesmas melakukan investigasi kontak. Berdasarkan data dari Puskesmas, kader menjangkau dan mengunjungi orang yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC yang terkonfirmasi bakteriologis. Saat kunjungan, kader memberikan edukasi serta rujukan bila kontak memiliki gejala TBC.
Sebagai rangkaian dari kegiatan investigasi kontak dan pendampingan pasien, Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI juga mendukung kader memberikan edukasi dan rujukan untuk inisiasi terapi pencegahan TBC (TPT) pada anak dengan usia kurang dari lima tahun. Sehingga, selain meningkatkan penemuan kasus TBC, kader juga mendukung pencegahan TBC pada anak di bawah usia lima tahun, yang merupakan salah satu kelompok rentan TBC.
Beragam peristiwa dialami kader dalam memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat. Kader Siti dari Sulawesi Selatan menceritakan pengalaman mengancam ketika ia dikejar oleh anggota masyarakat menggunakan parang karena dianggap petugas COVID-19. Ibu Kamisah dari Lampung menceritakan ia membonceng pasien TBC dalam kondisi lemah dengan sepeda motor ke layanan puskesmas untuk mendapatkan penanganan segera. Terdapat pula kader yang akhirnya bergaul akrab dengan preman yang ia dampingi minum obat sampai sembuh. Kader-kader ini menyampaikan bahwa jerih payah mereka terbayarkan dengan rasa puas dan bahagia mereka ketika pasien-pasien yang didampingi sembuh.
Untuk mengapresiasi dedikasi dan komitmen kader TBC dalam upaya eliminasi TBC 2030 di Indonesia, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI pada Kegiatan Puncak Peringatan Hari TBC Sedunia, tanggal 29 Juni 2021 memberikan penghargaan kepada 10 kader terbaik dan terinspiratif dari 30 Provinsi wilayah Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI di Indonesia, yaitu : Kamisah dari Kota Bandar Lampung, Siti Ichsania dari Makasar, Sri Rahayu dari Brebes, Anis Sri Harijati dari Kota Surabaya, Saira Salam dari Kendari, Rochmadi dari Kota Jogja, Suharti dari Kota Samrinda, Ramil Isdak Tomasui dari Kota Kupang, Syaihatni dari Medan, dan Sri Artati dari Buleleng.