SSR Pelkesi Manado Peringati Hari TBC se-Dunia, Gelar Aksi Tingkatkan Kesadaran Warga

SSR Pelkesi Manado bekerjasama dengan PR Konsorsium Penabulu-STPI memperingatan Hari Tuberkulosis (TBC) se-dunia 2022 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Rabu (24/3/2022).

MANADOPOST.ID – SSR Pelkesi Manado bekerjasama dengan PR Konsorsium Penabulu-STPI memperingatan Hari Tuberkulosis (TBC) se-dunia 2022 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Rabu (24/3/2022).

Peringatan hari TBC ini dilakukan dengan rangkaian kegiatan seperti pembagian leaflet edukasi tentang informasi TBC, etika batuk, pembagian masker kepada pengguna jalan raya.

Peringatan tahun ini mengambil tema “Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa”.

Dr. dr. Christian Lombogia, MARS selaku Koordinator Program TBC SSR Pelkesi Manado mengatakan, TBC merupakan masalah kesehatan global dan salah satu penyebab utama kematian global termasuk di Indonesia.

“Notifikasi kasus TBC di Indonesia masih rendah yakni 47% dari target yang diharapkan yaitu 85. Artinya, masih terdapat kasus TBC yang belum ternotifikasi baik itu yang belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun belum terlaporkan,” ujarnya.

Tahun 2021 kasus TBC di Kota Manado sebanyak 1.760 kasus yang ditemukan, Sementara itu target kasus TBC yang harus ditemukan sebanyak 1.875 kasus.

“Selaku Koordinator Program TBC saya sangat berterima kasih atas peran para kader TBC yang didukung dengan keterlibatan Dinas Kesehatan Kota Manado dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di Kota Manado ini,” katanya.

Menurut dr. Nova Wulur, SpOG(K) selaku Ketua Pelkesi Wilayah IV, diperlukan kerjasama lintas program, sektoral, baik dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya peningkatan penemuan kasus tuberkulosis. Maka dari itu dirinya mendukung kegiatan peringatan hari TBC yang diselenggaran SSR Pelkesi Manado bersama instansi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado yang juga dihadiri petugas TB Puskesmas wilayah Kota Manado.

“Hal itu sebagai upaya menjalin silaturahmi unsur terkait dalam pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Manado. Tak lupa, saya menyampaikan apresiasi kepada para Kader TB yang perannya terus ditingkatkan untuk menanggulangi TBC,” jelasnya.

Diketahui, SSR Pelkesi Kota Manado adalah sebuah wadah yang bergerak di Bidang Kesehatan khususnya dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Manado. Organisasi ini dibentuk sejak tahun 2016-sampai sekarang. Total Kader yang telah dibekali pelatihan tentang TBC sebanyak 122 orang yang diambil dari wilayah kerja 11 kecamatan dan 16 puskesmas. Kader TBC ini diberikan pelatihan terkait alur untuk melaksanakan skrining, penyuluhan, bahkan investigasi kontak di rumah pasien dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien terutama di lokasi kumuh padat yang menjadi daerah kantung TB. (manadopost)

Kurangi Penderita Pasiesn Tuberkulosis, BAZNAS Dukung Kampanye Penggalangan Dana

Jakarta (Bisnis Syariah) – Penderitaan pasien tuberkulosis juga menjadi perhatian lembaga zakat negara, BAZNAS. Oleh sebab itu, dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI (PB-STPI) berkolaborasi meluncurkan Gerakan Kampanye dan Galang Dana 24/3 untuk pasien tuberkulosis (TBC).

Setiap tahunnya HTBS diperingati pada 24 Maret, yang mana tahun 2022 bertema “invest to End TB, Save Lives”. Konsorsium PB-STPI memaknai tema tersebut dengan mengupayakan dukungan finansial melalui kolaborasi penggalangan dana untuk pasien TBC bersama BAZNAS.

Berlokasi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, peluncuran galang dana diisi dengan webinar bertema “Investasi Filantropi dalam Eliminasi Tuberkulosis; Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC”. Kegiatan dibuka oleh Pimpinan BAZNAS, Direktur Utama RSIJ dan Authorized Signatories PB-STPI. RSIJ sebagai RS swasta pertama di Jakarta yang merintis layanan TBC sangat mengapresiasi upaya kolaborasi BAZNAS dan PB-STPI.

“Masalah kesehatan saling berkelindan, khususnya berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi. Sangat mengapresiasi terlibatnya BAZNAS.Jika kita bisa melakukan upaya secara kolektif, maka akan semakin kuat dalam menanggulangi TBC.” ujar dr Pradono selaku Dirut RSIJ CP dalam siaran pers yang diterima redaksi beberapa waktu lalu. (jajang/rls)

Kolaborasi Komunitas Penabulu-STPI dan BAZNAS RI Galang Dana 24/3

Parentnial, Jakarta – Dalam rangka turut serta menyelamatkan bumi dan dengan semangat menyelamatkan jiwa untuk sehat bersama, Konsorsium Komunitas berkolaborasi dengan BAZNAS RI melakukan penggalangan dana dukungan pasien TBC melalui Gerakan Kampanye dan Galang Dana “24/3”.

Gerakan ini dimulai melalui kegiatan peluncuran Penggalangan Dana “24/3”, BAZNAS dan Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI yang bertajuk “Investasi Filantropi dalam Eliminasi Tuberkulosis; Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC, Kamis (7/4/2022).

National Program Director yang juga PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, Heny Prabaningrum, dalam keterangannya mengatakan bahwa peluncuran kolaborasi ini bertepatan dengan momentum Ramadhan dan masih dalam suasana peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang diperingati setiap 24 Maret.

“TBC masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret lalu bertema “Invest to End TB, Save Lives” yang dimaknai oleh konsorsium komunitas memperkuat dukungan untuk eliminasi TBC untuk selamatkan jiwa,” kata Heny.

Heny menambahkan, bentuk dukungan tersebut dapat juga dilihat dari aspek pencegahan dan penularan TBC melalui faktor risiko lingkungan.

Agenda ini juga sejalan dengan hari peringatan Kesehatan Internasional, yakni 7 April 2022 yang memiliki tajuk “Our Planet, Our Health”. Dengan menyelamatkan bumi, menurut Heny, maka dapat berkontribusi pada tingkat kesehatan manusia secara luas, termasuk untuk dapat sehat bersama dalam upaya penanggulangan TBC.

“Pihak komunitas yang selama ini berperan dalam mendampingi pasien TBC seringkali menemukan berbagai kendala dan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh pasien TBC,” kata Heny.

Oleh sebab itu, terang Heny, salah satu kegiatan dalam memperingati HTBS, PR PB-STPI adalah melakukan kolaborasi kampanye dan gerakan galang dana untuk pasien TBC dan keluarga secara nasional khususnya di 190 Kabupaten/Kota wilayah kerja.

“Kegiatan penggalangan dana ini akan dilakukan dengan berkolaborasi bersama Badan Amil dan Zakat Nasional (BAZNAS),” tandasnya.

Sementara itu, Pimpinan Baznas RI, Saidah Sakwan, MA, dalam peluncuran kolaborasi gerakan galang dana ini menyampaikan bahwa kolaborasi ini adalah kerjasama dalam rangka jihad kita bersama untuk menyelamatkan jiwa manusia. Apalagi, penyintas TBC di Indonesia termasuk yang mencemaskan jumlahnya.

Saidah menyebutkan, data per Oktober 2021, jumlah estimasi pengidap TBC di Indonesia mencapai 824.000 kasus. Menurutnya, angka tersebut merupakan jumlah yang sangat banyak dengan angka kematian sebanyak 13.110 kasus.

Oleh sebab itu, Saidah mengatakan pihaknya amat menyambut baik kolaborasi ini dalam rangka berjihad menyelamatkan jiwa manusia dimana ia merupakan mandat syariah.

“Dalam narasi Islam, menyelamatkan orang itu menjadi bagian penting dari mandat syariah. Jadi, mandatori kita ada lima dan salah satunya adalah menyelamatkan nyawa,” kata Saidah.

Dia menegaskan, Baznas amat konsen dalam memikul mandat tersebut dan berharap kolaborasi kebaikan ini akan mengeluarkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus TB terbanyak di dunia. Dia berharap donasi ini nantinya membuahkan maslahat untuk umat, bangsa, dan negara.

“Dari donasi yang dikumpulkan ini, berapapun nilainya, akan sangat bermanfaat untuk kontribusi jihad kita menyelamatkan jiwa dan insya Allah membuahkan keberkahan,” katanya.

Dia menambahkan, kolaborasi ini juga akan semakin meneguhkan gerakan economic empowerment untuk mengentaskan penyintas TBC yang umumnya masalah ini amat berdampak pada ekonomi keluarga.*/Fiqih Ulyana

Kolaborasi Konsorsium Komunitas dan BAZNAS RI Galang Dana 24/3

Nasional News, Jakarta Dalam rangka turut serta menyelamatkan bumi dan dengan semangat menyelamatkan jiwa untuk sehat bersama, Konsorsium Komunitas berkolaborasi dengan BAZNAS RI melakukan penggalangan dana dukungan pasien TBC melalui Gerakan Kampanye dan Galang Dana “24/3”.

Gerakan ini dimulai melalui kegiatan peluncuran Penggalangan Dana “24/3”, kolaborasi antara BAZNAS dan Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI yang bertajuk “Investasi Filantropi dalam Eliminasi Tuberkulosis; Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC, Kamis (7/4/2022).

National Program Director yang juga PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, Heny Prabaningrum, dalam keterangannya mengatakan bahwa peluncuran kolaborasi ini bertepatan dengan momentum Ramadhan dan masih dalam suasana peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) yang diperingati setiap 24 Maret.

“TBC masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Pada peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret lalu bertema “Invest to End TB, Save Lives” yang dimaknai oleh konsorsium komunitas memperkuat dukungan untuk eliminasi TBC untuk selamatkan jiwa,” kata Heny.

Heny menambahkan, bentuk dukungan tersebut dapat juga dilihat dari aspek pencegahan dan penularan TBC melalui faktor risiko lingkungan.

Agenda ini juga sejalan dengan hari peringatan Kesehatan Internasional, yakni 7 April 2022 yang memiliki tajuk “Our Planet, Our Health”. Dengan menyelamatkan bumi, menurut Heny, maka dapat berkontribusi pada tingkat kesehatan manusia secara luas, termasuk untuk dapat sehat bersama dalam upaya penanggulangan TBC.

“Pihak komunitas yang selama ini berperan dalam mendampingi pasien TBC seringkali menemukan berbagai kendala dan tantangan ekonomi yang dihadapi oleh pasien TBC,” kata Heny.

Oleh sebab itu, terang Heny, salah satu kegiatan dalam memperingati HTBS, PR PB-STPI adalah melakukan kolaborasi kampanye dan gerakan galang dana untuk pasien TBC dan keluarga secara nasional khususnya di 190 Kabupaten/Kota wilayah kerja.

“Kegiatan penggalangan dana ini dilakukan dengan berkolaborasi bersama Badan Amil dan Zakat Nasional (BAZNAS),” tandasnya.

Sementara itu, Pimpinan Baznas RI, Saidah Sakwan, MA, dalam peluncuran kolaborasi gerakan galang dana ini menyampaikan bahwa kolaborasi ini adalah kerjasama dalam rangka jihad kita bersama untuk menyelamatkan jiwa manusia. Apalagi, penyintas TBC di Indonesia termasuk yang mencemaskan jumlahnya.

Saidah menyebutkan, data per Oktober 2021, jumlah estimasi pengidap TBC di Indonesia mencapai 824.000 kasus. Menurutnya, angka tersebut merupakan jumlah yang sangat banyak dengan angka kematian sebanyak 13.110 kasus.

Oleh sebab itu, Saidah mengatakan pihaknya amat menyambut baik kolaborasi ini dalam rangka berjihad menyelamatkan jiwa manusia dimana ia merupakan mandat syariah.

“Dalam narasi Islam, menyelamatkan orang itu menjadi bagian penting dari mandat syariah. Jadi, mandatori kita ada lima dan salah satunya adalah menyelamatkan nyawa,” kata Saidah.

Dia menegaskan, Baznas amat konsen dalam memikul mandat tersebut dan berharap kolaborasi kebaikan ini akan mengeluarkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan kasus TB terbanyak di dunia. Dia berharap donasi ini nantinya membuahkan maslahat untuk umat, bangsa, dan negara.

“Dari donasi yang dikumpulkan ini, berapapun nilainya, akan sangat bermanfaat untuk kontribusi jihad kita menyelamatkan jiwa dan insya Allah membuahkan keberkahan,” katanya.

Dia menambahkan, kolaborasi ini juga akan semakin meneguhkan gerakan economic empowerment untuk mengentaskan penyintas TBC yang umumnya masalah ini amat berdampak pada ekonomi keluarga.*/Fiqih Ulyana

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dan BAZNAS Kolaborasi Menanggulangi TBC

Beritakota.id, Jakarta Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI (PB-STPI) berkolaborasi dalam meluncurkan Gerakan Kampanye dan Galang Dana “24/3” untuk pasien tuberkulosis (TBC) Kamis (7/3). Setiap tahunnya Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) diperingati pada 24 Maret, yang mana tahun 2022 bertema “invest to End TB, Save Lives”. Konsorsium PB-STPI memaknai tema tersebut dengan mengupayakan dukungan finansial melalui kolaborasi penggalangan dana untuk pasien TBC bersama BAZNAS.

Berlokasi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, peluncuran galang dana diisi dengan webinar bertema “Investasi Filantropi dalam Eliminasi Tuberkulosis; Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC”. Kegiatan dibuka oleh Pimpinan BAZNAS, Direktur Utama RSIJ dan Authorized Signatories PB-STPI.

RSIJ sebagai RS swasta pertama di Jakarta yang merintis layanan TBC sangat mengapresiasi upaya kolabroasi BAZNAS dan PB-STPI. “Masalah Kesehatan saling berkelanjutan, khususnya berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi. Sangat mengapresiasi terlibatnya BAZNAS.Jika kita bisa melakukan upaya secara kolektif, maka akan semakin kuat dalam menanggulangi TBC.” ujar dr Pradono selaku Dirut RSIJ CP.

Konsorsium Penabulu-STPI menjelaskan, kegiatan kampanye dan galang dana untuk pasien TBC ini sangat diperlukan karena dana yang tersedia dari The Global Fund saat ini fokus pada pengobatan, penemuan kasus, serta pendampingan pasien. Namun, pasien dan keluarga pasien TBC memerlukan dukungan lain selama masa pengobatan, seperti bahan pangan, vitamin, dan dana kebutuhan harian.

Sejalan dengan pengalaman sebagai penyitas TBC, yakni Budi, Ketua POP TB. “Terdapat beragam hambatan dalam menuju jalur kesembuhan yang dihadapi oleh pasien TBC. Agar dapat menjalankan proses pengonbatan dan sembuh, maka pasien TBC membutuhkan dukungan mulai dari gejala muncul, mengakses perawatan, diagnosis, mulai pengobatan, menjalani pengobatan dan rehabilitasi. Penting untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi, rumah sehat, bantuan sosial dan pendampingan psikososial”, jelasnya.

dr. Cut Yulia selaku PJ Poli TB MDR RSIJ menyampaikan bahwa durasi pengobatan yang lama dan kompleksitas pengobatan menyebabkan dampak ekonomi karena masih banyak perusahaan yang belum bisa menerima pegawai dengan TB sehingga menyebabkan pasien kehilangan pekerjaan. Keadaan seperti ini mempengaruhi kepatuhan dan akses pasien terhadap pengobatan, efek samping obat (ESO) yang beragam juga seringkali menyebabkan turunnya motivasi berobat.

“Untuk itu, kami bersama BAZNAS berupaya dalam mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat TBC di Indonesia dengan memenuhi kebutuhan gizi pasien TBC melalui penggalangan dana ini,” ujar dr Nurul Nadia.

Authorized Signatory Konsorsium Penabulu-STPI, dr Nurul Nadia mengucapkan terima kasih kepada BAZNAS yang telah memfasilitasi penggalangan dana ini dengan baik.”Semoga Gerakan Kampanye dan Galang Dana “24/3″ dapat berjalan dengan sukses dan bermanfaat bagi para pasien TBC.”

dr. Erlina Burhan, selaku Ketua Organsiasi Profesi Tuberkulosis (KOPI TB) menyampaikan perlu adanya kolabroasi seluas-luasnya dan mengapresiasi upaya BAZNAS dan PB-STPI. “Jika kita tetap mempertahankan “business as usual”, maka kita tidak akan bisa mencapai target eliminasi TB pada 2030,” jelasnya.

Penggalangan Dana 24/3 dengan tema “Dukung Sembuh; Sehat Bersama” merupakan program Konsorsium Penabulu-STPI dan BAZNAS untuk pasien TBC berupa pemberian PMT atau santunan untuk 30 provinsi di seluruh Indonesia. “Upaya ini diharapkan dapat mendukung pasien untuk sembuh dan bisa sehat bersama” ujar Barry Adithya, Program Manager PB-STPI.

Bertepatan dengan hari Kesehatan sedunia, peluncuran galang dana juga mengangkat tema terkait Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC.  Dengan menyelamatkan bumi, maka dapat berkontribusi pada tingkat kesehatan manusia secara luas, termasuk untuk dapat Sehat Bersama dalam upaya penanggulangan TBC.

Kondisi rumah menjadi salah satu prioritas yang perlu diupayakan dalam eliminasi TBC. “saat pasien menjalani pengobatan dan tinggal di rumah yang tidak sehat, keadaan ini bisa meningkatkan risiko penularan dalam rumah yang sangat tinggi.” Ujar Ruli Oktavian, ketua YAHINTARA. Oleh karena itu, YAHINTARA selalu mengembangkan pembangunan rumah yang mudah dan murah.

“Pada kesempatan kali ini, BAZNAS juga memberikan bantuan awal kepada 20 pasien dan keluarga pasien TBC sebagai simbolisasi peluncuran penggalangan dana “24/3”. Kami berharap penggalangan dana ini dapat dilakukan di 30 provinsi dan berjalan secara berkelanjutan,” jelasnya.

Untuk melihat peluang pendekatan filantropi sebagai alternatif co-financing eliminasi TBC, Dr. Adang Bachtiar selaku Ketua TWG TB Indonesia menyampaikan bahwa perlu adanya komitmen politis dari berbagai pihak dalam meningkatkan sumber daya dalam menanggulangi TBC. Komitmen ini bisa menjadi salah satu strategi transisi jika pendanaan dari GF sudah selesai di Indonesia.

Gangguan Jiwa pada Pasien Tuberkulosis, Kerentanan Tak Terelakkan Baca selengkapnya di artikel “Gangguan Jiwa pada Pasien Tuberkulosis, Kerentanan Tak Terelakkan”

 

Seorang peserta menggunakan kursi roda saat mengikuti pawai Hari Tuberkulosis (TB) di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/3). Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Hari TB sedunia tersebut bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan risiko dan bahaya penyakit Tuberkulosis. ANTARA FOTO/Moch Asim/pd/17

tirto.id – Seli, 29 tahun, tak pernah membayangkan dunianya yang semula berjalan normal mendadak menjadi pelik. Hanya dalam waktu beberapa bulan, keteraturan hidupnya dibuat jungkir balik karena diagnosis tuberkulosis (TB). Seli bahkan sempat putus asa dan punya niatan bunuh diri. Setiap tahun, jumlah kasus TB di Indonesia selalu masuk tiga besar di antara negara-negara dengan kuantitas insiden tertinggi. Pada 2020 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan insiden TB Indonesia berada pada urutan ketiga setelah China dan India. Estimasi kejadiannya mencapai lebih dari 842 ribu kasus dengan angka kematian lebih dari 98 ribu jiwa per tahun—setara 11 nyawa per jam.

Setiap tahun, jumlah kasus TB di Indonesia selalu masuk tiga besar di antara negara-negara dengan kuantitas insiden tertinggi. Pada 2020 lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan insiden TB Indonesia berada pada urutan ketiga setelah China dan India. Estimasi kejadiannya mencapai lebih dari 842 ribu kasus dengan angka kematian lebih dari 98 ribu jiwa per tahun—setara 11 nyawa per jam.

“Eliminasi TB adalah tantangan, mengingat TB merupakan 10 penyakit penyebab utama meninggalnya pasien. Selain itu, banyak kasus TB tidak tercatat. Ini menjadi tantangan dalam penanganan TB,” ungkap Maxi Rein Rondonuwu, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, dalam acara “Outlook Tuberculosis 2022”, Rabu (23/3/2022).

Seperti kata Maxi, upaya eliminasi TB punya banyak tantangan. Salah satunya adalah kejadian belum terlaporkan dengan presentase sebesar 32 persen. Belum lagi menyoal kejadian putus obat akibat berbagai faktor, termasuk kejenuhan dan stres pengobatan.

Sebagai penyintas Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB), misalnya, Seli menjalani pengobatan hampir satu tahun lamanya. Sebagai informasi, MDR-TB merupakan kondisi ketika bakteri Mycobacterium tuberculosis resisten alias kebal terhadap antibiotik atau obat lini pertama.

Seli pertama kali merasakan gejala TB seperti napas pendek dan mirip gejala flu seperti batuk pilek sejak awal 2020. Namun, gejala-gejala tersebut tidak kunjung membaik meski Seli sudah mengonsumsi obat bebas. Malah, hingga Juni 2020, massa tubuhnya turun drastis dan Seli dilarikan ke ruang gawat darurat karena diare.

“Perawatan di RS Swasta hanya tes mantoux dan diberi obat paru biasa. Ternyata Agustus hasil tes dahak di puskesmas menyatakan positif MDR-TB,” ungkap Seli. Pengobatannya baru dinyatakan tuntas dan sembuh pada pertengahan 2021 lalu.

Pasien dengan TB biasa umumnya menempuh pengobatan selama setengah tahun, sementara MDR-TB periodenya lebih lama, bisa mencapai dua tahun. Maka bayangkan rasanya menjadi Seli yang harus minum belasan obat dalam sehari dengan efek pusing, mual, dan muntah hebat hingga puluhan kali dalam sehari. Semuanya harus dia jalani selama periode waktu tahunan.

“Setiap mau minum obat saya pasti menangis, rasanya stres sekali. Butuh waktu hingga 3 jam hanya untuk minum obat karena harus ambil jeda istirahat, makan, dan menata mental setiap menelan butir-butir obat itu,” tuturnya.

Kalau boleh dibuat gambaran, rasanya lebih dahsyat dibanding sepuluh kali mabuk laut.

Kadang kala ibunda yang menemani Seli ikut geregetan karena dia tak kunjung menuntaskan jadwal minum obat harian. Tapi mau bagaimana lagi, bahkan baru mencium bau obatnya saja, Seli sudah merasakan gangguan psikosomatis.

Itu belum ditambah tekanan lain berupa stigma dan diskriminasi yang dia terima. Selama masa pengobatan, kantor tempat Seli bekerja memutus kontak secara sepihak, tanpa pemberitahuan. Gara-gara itu, beban hidupnya jadi berlipat-lipat lebih berat.

“Ada satu titik saya merasa sudah tidak kuat. Saya bilang sama teman-teman pendamping, ‘kalau begini rasanya (minum obat) mending saya mati saja.”

Tuberkulosis dan Efek Psikologisnya

Di permukaan, kita hanya melihat statistik TB sebagai angka-angka kasus sebuah penyakit yang—saat ini—kalah pamor dibanding pagebluk COVID-19. Padahal, dimensi kasus TB lebih mendalam karena meliputi persoalan kemiskinan, stigma, diskriminasi, kepercayaan usang soal guna-guna, dan problem kesehatan mental.

Niatan bunuh diri yang pernah terbesit dalam pikiran Seli bukan ungkapan berlebihan belaka. Perasaannya valid ketika merasa letih luar biasa akibat perjalanan terapi TB dan tekanan ekonomi karena pemutusan hubungan kerja. Para pasien TB—terutama MDR-TB, memang lebih rentan mengalami gangguan psikologis karena efek obat yang mereka terima.

“Pengobatan MDR-TB ada yang namanya sikloserin. Itu mempengaruhi gejala psikotik,” jawab dokter ahli jiwa (psikiater) dari RS Persahabatan Tribowo Ginting saat kami tanya soal efek turunan dari pengobatan MDR-TB.

Sikloserin merupakan obat antituberkulosis oral lini kedua yang memiliki sifat toksisitas ke susunan saraf pusat. Efek gangguan psikologis akibat obat ini paling sering muncul pascatiga bulan pengobatan TB.

Namun di samping efek obat, menurut Tribowo, ada faktor lain yang memicu gejala psikotik pada pasien TB, seperti lamanya pengobatan, efek samping obat secara fisik, kekhawatiran menjadi penular, stigma, pengucilan, serta masalah ekonomi karena tak mampu beraktivitas dan bekerja secara maksimal.

Sebuah studi terhadap pasien MDR-TB di sebuah rumah sakit daerah Solo (terbit 2019) menyimpulkan adanya gejala gangguan halusinasi, kecemasan, depresi, perubahan perilaku, dan ide bunuh diri pada pasien MDR-TB. Padahal sebelumnya, para sampel penelitian tidak memiliki riwayat gangguan psikologis.

“Biasanya pasien TB dengan gangguan psikologis akan dirujuk ke kami (psikiater). Jika kondisinya berat, sikloserin akan dihentikan sementara,” lanjut Tribowo.

Setelah melakukan pengamatan pada pasien, psikiater akan memberi obat sesuai gejala. Misalnya obat antipsikologis pada pasien dengan gangguan psikotik atau antidepresan pada gejala depresi. Selain itu, psikiater juga melakukan psikoterapi suportif guna memberi semangat, pandangan rasional terhadap pengobatan, dan mengalihkan pikiran negatif pasien.

Pengobatan psikiatri idealnya dilakukan beriringan dengan terapi TB sampai pasien dinyatakan sintas. Seiring gejala psikologis berkurang, maka dosis obat psikotik juga berangsur diturunkan. Penanganan masalah psikologis ini sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien, yang akhirnya berpengaruh pada kepatuhan pengobatan.

Pendampingan Psikologis adalah Keharusan

Gangguan psikologis yang tidak ditangani dengan baik akan berpotensi membuat pasien putus obat sehingga terjadi resisten obat tingkat lanjut. Pengobatan TB akan jadi lebih sulit lagi, lebih berat, dan lebih lama dari jangka waktu sebelumnya.

Ironisnya, sangat jarang pasien MDR-TB mendapat pendampingan psikologis. Terapi kesehatan mental ini juga tidak masuk dalam satu paket perawatan sehingga tidak gratis seperti paket pengobatan TB. Jika ingin mengakses terapi psikologis, pasien harus melakukan konsultasi terpisah.

“Konsultasi tenaga ahli kesehatan jiwa bisa diakali dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Jadi, pengobatannya berkolaborasi supaya bisa maksimal di status kesehatan lain,” demikian jawaban dari Sub Kordinator TB Kemenkes RI Endang Lukitosari saat kami tanya mengenai persoalan ini dalam sesi acara diskusi TB bersama Yayasan Pesona Jakarta (YPJ), Jumat, (18/3/2022).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia memang menanggung keluhan psikologis, tapi masalah pengobatan dampingan TB tidak berhenti di sana. Masih banyak fasilitas kesehatan yang tidak memiliki layanan kesehatan jiwa, terutama di daerah luar Jawa.

Christian Lambogia, dokter praktik salah satu rumah sakit di Manado, bilang bahwa pendampingan psikologis pada pasien TB yang memiliki gejala psikiatri memang menjadi kebutuhan penting. Namun ketika tenaga kesehatan jiwa tidak tersedia, pendampingan psikologis akan dikerjakan oleh komunitas pendamping pasien TB.

“Mereka bisa memberikan motivasi kepada pasien, lalu mengedukasi lingkungan pasien terkait dukungan psikososial yang diperlukan,” kata Christian.

Yang terpenting dari semua itu, orang dengan TB harus paham bahwa penyakit ini dapat sembuh. Demikian juga gejala psikiatri yang menyertainya. Jadi, tak perlu takut menjalani pengobatan karena terapi fisik maupun mental pada pasien TB akan membantu memperbaiki kualitas hidup mereka.

Jika tak menemukan layanan kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan terdekat, sebagai psikiater, Tribowo menganjurkan pasien TB mencari bantuan dan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar.

Baca selengkapnya di artikel “Gangguan Jiwa pada Pasien Tuberkulosis, Kerentanan Tak Terelakkan”, https://tirto.id/gqfM

 

Tercatat Kasus TBC 593, Asisten III Setdako Dumai Ajak Semua Pihak Peduli dan Waspada

DUMAI – Walikota Dumai dalam hal ini yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administasi Umum Muhammad Syafie, S.Sos, M.Si menghadiri sekaligus membuka Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) sekaligus pencanangan Kampung Siaga Tuberkulosis (TBC) yang bertempat di Gedung Sri Bunga Tanjung, Kamis (24/03).

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kota Dumai dan bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tersebut bertemakan Deklarasi Gerakan Bersama Eliminasi TBC yang bertujuan untuk membangun kesadaran umum tentang wabah tuberkulosis serta usaha-usaha untuk mengurangi penyebaran wabah tersebut.

Tuberkolosis sendiri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan bisa menyerang segala umur dan penyakit ini menular melalui penderita batuk atau bersin yang kemudian masuk ke paru-paru.

Pada kesempatan tersebut Asisten III Muhammad Syafie, S.Sos, M.Si menyampaikan bahwa pada tahun 2021 tercatat sebanyak 593 kasus TBC di Kota Dumai dimana yang tertinggi berada di Kecamatan Dumai Timur.

“Pada tahun 2021 tercatat sebanyak 593 kasus dimana nilai tertingginya berada di Kecamatan Dumai Timur dengan angka 134 indeks kasus disusul Kecamatan Dumai Kota sebesar 93 Indeks kasus dan Kecamatan-Kecamatan lainnya beberapa kasus,” jelasnya.

Beliau juga mengajak seluruh masyarakat dan keterlibatan perusahaan untuk peduli dan komitmen dalam penanggulangan TBC di Kota Dumai.

“Gerakan Bersama Eliminasi ini merupakan solusi untuk mengatasi persoalan TBC ini, keterlibatan semua potensi dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka mensinergikan upaya-upaya yang mendukung proses eliminasi TBC diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan kita terhadap penyakit menular tersebut,” harapnya.

Sementara itu, Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) cabang Kota Dumai, Ahmad Rasyid SE, berharap kepada semua pihak untuk lebih peduli tentang persoalan penyakit tersebut.”Dan perlu keseriusan dan strategi dalam mengeliminasi penyakit TBC di kota kita,” tegasnya.

Sedangkan menurut nara sumber dr. Eliyanti mengatakan saat ini Indonesia urutan ke tiga terbanyak yang mengidap penyakit ini setelah India dan China.”Oleh karena itu, bagi siapa saja yang ingin berobat kalau ada gejala penyakit tersebut, segeralah berobat ke Puskesmas terdekat. Tentu semua pengobatan digratiskan,”imbuhnya.

Turut hadir pada kesempatan tersebut yaitu, Ketua PKBI Provinsi Riau, Kepala Dinas Kesehatan, Pengurus Cabang PKBI Dumai, Camat Dumai Timur, Kepala Puskesmas se Kota Dumai, Lurah Se Kecamatan Dumai Timur, Perwakilan Perusahaan se Kota Dumai, Kepala Sekolah se Kecamatan Dumai Timur, Ketua LPMK, Pengurus PKBI dan Kader-kader Puskesmas.

Sasar Pasar Toddopuli, Yamali TB Sulsel Ajak Masyarakat Berantas TBC

Yamali TB Sulsel memperingati hari tuberkulosis sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. (Ist)

MAKASSAR, PEDOMANMEDIA – Terik matahari pagi menjelang siang tak menjadi penghalang bagi puluhan kader TB Komunitas dari Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Sulawesi Selatan untuk turun ke jalan memperingati hari tuberkulosis sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret.

Aksi turun ke jalan Kader Yamali TB ini dilakukan dengan edukasi terpadu kepada masyarakat umum pengguna jalan serta pedagang dan pengunjung pasar tradisional Toddopuli kota Makassar.

“Momentum TB Day yang tepat diperingati hari ini kita jadikan sebagai peneguhan komitmen mewujudkan masyarakat yang bebas TBC. Karenanya melalui aksi ini, kita bersosialisasi dengan harapan dapat menjaring kasus baru TBC yang belum tersentuh ke layanan kesehatan,” tutur Program Officier Yamali TB Makassar, Masnidar, Kamis (24/3/2022).

Masnidar menegaskan, peringatan hari TBC ini penting untuk dilakukan, mengingat bahwa angkas kasus TBC masih sangat tinggi dan masih menjadi penyakit menular dengan angka kematian tertinggi.

“Catatan WHO tahun 2021, Indonesia masih menjadi negara nomor tiga dunia sebagai penyumbang kasus TBC tertinggi dengan estimasi 824.000 jumlah kasus dengan kematian sebanyak 13.100 dan hanya 47% kasus yang terlaporkan dalam setahun. Itu artinya masih banyak kasus tapi belum berobat dan terlaporkan,” tuturnya.

Sementara itu, Koordinator Program Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi, menambahkan bahwa peringatan hari TB tahun ini dilakukan dengan ragam aksi dan kegiatan. Selain aksi turun jalan di Makassar, aksi yang sama serta ragam kegiatan juga dilakukan secara serentak di 8 daerah lainnya seperti Gowa, Jeneponto, Bulukumba, Maros, Wajo, Bone, Pinrang, dan Sidrap.

“TB day berbasis komunitas ini kita konsolidasikan untuk membuat kegiatan secara terpadu sejak 24 Februari hingga 31 Maret ini, sejumlah kegiatan telah dihelat di 9 daerah itu seperti sisir kutu atau penyuluhan dan investigasi kontak kepada 50.000 orang dan merujuk terduga TB sebanyak 10.000 orang,” tukasnya.

Kasri menambahkan, selain melakukan penjaringan terduga dan kasus baru TBC serta pendampingan pasien, program penanggulangan TBC juga diarahkan pada ranah advokasi  untuk memperoleh dukungan publik, dukungan finansial bagi pasien, dukungan psikososial, serta dukungan komitmen politik dari pemangku kepentingan.

“TBC masih menjadi persoalan besar saat ini, bahkan penanganannya diklaim mundur 4 tahun dikarenakan pandemi Covid-19, padahal kita semua tahu bahwa TBC ini juga merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian. Peringatan TB day 2022 ini kami ingin jadikan momentum kampanye agar kita semua tahu,” terangnya.

Peringatan hari TB sedunia tahun ini dilakukan oleh sejumlah pihak baik dari pegiat TB di Dinas kesehatan dan layanan, juga oleh kelompok masyarakat dan komunitas. Tema TB Day tahun sendiri adalah “Perkuat dukungan untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Jiwa”.

Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022, Pangkalpinang Ayo Bergerak!

Pangkalpinang, FaktaBerita.Online,-

Tuberkulosis atau biasa disebut TB merupakan salah satu penyakit yang sepanjang zaman selalu menjadi momok menakutkan di masyarakat, Kamis 24/03/2022.

Mengingat bahayanya penyakit yang mematikan dan mudahnya penularan melalui kontak udara, belum lagi secara spiritual itu dianggap aib dan menjadi sebuah permasalahan tersendiri di masyarakat.

STPI Penabulu Pangkal Pinang sebagai sebuah lembaga swadaya masyarakat, peduli dan sip mengedukasi dan terlibat dalam penanganannya.

Dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia yang jatuh pada hari ini, Jumat 24 Maret 2021, STPI Penabulu Pangkalpinang mengadakan sarasehan di Puskesmas Pasir Putih.

Kegiatan dihadiri oleh para dokter, pejabat instansi pemerintah dan kader – kader kesehatan.

Acara diisi dengan sosialisasi penanganan TB dan orang-orang yang berpotensi terdampak, khususnya anak-anak (Balita), di dalam keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Dijelaskan oleh dr. Ratna, dokter spesialis anak dari RSUD Depati Hamzah,

“Balita rawan tertular penyakit TB. Contohnya bila kedua orangtua sibuk bekerja dan anak dititipkan kepada neneknya yang kebetulan terkena TB, harus diwaspadai karena resiko tinggi tertular”. Jelas dr.Ratna

“Anak- anak, terutama balita wajib diperhatikan”. Minimnya kesadaran masyarakat untuk terbuka dan periksa, meskipun gratis dan obat pun dijamin pemerintah, menjadi sebuah PR besar dan perlu kerja keras mengupayakannya. Lanjut dr. Ratna.

Selain sosialisasi tentang penanganan dan solusi obat TB juga tentang investigasi kontak yang diperlukan, pemaparan beberapa kasus TB menjadi bahasan pokok dalam sarasehan tersebut.

Acara berlangsung komunikatif dan meriah. Ada sesi pembagian bingkisan berupa bibit pohon alpukat dan untuk semua kader diusulkan adanya kenaikan uang saku selayaknya, sambutan riuh tepuk tangan hadirin menambah semaraknya acara.

Momentum berharga bagi semua kalangan yang terlibat dalam program eliminasi TB di Pangkal Pinang, diakhiri dengan membuat komitmen dan tandatangan bersama, satu per satu, wujud kepedulian yang konkret terhadap program pemberantasan TB.

“Harapannya agar kota Pangkalpinang mampu lebih baik dalam dalam menyikapinya, karena Pencapaian SPM TB Pangkalpinang 2021 hanya 53 persen, ranking 6 dari 7 di Babel, tahun berikutnya perlu perhatian lebih dari pemerintah untuk capaian lebih baik, melalui kader kesehatan dan program-programnya, tidak bisa selesai sendiri harus sama-sama”, tutur Pak Hari Purnomo, selaku SR Manager STPI Penabulu.”

Acara selesai dengan tertib. STPI Penabulu sukses menyelenggarakan peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2022.

Salam sehat. (Red)

Jalin Kerjasama Dengan LazisMu dan ‘Aisyiyah, ILS Bagikan Nutrisi Tambahan untuk Pasien TB Dampingan Kader ILS Bandar Lampung

Bandarlampung, Pada Rabu, 19 Januari 2022 menjadi awal dimulainya kegiatan berbagi nutrisi tambahan untuk pasien TB dampingan kader ILS Bandar Lampung, kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara LazisMu, Majelis Kesehatan PWA Lampung, Majelis Kesehatan PDA Bandar Lampung dan ILS Bandar Lampung.

Kegiatan diawali dengan pembagian nutrisi tambahan kepada pasien TB dampingan kader ILS Bandar Lampung di wilayah kerja PKM Way Kandis, dilanjutkan ke wilayah kerja PKM Pasar Ambon, PKM Sukaraja, PKM Sumur Batu, PKM Kampung Sawah, PKM Way Halim I, PKM Bakung, dan PKM Kota Karang.

Penyerahan Nutrisi Kepada Pasien TB Dampingan Kader ILS Kota Bandar Lampung

Pemberian nutrisi ini menjadi bukti nyata dukungan penuh Inisiatif Lampung Sehat, ‘Aisyiyah dan LazisMu dalam program penanggulangan TB di Bandar Lampung, selain itu kegiatan ini juga akan dilaksanakan secara rutin yakni setiap bulan.

Pristi Wahyu Diawati selaku Program Officer ILS Bandar Lampung menyampaikan harapannya kepada seluruh kader dan pasien TB agar tetap semangat dalam menjalani pengobatan.

“Kegiatan ini semakin memupuk semangat pasien untuk menjalani pengobatan sampai sembuh. Maka besar harapan kami kegiatan ini menjadi awal masuknya donatur-donatur lain sehingga semakin banyak pasien yang mendapat nutrisi tambahan. Untuk itu, kami membuka lebar kesempatan untuk donatur-donatur lain baik perorangan maupun lembaga yang ingin berbagi dengan pasien TB di Bandar Lampung” Pungkas Pristi Wahyu Diawati.