MAKASSAR– Hari Tuberkulosis (TBC) se-Dunia atau Word TB Day yang diperingati setiap tanggal 24 Maret, dijadikan momentum bagi Yayasan Masyrakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) untuk merefleksi gerak komunitasnya dalam upaya penaggulangan penyakit menular tersebut.
Ketua Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi menjelasakan bahwa peringatan TB Day ini selain merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak kesehatan, ekonomi dan sosial dari penyakit TBC, juga sekaligus menjadi pengingat bahwa penyakit yang telah ditemukan sejak tahun 1882 itu masih menjadi ancaman nyata di tengah kehidupan masyarakat.
“Jika kita bicara angka-angka, WHO merilis bahwa negara kita adalah negara dengan penyumbang kasus TBC nomor dua di dunia, dengan estimasi kasus TBC di Indonesia adalah 969.000 dengan kematian di angka 144.000 atau 16 orang meninggal setiap jamnya. Tentu ini buka sekadar angka-angka saja, namun persoalan besar yang perlu dientaskan,” terang Kasri, melalui keterangan tertulisnya, Jum’at (24/3/2023).
Kasri melanjutkan, bahwa untuk upaya mencapai eliminasi TBC sangat diperlukan keterlibatan lintas sektor dan berbagi peran satu sama lain, untuk upaya penjaringan dan penanganan kasus TBC, serta edukasi untuk pencegahan tuberkulosis baik dengan terapi maupun peingimplementasian pola hidup sehat dan bersih.
Ia menegaskan, bahwa salah satu yang sedang digiatkan saat ini adalah program pemberian TPT pada Balita. “Sebuah studi memperkirakan, 120 juta orang di Indonesia mempunyai TBC laten. Kondisi ini dapat diketahui dengan tes mantoux atau tes darah. Indonesia tidak akan berhasil mengatasi TBC jika tidak mengendalikan TBC laten. Saat ini sudah tersedia di Indonesia Terapi Pencegahan TBC (TPT) agar kondisi TBC laten tidak berkembang menjadi penyakit,”tuturnya.
Kasri menilai bahwa jiwa kerelawanan dan dedikasi kader TBC, pasien supporter dan manajer kasus dalam menemukan kasus, mendorong pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi kontak serumah dengan pasien TBC membawa optimisme bahwa Eliminasi TBC pada tahun 2030 bisa diwujudkan.
Secara terpisah, penanggungjawab program TBC Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Julia Junus, membukakan data terkait estimasi dan temuan kasus TBC di Sulsel melalui sistem informasi tubekulosis. “Untuk tahun 2022 lalu, kasus ditemukan itu 20. 388 kasus baik yang TB sensitif obat maupun TB resisten obat dari 24 kabupaten/kota. Bila dipresentase mencapai 65,79 persen dari target penanganan 30.985 kasus,” pungkasnya.
Julia Junus menjelasakan bahwa secara target masih jauh dari angka estimasi yang ada, karenya ia berharap kolaborasi dengan semua pihak untuk penanganan dan pencegahan TB dapat terus ditingkatkan.
Manager Program TB Komunitas Yamali TB, Wahriyadi, mengatakan bahwa peringatan hari TBC se-dunia akan menjadi momentum untuk penguatan dan konsolidasi dengan berbagai pihak dan sektor untuk sama-sama memikirkan pengentasan TBC khususnya di Sulsel.
“Masyarakat kita ajak untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan TB. Disamping itu, masyarakat juga bisa terlibat bila menemukan penderita TB yang ada di lingkungan masing-masing agar mau berobat ke Puskesmas terdekat, obatnya juga gratis. Termasuk mendorong anak balita kontak serumah pasien TBC agar diberikana TPT sebagai upaya pencegahan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, sejumlah rangkaian kegiatan dilakukan Yamali TB dalam peringatan TB day 2023, kegiatan itu meliputi seminar dan kampanye HTBS 2023, penyuluhan secara terpadu di 92 titik dengan rincian 1840 warga kota Makassar yang diedukasi dan sikrining pada tanggal 6-13 Maret 2023 lalu. Kemudian workshop dan konsolidasi kader komunitas yang dilaksanakan di Bone, Maros, Wajo, Pinrang, Sidrap, Makassar, Gowa, Bulukumba, dan Jeneponto. Selain yang telah dilaksanakan, juga diagendakan launching rumah singgah pasien TBC pada awal April dan implementasi pencegahan dan pengendalian inpeksi (PPI) TBC di kota Makassar.
Editor: Winda Eka Pahla