Mentari Sehat Indonesia Mengajak Para Petinggi Kabupaten Untuk Bersinergi Berantas TBC

komunitas mentari sehat indonesia kabupaten cilacap lakukan pertemuan

CILACAP.INFO – Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap mengajak para pemangku kebijakan terutama Dinas Kesehatan untuk mewujudkan sinergi berantas TBC (tuberkulosis).

Untuk mewujudkan Kabupaten Cilacap yang bebas akan TBC pada tahun 2030. Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap lakukan pertemuan selama dua hari, Dimulai pada hari Senin-Selasa, Tanggal 19-20 September 2022 di Hotel Atrium Cilacap.

Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap juga mengundang berbagai instansi seperti DPRD, Sekda, Kepala Dinas Pembedayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap dan masih banyak lagi.

Tujuan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap salah satunya mendorong layanan pemerintah dan swasta agar dapat memenuhi SPM melalui pertemuan dengan pihak legislatif dan eksekutif.

Angka kasus TBC di Kabupaten Cilacap sendiri juga masih cukup tinggi, hal ini memerlukan kolaborasi yang pro aktif antar sektor pemerintah, swasta dan komunitas.

“Di Cilacap kasus TBC masih tinggi, banyaknya kasus ditemukan yang akhirnya meninggal mungkin karena pengelolaannya tidak tepat, adapun yang terkena penyakit lain (Komorbit),” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi.

“Sampai sekarang kita berupaya mengatasi, menangani dan mengelolanya dengan harapan angka kesembuhan juga akan tinggi,” tambah Pramesti.

Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap, Rokhmah Agus Ciptaningsih, SE, M.Si mengatakan, saat ini TBC masih menjadi salah satu masalah kesehatan paling utama di Indonesia.

“Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak, Diperkirakan estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk,” terang Rokhmah.

Perlu kerja keras lintas sektor secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan dinas Kesehatan tetapi peran aktif dari komunitas dan seluruh masyarakat, juga memilki peran yang sama-sama penting.

Sebagaimana diketahui dalam perpres No 67 tahun 2021 tersebut berisi 9 Bab, 33 Pasal, dan lampiran 80 hal, yang mencakup Target Dan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Pelaksanaan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Tanggung Jawab Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Eliminasi TBC, Koordinasi Percepatan Penanggulangan TBC, Peran Serta Mayarakat Dalam Eliminasi TBC.

“Harapan kami setelah diadakannya kegiatan ini tercipta kolaborasi yang lebih pro aktif dari berbagai sektor Pemerintah Kabupaten, bukan hanya dari Dinas Kesehatan tetapi dari unsur yang lain. Serta kita juga berharap adanya peran Pemerintah Desa di tingkat bawah,” pungkas Rokhmah.

 

Gandeng Pemkab Cilacap, Komunitas Mentari Sehat Inginkan Sinergitas Berantas TBC

HARMASNEWS – Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap mengajak para pemangku kebijakan terutama Dinas Kesehatan untuk mewujudkan sinergi berantas TBC (tuberkulosis).

Untuk mewujudkan Kabupaten Cilacap yang bebas akan TBC pada tahun 2030. Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap lakukan pertemuan selama dua hari, Dimulai pada hari Senin-Selasa, Tanggal 19-20 September 2022 di Hotel Atrium Cilacap.

Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap juga mengundang berbagai instansi seperti DPRD, Sekda, Kepala Dinas Pembedayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap dan masih banyak lagi.

Tujuan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap salah satunya mendorong layanan pemerintah dan swasta agar dapat memenuhi SPM melalui pertemuan dengan pihak legislatif dan eksekutif.

Angka kasus TBC di Kabupaten Cilacap sendiri juga masih cukup tinggi, hal ini memerlukan kolaborasi yang pro aktif antar sektor pemerintah, swasta dan komunitas.

“Di Cilacap kasus TBC masih tinggi, banyaknya kasus ditemukan yang akhirnya meninggal mungkin karena pengelolaannya tidak tepat, adapun yang terkena penyakit lain (Komorbit),” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi.

“Sampai sekarang kita berupaya mengatasi, menangani dan mengelolanya dengan harapan angka kesembuhan juga akan tinggi,” tambah Pramesti.

Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap, Rokhmah Agus Ciptaningsih, SE, M.Si mengatakan, saat ini TBC masih menjadi salahsatu masalah kesehatan paling utama di Indonesia.

“Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak, Diperkirakan estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk,” terang Rokhmah.

Perlu kerja keras lintas sektor secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan dinas Kesehatan tetapi peran aktif dari komunitas dan seluruh masyarakat, juga memilki peran yang sama-sama penting.

Sebagaimana diketahui dalam perpres No 67 tahun 2021 tersebut berisi 9 Bab, 33 Pasal, dan lampiran 80 hal, yang mencakup Target Dan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Pelaksanaan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Tanggung Jawab Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Eliminasi TBC, Koordinasi Percepatan Penanggulangan TBC, Peran Serta Mayarakat Dalam Eliminasi TBC.

“Harapan kami setelah diadakannya kegiatan ini tercipta kolaborasi yang lebih pro aktif dari berbagai sektor Pemerintah Kabupaten, bukan hanya dari Dinas Kesehatan tetapi dari unsur yang lain. Serta kita juga berharap adanya peran Pemerintah Desa di tingkat bawah,” pungkas Rokhmah.***

 

Mangkir di Tembilahan, Pelacakan di Padang Pariaman

Padang Pariaman – Tuberkulosis Resisten Obat (TBC RO) adalah kondisi dimana bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang sudah kebal terhadap obat TB lini 1. TBC biasa ataupun TBC RO bisa disembuhkan asalkan patuh minum obat selama pengobatan. lama pengobatan TBC RO ada yang jangka pendek (9-11 bulan) dan ada yang jangka panjang (18-24 bulan).

Pengobatan TBC Khususnya TBC RO dipantau secara medis dan didampingi untuk psikososial pasien. Untuk pendampingan medis diberikan oleh petugas kesehatan baik dari Rumah sakit PMDT dan petugas puskesmas, sedangkan untuk pendampingan Psikososial dilakukan oleh Manajer Kasus (MK) dan Pasien Supporter (PS) TBC RO dari Konsorsium Penabulu STPI di 190 Kota/ Kab. yang didampingi di seluruh Indonesia.

Pendampingan Psikososial dilakukan oleh MK dari sebelum pengobatan dan dilanjutkan sampai pasien sembuh. Hal ini dilakukan untuk mencegah pasien mangkir dari pengobatan karena akan beresiko menularkan pada orang terdekat bahkan berujung pada kematian. Mangkir pengobatan dapat dicegah dengan pemantauan dan pendampingan yang intensif sesuai dengan keluhan pasien.

Seperti kasus pasien pengobatan di RSUD Tembilahan, sebut saja namanya Ronal (37 Tahun). Ronal terdiagnosa TBC RO pada 17 Desember 2021 dan memulai pengobatan pada tanggal 9  Juni 2022 di RSUD Tembilahan. Dari awal pengobatan, Ronal sudah didampingi oleh MK RSUD Tembilahan. Setiap hari Ronal datang Ke RSUD untuk minum obat, akan tetapi pada hari ke empat, Ronal tidak datang untuk minum obat sehingga MK RSUD Tembilahan melakukan kunjungan rumah Ronal, tetapi Ronal tidak berada dirumah. Berdasarkan informasi dari tetangga, Ronal pulang kampung. MK RSUD Tembilahan mencoba menghubungi Hp Ronal , tetapi tidak pernah direspon.

Setelah 4 hari mangkir, MK RSUD Tembilahan mencoba menghubungi MK Padang Pariaman sesuai data di KTP Ronal (daerah Sintuak) dan memberikan data Ronal untuk dilakukan pelacakan. MK Padang Pariaman, meminta bantuan kader Sintuak untuk mengecek keberadaan Ronal di alamat tersebut. dalam waktu 30 menit, kader Sintuak memberikan laporan bahwa Ronal berada di Sintuak di rumah Orang tuanya.

Berdasarkan informasi tersebut MK Padang Pariaman melaporkan ke Dinkes Kab. Padang Pariaman bahwa ada pasien mangkir dari RSUD Tembilahan berada di Wilayah kerjanya, kemudian MK Padang Pariaman juga meminta izin melakukan Visite home didampingi petugas Puskesmas Sintuk.

Saat kami melakukan kunjungan, Ronal Berkata ” Kok tau se urang dinas ko dima awak?”. Petugas Puskesmas memberikan jawaban sembari senyum dan berkata ” Kan dilacak”.

Selanjutnya Petugas mengedukasi dan melakukan pendekatan untuk mengetahui alasan Ronal Mangkir. Setelah berdiskusi lama, akhirnya Ronal meminta untuk pengobatan TBC RO-nya di Sintuak saja karena Ronal tinggal sendiri di Tembilahan. Hal ini didukung oleh orang tua Ronal, agar dapat merawat anaknya dalam melakukan pengobatan. Secara psikologis, orang yang menjalani pengobatan butuh dukungan dan motivasi dari orang terdekat terutama dari keluarga agar membantu proses pengobatannya.

Hasil kunjungan tersebut dilaporkan ke Dinkes Kab. Padang Pariaman dan MK RSUD Tembilahan untuk memproses kepindahan tempat pengobatan Ronal. Pemindahan Pasien pengobatan TBC RO butuh waktu dan Proses, baik secara teknis, administratif dan pelaporannya. Setelah menunggu hampir 1 Bulan, pada tanggal 14 Juli 2022, Ronal dibawa ke RSUD Padang Pariaman untuk memulai kembali pengobatannya.

Dengan adanya kerjasama dinas kesehatan dan komunitas dalam pelacakkan pasien mangkir sesegera mungkin baik dalam kota, luar kota bahkan antar provinsi, dapat mengurangi resiko penularan TBC RO demi ELIMINASI TBC INDONESIA 2030.

Penabulu Bersama Mahasiswa UNIBA Adakan Sosialisasi Pencegahan Dan Pengendalian Penyebaran TBC Pada Masyarakat Sujung

Suasana sosialisasi pencegahan dan pengendalian penyebaran TBC. (Foto dokumentasi ketua panitia)

Serang, Bantenaktual.com – Penabulu bersama Mahasiswa dan Mahaiswi Uniba (Universitas Bina Bangsa) yang tergabung dalam KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) kelompok 35 mengadakan kegiatan sosilisasi pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit Tbc (Tuberculosis) pada masyarakat Desa Sujung di Aula Balai Desa Sujung.

Kegiatan itu mengusung tema ‘Perilaku hidup sehat untuk kehidupan lebih baik dan masa depan tanpa Tbc’ yang dihadiri oleh unsur RT/RW, tokoh masyarakat Desa Sujung, Kader Puskesmas Desa Sujung dan unsur pemerintahan Desa Sujung.

Program SSR Penabulu STPI yang diwakili Tb Deni Faisal Hasyim pada sosialisasi itu mengajak masyarakat Desa Sujung untuk berperilaku hidup sehat dan bersih setiap hari.

“Kita harus melakukan pendataan kepada masyarakat yang terindikasi menderita Tbc, pendataan ini nanti dilakukan oleh semua RT yang didampingi kader Tbc Puskesmas Desa Sujung di lingkungan wilayahnya,” ucap Deni. Rabu (10/08).

Lanjut Deni menerangkan, masyarakat yang batuk lebih dari 2 minggu bahkan batuk berdarah, demam lebih dari sebulan, keluar keringat di malam hari tanpa aktivitas wajib di cek dahak di puskesmas, apabila hasilnya positif maka segera dilakukan pengobatan insentif di puskesmas selama 6-8 bulan hingga di nyatakan sembuh oleh Dokter.

“Itulah cara kita untuk penanganan pasien Tbc karena ada pasien Tbc yang SO (Sensitif Obat) dan RO (Resisten Obat) dan untuk mengetahui jenis Tbc tersebut kita melakukan TCM (Tes Cepat Molekular),” jelas Deni.

Lebih lanjut Deni menyampaikan, ada bantuan dari komunitas Global Found yang sudah bekerjasama dengan Penabulu untuk masyarakat yang menderita penyakit Tbc RO yaitu uang sebesar Rp.600.000 setiap bulannya selama masa pengobatan dengan catatan pasien harus rutin berobat, jadi itu yang disebut dengan enabler. (Sob/red)

 

Eliminasi TBC Di Provinsi Banten, SR Konsorsium Penabulu STPI Tanda Tangani Kesepakatan Bersama Dengan Dinas Kesehatan

Penabulu-STPI dan Dinas Kesehatan Banten melakukan Penandatanganan Kesepakatan

Tangerangupdate.com (21/06/2022) | Kota Serang — Sub Recipient (SR) Konsorsium Penabulu-STPI Provinsi Banten menandatangani Kesepakatan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Banten program pencegahan dan penanggulangan tuberculosis (TBC) di wilayah Provinsi Banten.

Kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Banten tersebut menyepakati 5 poin yang mana kesepakatan ini dalam rangka melibatkan organisasi masyarakat dalam Komunitas, dalam rangka eliminasi TB di Provinsi Banten.

“Sub Recipient (SR) Konsorsium Penabulu-STPI Provinsi Banten adalah Pelaksana dana hibah Global Fund Indonesia program Eliminasi TB Konsorsium Komunitas Penabulu – STPI” Ungkap Subhan Programer SR Banten kepada Kantor Berita Tangerangupdate.com, Selasa (21/06).

Ditambahkannya Peran Organisasi Masyarakat Sipil mendapatkan porsi yang cukup signifikan, terutama dalam hal promotif, preventif, dan rehabilitatif serta mengembangkan berbagai penelitian, melakukan inovasi-inovasi, advokasi dan meningkatkan peran semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung guna mendukung percepatan upaya eliminasi TBC di tahun 2030.

“Landasan kita sebagai Komunitas dalam membantu eliminasi TBC di Provinsi Banten adalah Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan TBC, Intruksi Gubernur Provinsi Banten nomor 2 tahun 2018 tentang Gerakan Banten Eliminasi eliminasi TBC, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan Tuberkulosis”

Lalu lanjutnya “Kesepakatan Bersama antara Dinas Kesehatan Provinsi Banten dengan Konsorsium Komunitas Panabulu-STPI Provinsi Banten tentan program pencegahan dan penanggulangan TBC di wilayah provinsi banten oleh komunitas” Tandasnya

Kegiatan tersebut dihadir juga kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit ibu dr, Rr Sulestiorini, kepala seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular ibu drg. Nenden Diana Rose, MRS, Tekhnical Officer DPPM Dinkes Banten, Tim RO Dinkes Banten, Tim enabler Dinkes Banten.

Kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, Ibu dr, Rr Sulestiorini menyambut baik kerjasama tersebut “tentu dinas (Dinas Kesehatan Banten-Red) tidak bisa sendiri melakukan kegiatan eliminasi TBC, kita butuh kawan-kawan seperti Penabulu STPI” Ucapnya.

Peringati Hari Tuberkulosis Sedunia Komunitas Eliminasi TBC Kabupaten Serang Mengadakan Penyuluhan Kepada Masyarakat Desa Sanding

Perkasanews.com, Serang – Diketahui bahwa Komunitas Eliminasi TBC, adalah tim koordinasi antara pemerintah baik Kabupaten, Kecamatan, Desa dan semua elemen masyarakat, untuk penanganan, pencegahan, dan pengobatan TBC, acara penyuluhan bertempat di Aula Kantor Desa Sanding Kecamatan Petir, Kabupaten Serang. Sabtu 26/03/2022

Dalam acara tersbut di hadiri Kepala Desa Sanding, Kader, warga masyarakat Desa Sanding, pemerintah Kecamatan Petir yang di wakil, Kepala Puskesmas Kecamatan Petir, dan penanggung jawab Tuberkulosis.

Selaku ketua koordinator Eliminasi TBC Sidik menjelaskan kami dari koordinator akan bergerak menggandeng semua pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Serang untuk melakukan penyuluhan.

“Dalam hal ini Alhamdulillah untuk pertama kali kita adakan penyuluhan warga masyarakat di Desa Sanding Kecamatan Petir, dan mudah-mudahan untuk selanjutnya kita bisa merembukan dengan pemerintah Desa untuk mengembangkan penyuluhan terkait bahaya dan penanganan penyakit TBC sesuai dengan peraturan presiden nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkorosis”, jelasnya sabtu 26/03/22

Rosid Kepala Desa Sanding dalam sambutanya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam giat ini, dan kami dari Pemerintah Desa Sanding sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang terlibat.

“Mudah-mudahan dengan adanya program ini mendukung warga masyarakat Desa Sanding khususnya untuk lebih sadar akan menjaga kesehatan dan menjadi program edukasi hidup bersih dan sehat” ucapnya sabtu 26/03/22

Selain itu Agus Kusuma, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Petir dalam sambutanya menjelaskan TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan penyakit paru-paru akibat kuman (Mycobacterium tuberculosis), penyakit ini pun termasuk penyakit ke 7 berbahaya di Dunia, dengan gejala berupa batuk yang berlangsung selama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak dan terkadang mengeluarkan darah,

“Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti, demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada dan berkeringat di malam hari”

“Satu orang dalam keluarga yang positif TB maka dalam satu keluarga kemungkinan besar akan tertular, karena penyakit TBC gampang sekali menular, melalui kontak secara langsung dengan orang yang positif TBC, dan percikan pernapasan. Penyakit TBC ini bisa disembuhkan dengan catatan rutin berobat selama enam bulan dan menjaga kesehatan” jelasnya. Sabtu 26/03/22

Red:P03/Idris

Peringati Hari Tuberkulosis Sedunia Komunitas Eliminasi TBC Kabupaten Serang Adakan Penyuluhan

Perkaranusantara.net, Serang Diketahui bahwa Komunitas Eliminasi TBC, adalah tim koordinasi antara pemerintah baik Kabupaten, Kecamatan, Desa dan semua elemen masyarakat, untuk penanganan, pencegahan, dan pengobatan TBC, acara penyuluhan bertempat di Aula Kantor Desa Sanding Kecamatan Petir, Kabupaten Serang Banten. Sabtu 26/03/2022

Dalam acara tersbut di hadiri Kepala Desa Sanding, Kader, warga masyarakat Desa Sanding, pemerintah Kecamatan Petir yang di wakil, Kepala Puskesmas Kecamatan Petir, dan penanggung jawab Tuberkulosis.

Selaku ketua koordinator Eliminasi TBC Sidik menjelaskan kami dari koordinator akan bergerak menggandeng semua pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Serang untuk melakukan penyuluhan.

“Dalam hal ini Alhamdulillah untuk pertama kali kita adakan penyuluhan warga masyarakat di Desa Sanding Kecamatan Petir, dan mudah-mudahan untuk selanjutnya kita bisa merembukan dengan pemerintah Desa untuk mengembangkan penyuluhan terkait bahaya dan penanganan penyakit TBC sesuai dengan peraturan presiden nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkorosis”, jelasnya sabtu 26/03/22

Rosid Kepala Desa Sanding dalam sambutanya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam giat ini, dan kami dari Pemerintah Desa Sanding sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang terlibat.

“Mudah-mudahan dengan adanya program ini mendukung warga masyarakat Desa Sanding khususnya untuk lebih sadar akan menjaga kesehatan dan menjadi program edukasi hidup bersih dan sehat” ucapnya

Selain itu Agus Kusuma, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Petir dalam sambutanya menjelaskan TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan penyakit paru-paru akibat kuman (Mycobacterium tuberculosis), penyakit ini pun termasuk penyakit ke 7 berbahaya di Dunia, dengan gejala berupa batuk yang berlangsung selama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak dan terkadang mengeluarkan darah,

“Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti, demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada dan berkeringat di malam hari”

“Satu orang dalam keluarga yang positif TB maka dalam satu keluarga kemungkinan besar akan tertular, karena penyakit TBC gampang sekali menular, melalui kontak secara langsung dengan orang yang positif TBC, dan percikan pernapasan. Penyakit TBC ini bisa disembuhkan dengan catatan rutin berobat selama enam bulan dan menjaga kesehatan” tutupnya

Reporter : Idrus.           Editor : Akmal

Pentingnya Peranan Masyarakat Untuk Bebas TBC Di Kecamatan Bojonegara

Peringatan TBC Sedunia, Puskesmas Bojonegara mengadakan acara TBC Selamatkan Bangsa, Putri Banyuwangi kiri, Siti Novianti memberikan pemaparan tentang gejala, penularan, pengobatan dan pemutusan rantai penyebaran TBC di Kecamatan bojonegara, dan Sulasmi Moderator kanan. Kamis, 24 Maret 2022. Sobirin/Bantenaktual.com

Cilegon, Bantenaktual.com — TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TBC adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

Memperingati hari TBC sedunia Puskesmas Bojonegara mengadakan acara dengan tagline investasi untuk elemenasi TBC selamatkan bangsa di Puskesmas Bojonegara. Kamis, 24 Maret 2022.

Pada acara tersebut Siti Novianti Dokter Umum Puskesmas Bojonegara memberikan pemaparan tentang gejala, penularan, pengobatan dan pemutusan rantai penyebaran TBC di Kecamatan bojonegara.

“Ciri- ciri TBC itu seperti suara serak, sakit tenggorokan, sesak napas, nyeri ulu hati, rasa asam di mulut, pilek atau hidung tersumbat, dan terasa ada lendir menetes di belakang hidung ke tenggorokan,” terangnya.

Lanjut Siti, secara data Indonesia menduduki peringkat ke 2 didunia setelah India, dan Kecamatan Bojonegara ada di peringkat 10 besar dengan tingkat kasus TBC tertinggi di Kabupaten Serang.

“Penularan TBC itu Saat penderita TBC batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak, TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TBC. Selain itu, berbagi makanan atau minuman dengan penderita TBC juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.” jelasnya.

Lebih lanjut siti mengungkapkan, tahapan pengobatan TBC yaitu tahap awal (Intensif) berlangsung sejak memulai pengobatan hingga 2 bulan, dimana pasien TBC diwajibkan meminum obat setiap hari dan tahap lanjutan sejak bulan ke 2 hingga bulan ke 6 atau lebih. Pada tahap ini, pasien hanya diwajibkan meminum obat 3x seminggu.

“Kami berharap kepada masyarakat Bojonegara jangan takut untuk memeriksakan kesehatannya terhadap rasa sakit yang dirasakan di Puskesmas Bojonegara,” harapnya.

Putri Banyuwangi kader TBC Kecamatan Bojonegara yang tergabung juga di Konsorsium Komunitas Penabulu STPI Kabupaten Serang mengatakan dalam upaya melakukan Eliminasi TBC di Kabupaten serang umumnya, khususnya di wilayah tempat tinggal dan lingkungan sekitar kader Puskemas Bojonegara. untuk saat ini jumlah Indeks Kasus (Pasien) TBC sebanyak 56 orang di Kecamatan Bojonegara, sedangkan pasien di tahun 2021 berjumlah 93 orang.

“Kita berharap kedepan Eliminasi TBC ini bisa dilakukan secara bersama-sama dengan pemerintahan yang ada di Kecamatan Bojonegara terutama pemerintahan Desa sebagai implementasi dari Perpres (Peraturan Presiden) No.67 Tahhn 2021 tentang Penanggulangan Tuberkolusis yang strategi pelaksanaannya berbasis kewilayahan,” harap Putri. (Sobirin/Red)

Perdhaki TBC Kab. Sumba Barat Daya Bersama KAREKA Sumba Salurkan Paket Sembako kepada Pasien TBC

Liputan6.com, Jakarta – Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Dibutuhkan kerja lintas sektor untuk bergerak bersama dalam mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.

Dalam rangka memperingati HTBS (Hari Tuberkulosis Sedunia), SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya menggandeng Komunitas Relawan Kemanusiaan atau yang biasa disingkat dengan sebutan KAREKA SUMBA, adalah komunitas sosial berbasis kerja relawan yang berada di pulau sumba, tepatnya di Waitabula, Sumba Barat Daya – NTT.

Komunitas ini berfokus pada isu literasi, sosial, kesehatan dan Pendidikan. Sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial di pulau sumba dengan berkolaborasi dengan beberapa pihak, baik perorangan, kelompok, Lembaga dan perusahan. Komunitas ini berdiri sejak 14 oktober 2014.

Tema Hari TB Sedunia 2022 adalah “Invest to End TB. Save Lives” atau “Investasi untuk menghentikan TB. Menyelamatkan nyawa”. Tema ini memberikan pesan kepada kita untuk menginvestasikan sumber daya meningkatkan perjuangan melawan TB dan mencapai komitmen untuk mengakhiri TB yang dibuat oleh para pemimpin global.

Dengan semangat yang sama dan kerja kolaborasi KAREKA Sumba bersama SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya Menggalang Open Donasi selama bulan Maret 2022 dan terkumpul Dana sebesar Rp. 15.500.000,-. Dengan dana yang terkumpul ini dilakukan pengadaan Telur 130 Rak dan Beras 5 Kg sebanyak 130 Karung.

Telur dan beras ini menjadi paket yang didistribusikan ke 9 Puskesmas di Kabupaten Sumba Barat Daya Wilayah dampingan SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya dibantu oleh Pengelola TBC Masing-masing Puskesmas dan Kader TBC Perdhaki.

Paket ini dibagikan dalam dua hari yakni Rabu, 23 Maret 2022 kepada pasien di wilayah Puskesmas Waimangura, Weekombak, Tenggaba, Elopada dan Palla. Sedangkan pada Kamis, 24 Maret 2022 Paket disalurkan untuk pasien di wilayah Puskesmas Watukawula, Kori, Kawango Hari dan Bondo Kodi.

Ronald Asto Perwakilan dari SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya mengatakan: “Terima kasih kami untuk pihak Komunitas KAREKA Sumba yang sudah berkenan untuk berkolaborasi dan menggalang dana sehingga bisa terkumpul sejumlah Rp. 15.500.000,-. Dari dana tersebut yang digunakan untuk pengadaan sembako lalu disalurkan kepada pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing sudah mendukung kegiatan ini, terkhususnya para penyumbang donasi yang mendukung kegiatan ini.”

“Semoga kerja sama baik ini bisa terus dilanjutkan dan kerja kolaborasi ini sebagai wujud kepedulian bersama semua elemen  terhadap masalah  TBC di Kab. Sumba Barat Daya,” tambahnya.

Benya Manulena, Selaku Sekretaris komunitas KAREKA Sumba, menyampaikan rasa bangga dan apresiasi yang tinggi karena bisa berkolaborasi dengan PERDHAKI.

“Harapan kami, paket ini bisa memberikan manfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan, dan bisa membantu mereka dari segi gizi dan nutrisi. Semoga ke depan bisa terus kerja sama untuk Sumba yang lebih baik.”

Hal senada juga disampaikan oleh Yustina Dendo, Selaku Wasor TBC Kab. Sumba Barat Daya. “Kami berterima kasih atas kerja sama ini, paket ini sangat bermanfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC di wilayah dampingan Perdhaki TBC. Semoga kegiatan-kegiatan begini terus diadakan setiap tahun.”

Terpantau pendistribusian paket ini, dipimpin langsung oleh bung Irwan Api, Andrys Rina, Rafael, Rifal dan Ades.

Peringatan Hari TBC Sedunia, Peran Kader Dalam Pencegahan Ditingkatkan

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Keterlibatan SSR Pelkesi Bitung dalam memperingatan hari Tuberkulosis (TBC) sedunia tahun 2022 di Kota Bitung, Rabu (24 Maret 2022).

Digelar di pusat Kota (depan Gereja Sentrum Bitung), peringatan hari TBC di lakukan dengan rangkaian kegiatan seperti pembagian leaflet edukasi tentang informasi TBC, hak dan kewajiban pasien TBC, pembagian masker kepada pengguna jalan raya, dan penghargaan bagi kader TB dan pihak-pihak yang telah mendukung penanganan TBC.

Peringatan tahun ini mengambil tema “investasi untuk eliminasi TBC, selamatkan bangsa”.

Jessica Sumajow selaku koordinator Program TBC SSR Pelkesi Bitung mengatakan, TBC merupakan masalah Kesehatan global dan salah satu penyebab utama kematian global termasuk di Indonesia.

Notifikasi kasus TBC di Indonesia masih rendah yakni 47 persen dari target yang diharapkan yaitu 85 persen.

Artinya, masih terdapat kasus TBC yang belum ternotifikasi baik itu yang belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun belum terlaporkan.

Tahun 2021 kasus TBC di Kota Bitung sebanyak 591 kasus Yang ditemukan, Sementara itu target kasus TBC yang harus ditemukan sebanyak 832 kasus. Jadi persentase temuan TBC di Bitung sekitar 71%.

Menurut Jessica Sumajow, diperlukan kerjasama lintas program, lintas sektoral, baik dari unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam upaya peningkatan penemuan kasus tuberkulosis.

Maka dari itu dirinya mendukung kegiatan peringatan hari TBC yang diselenggaran SSR Pelkesi Bitung Bersama instansi Dinas Kesehatan Kota Bitung sebagai upaya menjalin silaturahmi unsur terkait dalam pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Bitung.

Tak lupa, ia menyampaikan apresiasi kepada para Kader TB yang perannya terus ditingkatkan untuk menanggulangi TBC.

Selaku Koordinator Program TBC saya sangat berterima kasih atas peran para kader TBC yang didukung dengan keterlibatan Dinas Kesehatan Kota Bitung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di Kota Bitung ini.

Treisje Wowor, selaku Wasor TBC Kota Bitung mengatakan bahwa dalam peringatan Hari TBC sedunia digunakan sebagai momen meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap TBC.

Para kader dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan TBC didorong untuk meningkatkan skrining serta menyampaikan edukasi tentang TBC kepada masyarakat.

SSR Pelkesi Kota Bitung adalah sebuah wadah/Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di Bidang Kesehatan khususnya dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Bitung. LSM ini dibentuk sejak tahun 2017-sampai sekarang.

Total Kader yang telah dibekali pelatihan tentang TBC sebanyak 71 orang yang diambil dari wilayah kerja 8 kecamatan dan 9 puskesmas.

Kader TBC ini diberikan pelatihan terkait alur untuk melaksanakan skrining, penyuluhan, bahkan investigasi kontak di rumah pasien dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien, maupun Kawasan kupat-kumis (Kawasan kumuh padat dan kumuh miskin).