Pemangku Kepentingan Perlu Perkuat Kolaborasi untuk Meningkatkan SPM TB

Laporan Badan Kesehatan Dunia atau WHO per Oktober tahun 2022, Indonesia saat ini adalah negara dengan penyumbang kasus TBC nomor dua di dunia dengan estimasi beban kasus 969.000 dengan kematian di angka 144.000 atau 16 orang meninggal setiap jamnya.

Kasus TBC di Indonesia yang terus meningkat menjadi masalah bersama di Indonesia, mengingat kasus TBC adalah penyakit dengan jumlah kematian terbanyak di Indonesia. Hal tersebut dikemukakan langsung oleh Andi Juli Junus selaku Penanggungjawab Program Tuberkulosis (TB) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.

“Berdasarkan data terbaru, negara kita menjadi negara nomor dua dengan kasus TBC terbanyak di dunia setelah setahun sebelumnya hanya berada di urutan ketiga setelah India dan Cina. Saat ini kasus kita sudah lebih tinggi dari Cina,” ungkapnya.

Hal tersebut ia paparkan dalam kegiatan Konperensi Pers pernyataan bersama upaya kolaborasi penanggulangan Tuberkulosis, yang dilaksanakan oleh SSR Yamali TB Kota Makassar, di Hotel Khas Makassar, Jumat, 23 Desember 2022.

Sejumlah hal juga dikemukakan Julia Junus, seperti masih tingginya angka kasus TBC karena diakibatkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya kolaborasi antar komunitas, mekanisme dan upaya rujukan pemeriksaan terduga pasien yang masih rendah, kurangnya edukasi dan strategi komunikasi terkait TBC, serta belum adanya penganggaran SPM (Standar Pelayanan Minimal) untuk TBC.

Kaitan dengan hal tersebut, sebelumnya dr. Ashari selaku Ketua tim District Based Public Private Mixed (DPPM) Kota Makassar memberikan beberapa saran. “Ada berbagai faktor yang membuat sulitnya proses eliminasi TB di Indonesia khususnya di kota Makassar, untuk itu perlu adanya pertemuan DPPM, kemudian melakukan pendataan lalu buatkan lagi pertemuan bagi jejaring DPPM yang ada,” ungkapnya.

Diketahui, sebelumnya atau tepatnya November lalu, dilakukan pertemuan komunitas dan pemangku kepentingan jejaring DPPM untuk Optimalisasi Pemenuhan Standar Pelayan Minimal Terkait Layanan TBC ini diikuti oleh berbagai pihak di antaranya Bangda Kemedagri, ADINKES Pusat, ADINKES Wilayah, Bappeda Kota Makassar, Dinas Kesehatan Kota Makassar, Ikatan Dokter Indonesia, hingga Asosiasi Klinik kota Makassar, serta beberapa perwakilan rumah sakit pemerintah dan swasta serta Puskesmas dan Kilinik percontohan.

Koordinator Program Yamali TB, Kasri Riswadi menjelaskan bahwa melalui pertemuan tersebut, diusulkan beberapa strategi kolaborasi dalam upaya pemenuhan standar layanan sebagai upaya peningkatan penemuan kasus baru TBC, di antaranya  perlunya penguatan mekanisme dan upaya rujukan pemerikasaan orang terduga TBC dengan kolaborasi komunitas dan fasilitas layanan kesehatan(faskes),  optimalisasi strategi komunikasi TBC melalui pengembangan media KIE dan peningkatan keterampilan komunikasi persuasif bagi SDMK dan kader komunitas. , serta adanya integrasi kolaborasi multipihak untuk SPM dan jejaring DPPM dalam kerangka kerja FMS dan perencanaan partisipatif untuk penganggaran SPM TBC.

Kasri berharap, usulan strategi kolaborasi tadi dapat membantu menyukseskan kegiatan eliminasi TBC di Sulawesi Selatan, khususnya di Kota Makassar.


Penulis : Kasri Riswadi

Editor: Winda Eka Pahla

Belasan Mahasiswa HI UIN Alauddin Lakukan KKL di Yamali TB Sulsel

Mahasiswa Prodi HI UIN Alauddin Makassar melakukan kuliah kerja lapangan di Yamali TB Sulsel selama sebulan

MAKASSAR– Sebanyak 17 mahasiswa Prodi Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melakukan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL) di Sub Recipient (SR) Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Sulsel. KKL ini akan berlangsung selama sebulan penuh atau 21 hari kerja terhitung sejak 18 Juli 2022.

Dosen pendamping Peserta KKL, Farahdiba Rahma Bachtiar menyatakan bahwa kehadiran mahasiswa untuk melakukan KKL di Yamali TB sudah memasuki tahun kedua, setelah setahun sebelumnya ada sebanyak 21 mahasiswa sukses melakukan KKL di tempat yang sama. “Keberadaan Yamali TB sebagai pengelola program TB Komunitas dengan dukungan dana Global Fund melalui Konsorsium Penabulu-STPI, menjadi alasan kami memilih Yamali sebgai tempat magang mahasiswa HI. Hasilnya dari mahasiswa sebelumnya cukup memuaskan dalam hal pengetahuan dan pengalaman cara kerja Yamali sebagai sebuah NGO,” tuturnya.

Dosen yang juga merupakan Sekretaris Prodi HI UIN Alauddin ini berharap agar mahasiswa yang sedang KKL di Yamali dapat mengikuti jejak para pendahulunya, yakni mendapatkan banyak pengetahuan serta pengalaman terkait cara kerja NGO sesuai disiplin ilmu yang ia pelajari di kampus selama ini.

Sementara itu, Koordinator Program dan MEL SR Yamali TB, Kasri Riswadi yang menerima mahasiswa menyatakan antusiasnya atas kepercayaan Prodi HI UIN Alauddin Makassar untuk KKL di tempatnya.

“Yamali TB mari anggap saja rumah bersama, karena kita selalu terbuka untuk siapa saja dan kegiatan apa saja guna mendukung upaya eliminasi TBC di Indonesia dan khususnya di Sulsel. Silahkan berkreasi dan berikan kontribusi dengan disiplin ilmunya, di Yamali TB kita bekerja untuk upaya penemuan kasus baru TBC, pendampingan serta pencegahan kasus. Untuk itu kita bergerak bersama kader komunitas, pasien supporter, manager kasus, dan tim pengelola program. Semuanya ini dapat Anda tempati belajar,” pungkasnya.

Dalam pelaksanaan KKL hariannya, mahasiswa KKL ini terbagi ke dalam dua kelompok, yang nantinya akan bekerja berselingan kerja office atau di kantor yamali TB dan terjung ke lapangan melakukan observasi aksi kader dan PS di masyarakat.