Pengumuman Pemenang Pelelangan Pengadaan Masker N95 & Masker Bedah 3 Ply Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI Tahun 2023

PENGUMUMAN PEMENANG HASIL PELELANGAN
Nomor : 21.005/PR PB-STPI/IX/2023

Sehubungan   dengan   lelang   umum   pekerjaan   Pengadaan Masker N95 & Masker Bedah 3 Ply Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, dan berdasarkan Berita Acara Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 21.003/PR PB-STPI/IX/2023, dan berdasarkan Berita Acara Perubahan Jadwal Lelang Nomor : 21.004/PR PB-STPI/IX/2023, maka dengan ini Panitia Lelang Pengadaan Masker N95 & Masker Bedah 3 Ply, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mengumumkan pemenang lelang untuk pekerjaan tersebut di atas adalah:

Nama Perusahaan : PT. Gemilang Arumindo Sejahtera
Alamat Perusahaan : Puri Gading Blok H1-15, Kelurahan Jatimelati, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi 17425
Nomor Telepon : 021 – 84307438 / 08111441733

Demikian kami sampaikan untuk diketahui, atas perhatian dan partisipasi saudara, kami ucapkan terima kasih.

Panitia Lelang Pengadaan Masker N95 & Masker Bedah 3 Ply

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI

Jakarta, 27 September 2023

KMP TBC Sekar Melati Bringin Berbagi Puluhan Paket Sembako

NGAWIJawa Pos Radar Madiun – Hari Tuberkulosis Sedunia diperingati Kelompok Masyarakat Peduli (KMP) TBC Sekar Melati Bringin dengan menggelar bakti sosial. Mereka berbagi 28 paket sembako dan genting kaca. Sebanyak 18 paket bantuan tersebut diserahkan secara langsung kepada mantan penderita TBC di halaman Puskesmas Bringin.

GAYENG : Panitia dan tamu undangan bersama-sama mempraktikan salam temukan, obati sampai sembuh (TOSS) TBC

Sedangkan 10 paket bantuan sisanya diberikan saat kunjungan ketuk pintu ke rumah mantan penderita TBC lainnya. ‘’Tujuan bakti sosial ini untuk memberikan dukungan moril kepada mantan pasien bahwa pemerintah hingga masyarakat lainnya tidak acuh terhadap penderita TBC tersebut. Selalu ada kepedulian untuk mereka,’’ ungkap Ketua KMP TBC Sekar Melati Bringin Puji Rahayu. Menurutnya paket bantuan berupa sembako diberikan untuk meringankan beban kebutuhan masyarakat sehari-hari. Apalagi beras, gula, minyak dan kebutuhan dapur lainnya diperkirakan bakal mahal jelang Ramadan.

Sedangkan bantuan genting kaca disebutnya sebagai bagian dari upaya preventif KMP TBC Sekar Melati untuk mengurangi potensi perkembangbiakan Mycobacterium tuberculosis. ‘’Paparan sinar matahari ke dalam rumah mampu membunuh bakteri penyebab TBC itu,’’ tegasnya.

Dalam kegiatan bakti sosial, edukasi mengenai penanganan TBC pun diberikan. Mantan penderita penyakit paru-paru yang ada diminta untuk menceritakan pengalamannya divonis menderita TBC untuk kali pertama, pengobatan dan pendampingan dari puskesmas yang dijalani hingga sembuh. ‘’Bermodalkan pengalaman dari penderita ini kami ingin masyarakat termotivasi untuk sembuh dan tahu tata cara penyembuhannya,’’ bebernya. Aksi bakti sosial tersebut tidak hanya diikuti pengurus KMP Sekar Melati Bringin dan mantan penderita TBC. Hadir pula perwakilan dari Dinas Kesehatan Ngawi, Puskemas Bringin, anggota forkopimcam Bringin, kepala desa se-Kecamatan Bringin hingga hingga Sub Sub Recipient (SSR) Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Kabupaten Ngawi.

Yayasan penerima dana hibah dari The Global Fund dibawah Konsorsium Penabulu – Stop TB Partnership Indonesia (STPI) itu tidak hanya salah satu inisiator kegiatan bakti sosial, melainkan juga kemunculan KMP TBC Sekar Melati Bringin bulan November 2021 lalu. KMP itu bukan hanya satu-satunya di Ngawi, bahkan satu diantara dua KMP file project Konsorsium Yayasan Penabulu-STPI yang ada di Jawa Timur selain di Trenggalek.  ‘’Terimakasih kepada anggota forkopimcam Bringin, kepala desa se-Kecamatan Bringin dan Yayasan Yabhisa Ngawi atas dukungannya,’’ tuturnya.

Kepala Sub Koordinator Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Ngawi Paulina Kristinati menyebut bahwa penderita TBC bisa resisten terhadap obat hingga meninggal dunia tanpa pengobatan yang sesuai prosedur dan tuntas. Dengan adanya kegiatan bakti sosial yang digelar KMP TBC Sekar Melati Bringin tersebut, dia gembira. Aksi tersebut menandakan bahwa masyarakat telah peduli terhadap penderita penyakit TBC. Alih-alih mengucilkan, mereka justru memberikan dukungan sampai sembuh. Motivasi penderita TBC untuk sembuh pun diharapkan semakin tinggi.  ‘’Harapan kami semakin banyak penderita TBC yang berhasil diidentifikasi dan diobati sampai tuntas sehingga Ngawi bisa bebas TBC,’’ tegasnya.

Ketua Yabhysa Ngawi Muhammad Via Pratama menyebut bahwa inisiatif membentuk KMP TBC Sekar Melati Bringin berawal dari tingginya kasus TB di Kecamatan Bringin. Dengan adanya KMP TBC itu, pihaknya ingin seluruh unsur masyarakat berperan aktif dalam penanggulangan penyakit paru-paru tersebut. Itupun melalui dukungan berupa peningkatan kapasitas pengurus melalui pelatihan dengan mendatangkan narasumber. ‘’Dukungan itu kami berikan agar ke depan KMP Sekar Melati bisa berdaya mandiri dan jadi organisasi yang memiliki daya ungkit tinggi kaitannya dengan permasalahan TBC di Brigin,’’ tuturnya. 

Entaskan TBC di Ngawi, Bakrie Center Foundation Kolaborasi dengan Yabhysa

NGAWIJawa Pos Radar Madiun – Pengentasan Tuberculosis (TB/TBC) di wilayah Ngawi terus dimaksimalkan. Bakrie Center Foundation (BCF), sponsor program Campus Leader, menggandeng Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YabhysaNgawi, dalam mendukung penanggulangan TBC di daerah setempat.

KOORDINASI: Yabhysa Ngawi berkoordinasi dengan Dinkes terkait program Campus Leader dalam pengentasan TBC bersama perwakilan Dinkes Ngawi dan mahasiswa. (SATRIO/RADAR NGAWI)

Dalam program ini, BCF juga berkolaborasi dengan mahasiswa, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Ngawi. Adapun program ini dilaksanakan di enam provinsi termasuk Jawa Timur, khususnya Ngawi. Kegiatan ini diikuti oleh 200 mahasiswa magang. Di Ngawi, ada empat mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat yang mengikuti program tersebut. ”Nantinya para mahasiswa diharapkan bisa memberikan kritik, saran, masukan dan inovasi dalam penanggulangan TBC di Ngawi,” kata Muhammad Via Pratama, Ketua Yabhysa Ngawi.

Dia mengatakan, Yabhysa sudah tiga tahun bekerjasama dengan Dinkes Ngawi dalam upaya penanggulangan TBC. Dalam kegiatan yang rencanya berlangsung lima bulan tersebut para mahasiswa dituntun untuk mengikuti kerja lapangan. Diantaranya koordinasi dan komunikasi dengan para kader TBC juga Dinkes, serta pengelola program di 24 Puskesmas (PKM) se Ngawi. “Dilakukan bersama-sama dalam satu tim,” sebutnya.

Via mengatakan dari program ini kedepan bisa dibentuk paguyuban bagi mantan pasien TBC di Ngawi. Sebab selama ini belum pernah terrealisasi. Dia berharap para mahasiswa menjadi inisiator pembentukan paguyuban tersebut. ”Harapannya adalah bisa mendukung pengobatan bagi pasien TBC lainya,” ujar Via.

KOLABORASI: Ketua Yabhysa Ngawi, Muhammad Via Pratama (ke dua dari kiri) dan Pengelola Program TBC Dinkes Ngawi, Ririn Noviyanti dan para mahasiswa magang Program Campus Leader

Pengelola Program TBC Dinkes Ngawi, Ririn Noviyanti menyatakan pihaknya menyambut baik program kolaborasi tersebut. Hal itu sejalan dengan upaya pengentasan TBC yang dilaksanakan Dinkes. Menurutnya sejauh ini Dinkes masih mengalami kendala dalam menjaringan kasus dan mendiagnosis pasien secara menyeluruh. ”Dari survei Kementerian Kesehatan estimasinya ada 1.428 namun sementara ini baru sekitar 740,” paparnya. Karena itu, pihaknya berharap melalui program magang nantinya mampu menjaring pasien lebih banyak. Ririn mengatakan perlunya pengobatan TBC secara tuntas. Sebab TBC merupakan penyakit menular. Terlebih bagi pasien yang tak tuntas mengikuti treatment pengobatannya. Mereka justru bisa lebih berisiko mengalami resistensi obat TBC. ”Malah pengobatan yang dilakukan bisa lebih lama dan efek samping obat yang lebih parah,” ujarnya, sembari mengimbau pasien TBC supaya disiplin dalam mengonsumsi obat.

Sementara itu, Rani Siyratu, Program Staff BCF, mengungkapkan bahwa Campus Leader Program merupakan bagian dari upaya BCF mendukung program nasional. BCF sudah tersebar di 238 kabupaten/kota se-Indonesia. Dia mengatakan tahun ini Ngawi merupakan percontohan sebagai wilayah yang aktif eliminasi TBC. ”Di Ngawi banyak aktivis yang turun untuk menanggulangi TBC karena itu kami turut mendukung melalui lembaga sosial yang ada,” katanya.

Rani menyebut bahwa program magang BCF sudah berjalan selama kurang lebih 3,5 tahun di Jawa Timur. Pun tahun depan pihaknya mengupayakan penambahan program serupa untuk kabupaten/kota lain. Khususnya penambahan di wilayah Jawa Timur. Sebab saat ini Jawa Timur berada di posisi ke-dua pengidap TBC terbanyak. ”Harapannya tahun 2024 mendatang bisa melingkupi seluruh kabupaten/kota dalam eliminasi TBC,” pungkasnya.

Kolaborasi Penanggulangan TBC PR Konsorsium Komunitas bersama dengan Civitas Akademis dalam Talkshow: Upaya Peningkatan Literasi Mahasiswa terhadap Isu Tuberkulosis

Foto bersama seluruh pembicara, moderator dan master of ceremony (MC) yang berperan dalam  kegiatan talkshow

Tuberkulosis (TBC) hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut WHO dalam Global TB Report (GTR) tahun 2022, Indonesia berada di peringkat kedua di dunia dengan kasus TBC terbanyak. Dengan estimasi insiden sebesar 969.000 kasus pada tahun 2022 dan notifikasi kasus TBC sebesar 443.235 kasus, masih ada sekitar 55% kasus masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh program (detected, un-notified). Kondisi ini membuat negara Indonesia masih berjuang dalam menuju eliminasi TBC 2030. Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan TBC di Indonesia salah satunya adalah pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap kasus TBC.

Literasi masyarakat yang masih rendah terkait TBC, dapat memiliki dampak pada upaya pencegahan, pengobatan, dan penanggulangan penyakit TBC, terlebih menuju program Eliminasi TBC tahun 2030. Hal tersebut menyebabkan masyarakat kurang mampu memahami informasi yang tepat dan akurat tentang gejala, penyebaran, pencegahan, dan pengobatan TBC. Kondisi tersebut dapat berkontribusi pada peningkatan kasus TBC yang tidak terdiagnosis atau tidak terobati, serta penyebaran informasi yang salah atau mitos terkait TBC (stigma). Sekitar 500 ribuan kasus yang belum ditemukan dan diobati bisa menjadi rantai penularan aktif yang bukan tidak mungkin akan menjangkau kita dan keluarga kita. Apalagi 1 orang sakit TBC yang tidak diobati sampai sembuh dalam 1 tahun, mengakibatkan penularan ke 10-15 orang di sekitarnya.

Proses sesi tanya jawab talkshow. Seluruh peserta sangat aktif untuk bertanya terhadap materi yang sudah disampaikan

Beberapa efek dari pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap TBC adalah kurangnya pengetahuan tentang gejala awal TBC yang dapat menyebabkan masyarakat mengabaikan tanda-tanda TBC yang muncul pada diri mereka atau anggota keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan penundaan dalam pemeriksaan medis dan diagnosis yang tepat waktu. Selain itu, masyarakat yang tidak memahami cara penularan TBC tentu tidak mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menghindari penyebaran penyakit kepada orang lain seperti tidak melakukan vaksinasi atau menghindari paparan.

Merespon kondisi tersebut, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkolaborasi dengan Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melakukan kampanye Tuberkulosis secara masif kepada masyarakat luas secara umum dan juga civitas akademik FKM Universitas Indonesia melalui kegiatan SPARE XVII (Sport and Art Event). SPARE Merupakan program kerja unggulan di bawah Bidang Pengembangan Minat dan Bakat BEM IM FKM UI, yang mana, harapan dari kolaborasi ini dapat menjadikan TBC sebagai isu prioritas (top of mind) dalam berbagai kebijakan di segala lapisan masyarakat dan kalangan anak muda.

Salah satu rangkaian kegiatan SPARE XVII adalah pelaksanaan Talkshow pada tanggal 15 September 2023, bertempat di Aula A Gedung FKM Universitas Indonesia. Talkshow bertajuk “TBC Awareness Starts with You” merupakan kegiatan Grand Opening SPARE XVII yang bertujuan untuk sharing pengetahuan terkait penyakit TBC dengan berbagai narasumber ahli, diantaranya adalah dr.Ugiadam Farhan (Dokter Ahli), Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH (Dosen FKM UI), Heny Prabaningrum M.PA, M.Sc yang diwakilkan oleh Dangan Prasetya (PR TBC Komunitas), dan Budi Hermawan (Ketua POP TB Indonesia dan penyintas TB). Talkshow dimulai pada pukul 15.00 WIB dengan dihadiri oleh 100 peserta baik dari masyarakat umum maupun mahasiswa UI. Masing-masing pembicara menyampaikan informasi yang sangat komprehensif serta faktual terhadap isu, program, dan progress eliminasi TBC di Indonesia saat ini.

dr. Ugiadam Farhan dan Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH sebagai narasumber menjelaskan isu klinis TBC dan usaha preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah TBC

Ugiadam Farhan sebagai praktisi ahli menyampaikan secara klinis terkait faktor resiko terjadinya TBC, keadaan paru-paru saat mengalami TBC, dan pola penyakit TBC. dr. Farhan juga menegaskan kepada peserta talkshow bahwa banyak sekali fakta dan mitos yang beredar di masyarakat terhadap informasi TBC. Ia pun berharap bahwa masyarakat dapat lebih bijak dalam mengolah informasi yang diperoleh agar tidak terjadi penyebaran ilmu yang salah terhadap penyakit TBC. “Mungkin beberapa peserta disini percaya bahwa TBC dapat menular melalui alat makan dan sebagainya, namun itulah contoh pendistribusian informasi yang kurang tepat. Carilah sumber terpercaya agar meyakinkan info yang didapat adalah mitos/fakta,” ujarnya.

Selanjutnya, Dr.Dian Ayubi, S.KM, M.QIH (Dosen FKM UI) turut menyampaikan materi terkait model penyebaran penyakit TBC, epidemologi TBC di Indonesia, cara mencegah penyebarluasan penyakit TBC dan preventif serta promosi informasi TBC kepada khalayak luas. Dr. Dian Ayubi menggarisbawahi bahwa peran anak muda terutama mahasiswa menjadi ujung tombak yang penting untuk bertanggungjawab dalam penyebaran informasi di masyarakat. Menurutnya, dengan era teknologi media sosial yang banyak dikelola oleh anak muda dapat menjadi salah satu media untuk memperluas informasi selain mengandalkan kader TBC dilapangan yang memberikan informasi dari rumah ke rumah. “Saat ini semua dalam hitungan detik dapat mengakses beribu ribu informasi di internet. Nah anak-anak muda, Gen-Z seperti kalian dapat berperan aktif untuk memperluas informasi TBC melalui platform media sosial,” tambahnya.

Dangan Prasetya dan Budi Hermawan turut memaparkan materi terkait peran komunitas dalam eliminasi TBC di Indonesia dan perjuangan pasien saat terdiagnosa hingga proses penyembuhan

Kemudian dari sisi implementasi eliminasi TBC dari sudut pandang komunitas, Dangan Prasetya selaku pembicara dari PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI membagikan ilmu dengan topik implementasi kebijakan program komunitas mengenai TBC, peran komunitas dan pemerintah dalam mendukung eliminasi TBC di Indonesia, dan program-program yang saat ini dilakukan oleh komunitas untuk mengurangi angka kasus TBC di Indonesia. “Saat ini, kami bekerja di 30 provinsi wilayah, mendukung pemerintah mencapai eliminasi TBC 2030 melalui kegiatan investigasi kontak, Terapi Pencegahan TBC dan pemberian enabler. Dengan sumber daya di lapangan seperti Kader, Pasien Supporter (PS), dan Manajer Kasus (MK) kami terus berusaha untuk menemukan banyak kasus dan mengajak pasien untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan hingga sembuh,” sambungnya.

Pembicara terakhir yaitu Pak Budi Hermawan sebagai penyintas TBC pun turut membagikan kisahnya terhadap hambatan pengobatan, suka duka dan perjuangan ia untuk sembuh dari penyakit TBC. Baginya, kesembuhan dari penyakit TBC yang ia alami merupakan titik balik untuk memulai hidup dengan semangat baru. Ia pun mengatakan bahwa saat ini ia ingin mendukung seluruh pasien TBC RO agar semangat dan dimudahkan perjuangannya dalam menjalani pengobatan. Sehingga ia dan rekan-rekan POP TB Indonesia saat ini menciptakan kanal Lapor TBC dan Hotline Kesehatan Mental untuk pasien TBC RO sebagai fasilitas bagi para pasien TBC RO yang dapat diakses secara gratis.

Tentunya, informasi dari masing-masing narasumber memberikan banyak manfaat dan ilmu bagi kita untuk lebih peduli dan masif menyebarkan informasi TBC kepada keluarga, saudara, teman sejawat dan seluruh masyarakat. Semoga ilmu dari talkshow yang telah dilaksanakan dapat ditindaklanjuti oleh seluruh peserta agar peningkatan literasi masyarakat terhadap TBC dapat meningkat dan mendukung indonesia bebas TBC 2030.


Penulis: Winda Eka Pahla

Editor: Dangan Prasetya

 

Wujud Komitmen Pemerintah Kota, Makassar Kini Punya Peraturan Walikota (Perwali) TBC

Sosialisasi dan pengenalan Perwali TBC kota Makassar dilakukan pertama kali melalui forum Pertemuan Tindak Lanjut Komunitas Dan Pemangku Kebijakan Jejaring DPPM TBC tingkat kota Makassar.

MAKASSAR— Pemerintah kota Makassar resmi mengeluarkan regulasi untuk upaya percepatan Eliminasi TBC tahun 2030. Regulasi berupa Peraturan Wali Kota itu ditandatangani oleh Wali Kota Makassar bernomor 20 Tahun 2023 tentang penanggulangan Tuberkulosis.

“Kita bersyukur bahwa setelah adanya forum multi sektor, komitmen pemerintah kota semakin nyata untuk percepatan eliminasi TBC. Perwali ini sudah ditandatangani sejak Mei lalu, namun baru kita sosialisasikan untuk menakar peluang implementasinya,” tukas Penanggungjawab Program TB Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sierly Natar, pada kegiatan Pertemuan Tindak Lanjut Komunitas Dan Pemangku Kebijakan Jejaring DPPM TBC Yamali TB, Kamis, 7 September 2023.

Menurut Sierly, dengan keluarnya Perwali tentang penaggulangan TBC, upaya percepatan eliminasi TBC di kota Makassar akan semakin kuat. Secara capaian Dinkes Makassar, kata dia, tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan penemuan kasus di mana tahun 2021 4088, meningkat menjadi 6076 tahun 2022, dan hingga Agustus 2023 telah berada pada angka temuan kasus sebanyak 4511.

“Ini langkah maju pemerintah kota, apalagi secara nasional Makassar saat ini juga telah menjadi sumber pembelajaran baik karena keberadaan dan keberhasilan forum multisektornya,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, SR Manager Yamali TB Wahriyadi menyampaikan apresiasinya atas komitmen pemerintah kota Makassar. Ia berharap bahwa implementasinya segera dapat diberlakukan untuk menguatkan upaya-upaya para pihak dalam penanggulangan TBC di Makassar. “Kami dari sisi komunitas tentu sangat menyambut baik. Tren upaya kita sangat positif, apalagi dari DPRD Kota Makassar juga sebelumnya telah menjanjikan untuk memasukkan TBC ini sebagai agenda prolegda tahun 2024,” tuturnya.

Dalam pertemuan ini, selain membahas tentang regulasi TBC di kota Makassar, juga dilakukan paparan dan diskusi untuk penguatan dan optimalisasi pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM) untuk layanan TBC Di Kota Makassar. Hadir sejumlah pihak dari SR Yamali TB, Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel dan kota Makassar, Bappeda Kota Makassar, Adinkes Sulsel, Asosiasi Klinik, Asosiasi Rumah Sakit, Kopi TB, IDI, Bappeda serta Bagian Pemerintahan kota Makassar. Hadir juga menjadi narasumber Adinkes Pusat Dr Rachmat Latif, serta Direktur SUPD Kemendagri, Erliani Budi Lestari.

MDR TB Staff (MTBS) untuk Program Eliminasi TB – Konsorsium Komunitas Penabulu STPI

Latar Belakang

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI merupakan Principal Recipient (PR) untuk program eliminasi Tuberculosis (TBC) dengan dukungan dana Global Fund- Komponen TBC periode 2021 – 2023 mendukung pemerintah dalam upaya penanggulangan TBC melalui penemuan kasus secara aktif dan pendampingan pasien TBC oleh komunitas.

Tahun ketiga implementasi program Unit MDR akan menyusun juklak dan materi serta melaksanakan pelatihan manajer kasus seluruh provinsi dan pelatihan PS di 3 provinsi beban TBC RO tinggi yang dilanjutkan dengan supervisi monitoring implementasi pasca pelatihan, serta pengembangan konsep dan pemantauan TB Army untuk pelacakan kasus iLTFU bersama SR Tematik. Pada semester-2 tahun ketiga, Tim MDR menindaklanjuti rencana strategis PR konsorsium dalam penguatan dukungan komunitas untuk pasien TBC RO, yaitu dengan memberikan pendampingan dan membayarkan enabler sejak pasien terdiagnosis TBC RO di faskes manapun (tidak hanya di PMDT).

Unit MDR  juga akan menyusun desain pelatihan dan rencana implementasi untuk 165 KK lainnya, baik yang akan dikelola SR Provinsi maupun SR Tematik besama OPT dan selanjutnya Tim MDR tetap melakukan pemantauan intensif implementasi pendampingan sejak terdiagnosis di faskes TCM di 190 KK, pelacakan iLTFU oleh TB Army di 52 KK,dan pendampingan pasien di PMDT oleh MK dan PS di 190 KK.

Menjawab tantangan tersebut diatas, PR Konsorsium Komunitas membutuhkan 2 orang staf untuk posisi MDR (Multi Drug Resistance/Resisten Obat)  TB Staff.  Dibawah supervisi MDR TB Coordinator, Setiap staf bertanggungjawab untuk mendukung kordinator dalam perencanaan dan pemantauan implementasi pendampingan oleh MK-PS, pendampingan sejak terdiagnosis, pelacakan iLFU oleh TB Army, shelter, progres pembayaran enabler Nol dan On Treatment dan budget line terkait TBC RO. SR Provinsi dengan beban TBC RO tinggi akan dibagi sesuai jumlah staf area.

Tugas dan Tanggungjawab Utama:

  1. Bertanggungjawab kepada Koordinator Unit TBC RO (MDR TB Coordinator);
  2. Bersama Koordinator menyusun rencana implementasi Budget Line terkait TBC RO.
  3. Mendukung Koordinator dalam kolaborasi efektif dengan Subdit TBC Kemenkes RI dan mitra yang relevan untuk meningkatkan implementasi TBC RO oleh komunitas.
  4. Bersama Koordinator mengembangkan dan menjalankan panduan pemantauan dan evaluasi kerja Manajer Kasus.
  5. Melakukan inventarisir dan review klaim enabler setiap bulan, berkoordinasi dengan tim Data Management.
  6. Memantau dan pembaruan pangkalan data kasus individual pasien TBC RO secara rutin dan melaporkannya ke Koordinator.
  7. Berkomunikasi intensif dengan Manajer Kasus dan Patient Supporter.
  8. Melaksanakan supervisi sesuai arahan Koordinator Unit TBCRO.
  9. Menyusun laporan rutin (triwulan, semester dan tahunan) TBC RO.

Kualifikasi

  1. Memiliki pengalaman dalam program TBC RO Nasional minimal 1 tahun.
  2. Pendidikan Strata-1, Jurusan Kesehatan Masyarakat atau Psikologi
  3. Memahami peluang dan hambatan pendampingan TBC RO.
  4. Memahami mekanisme pembayaran enabler untuk pasien TBC RO.
  5. Berpengalaman di program TB komunitas dana hibah The Global Fund diutamakan.

Durasi Waktu

Periode penugasan: Oktober s/d Desember 2023

Kirimkan CV dan pernyataan minat ke email:

hr@penabulu-stpi.id dengan subject email: MTBS

Batas Waktu : 22 September 2023 pukul 17.00 WIB

Hanya kandidat yang memenuhi syarat yang akan dihubungi

Call For Proposal: Riset Operasional Pemberian Dukungan Dana Enabler untuk Pasien TBC Resistan Obat

Principal Recipient (PR) Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dengan dana The Global Fund periode 2021 – 2023 mendukung upaya pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian TBC melalui berbagai intervensi berbasis komunitas, termasuk dalam penyediaan dukungan untuk pasien TBC Resisten Obat.  Beberapa bentuk dukungan untuk pasien TBC RO yang telah dilaksanakan oleh PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, diantaranya meliputi ; 1)Pendampingan psikososial oleh Manajer Kasus dan Pendukung Pasien, 2) Dukungan Dana Enabler sebesar Rp 600.000 sejak terdiagnosis hingga selesai pengobatan,, 3) Diskusi Kelompok Pasien, 4) Penyediaan Rumah Singgah, 5) Layanan Hotline Kesehatan Mental, 6) Kanal aduan pasien melalui LaporTBC.id, dan 7) Pelacakan pasien TBC RO initial Lost to Follow Up.

Pasien TBC Resistan Obat (TB RO) selama ini telah mendapatkan bantuan transportasi (enabler) setiap bulan dengan pengelolaan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan penyedia layanan TBC RO. Tujuan utama pemberian enabler untuk pasien TBC RO adalah untuk mendorong dan memampukan pasien datang ke fasilitas layanan kesehatan dalam rangka memulai pengobatan sampai menyelesaikan pengobatan. Sejak Bulan Januari 2022, pemberian enabler khusus di 190 kabupaten/kota di 30 provinsi  dikelola oleh PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Pembayaran enabler oleh komunitas dilakukan sebagai untuk mendukung kelancaran pengobatan pasien TBC RO yang sejalan dengan dukungan pendampingan psikososial yang selama ini dilakukan oleh komunitas melalui Manajer Kasus dan Patient Supporter.

Memasuki akhir periode hibah tahun 2021-2023, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI akan melakukan Riset Operasional Pemberian Dana Enabler untuk Pasien TBC Resisten Obat. Riset operasional ini bertujuan untuk mengetahui dampak pemberian enabler terhadap kepatuhan pengobatan pasien yang terdiagnosis TBC RO.  Hasil Riset Operasional Pemberian Dana Enabler untuk Pasien TBC RO akan digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap kebijakan implementasi pemberian dana enabler serta dapat memberikan input terhadap strategi penguatan dukungan komunitas untuk pasien TBC RO pada periode kerja yang akan datang.

Penjelasan lebih lanjut serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses pada : https://bit.ly/PBSTPI-RisetEnabler, atau menghubungi Raisa Afni (0856-766-5337), Yuniar Ika (0856-4116-6247), atau Istiqomah (0812-8396-1086)

Surat Pernyataan Minat/Letter of Interest (LOI) dan Kelengkapan Berkas Pendaftaran paling lambat diterima pada Senin, 25 September 2023 pukul 16.00 WIB

Dokumen LOI dan berkas pendaftaran lengkap dikirimkan melalui email ke secretariat@penabulu-stpi.id,  dengan cc :

  1. program@penabulu-stpi.id
  2. km.pr@penabulu-stpi.id