Perjuangan Ibu Siti Aminah dalam Mencari Suspek untuk Indonesia Bebas Tuberkulosis 2030

Siti Aminah, atau yang akrab dipanggil dengan nama Ibu Siti merupakan salah satu dari sekian kader Tuberkulosis (TBC) yang bekerja di Puskesmas Rangkah, Tambaksari, Surabaya. Pengabdiannya sebagai kader TBC dimulai pada tahun 2014 yang mana hal tersebut muncul dari keresahannya karena tidak ada yang  berminat untuk menjadi kader saat dilaksanakan pelatihan kader TBC di Puskesmas Rangkah. “Awalnya, saya berpikir jika nanti ada yg sakit TBC bagaimana untuk penanganannya. Akhirnya saya yang angkat tangan untuk ikut pelatihan TBC dulu dan pelatihan selama 2 minggu sampe kita faham mengenai TBC,” tutur Ibu Siti. 

Dalam kesehariannya, Ibu Siti mencari suspek dari pagi pukul 08.00 WIB hingga sore pukul 17.00 WIB, dari satu rumah ke rumah lainnya di wilayah kerjanya yang cukup luas.  Selain itu, Ibu Siti juga aktif mengadakan kegiatan penyuluhan di masyarakat seperti bergabung pada saat kegiatan PKK, pertemuan masyarakat, arisan dan lainnya. “Saat memberikan edukasi, saya selalu memberikan penekanan bahwa TBC itu penyakit yang menular. Saya juga memberikan pengertian bahwa TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan,” utas Ibu Siti.

Ibu Siti berkomitmen untuk membuat masyarakat mengerti pengertian dari penyakit TBC dengan gejalanya seperti batuk yang tidak kunjung reda, nafsu makan yang berkurang, serta keringat dingin di malam hari. “Saya khawatir dengan lansia yang rentan dengan penyakit TBC, terlebih orang dengan diabet juga rawan dengan TBC, sehingga saya gunakan sebaik mungkin program penyuluhan di PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI,” ucap Ibu Siti. Dalam alur pengambilan suspek, Ibu Siti mengambil dahak pasien dari rumah ke rumah yang kemudian dahaknya dibawa ke laboratorium Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan. Jika ada suspek yang positif, Ibu Siti langsung datang  ke rumah pasien untuk menyarankan pengobatan gratis sampai 6 bulan dan memberikan edukasi agar tidak mangkir  atau putus pengobatan TBC di tengah jalan.

Namun, pencarian suspek tidak semudah yang dilihat. Terkadang, penolakan demi penolakan dalam penjangkauan suspek kerap dialami oleh Ibu Siti di lingkungan masyarakat. Beliau juga mengatakan bahwa terkadang pasien yang ia temui kurang suportif. “Saya memiliki kesedihan tersendiri sih, seperti kadang kerap menemui pasien yang bandel,” ujar Ibu Siti. Semangat beliau untuk membantu masyarakat bebas TBC tidak pudar dan terus gencar untuk menjangkau masyarakat dan pasien TBC yang positif. 

Di sisi lain, kesedihan yang ia rasakan juga dapat beliau tutupi dengan banyaknya teman dan orang baru yang ia temui saat menjadi kader TBC. “Saya cukup senang bertemu dengan orang baru karena banyak sekali pelajaran yang saya peroleh dari mereka, banyak pengalaman dan ilmu baru,” tambah Ibu Siti. 

Daya juang Ibu Siti pun membuahkan hasil. Capaian Ibu sebagai kader Siti terus menerus konsisten dengan capaian yang cukup memuaskan. Di tengah lelahnya ia menjaga usahanya dalam membuka warung, beliau masih sempat untuk membantu menemukan pasien TBC. Ia juga berpesan kepada para kader lainnya untuk terus semangat demi menyehatkan masyarakat dengan tujuan sosial. Ia juga yakin bahwa jika kader akan aman dan  tidak akan tertular jika kita dapat selalu mematuhi peraturan dan protokol yang ditetapkan. 


Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Matras TB Dorong Eliminasi TB di Bangka Belitung

 

Bangka merupakan salah satu Kabupaten di Bangka Belitung yang memiliki tingkat terduga Tuberkulosis (TB) tertinggi dibanding Kabupaten lainnya, dengan tingkat capaian penemuan yang masih rendah. Selain itu, dari segi jarak dan luas wilayah, Kabupaten Bangka memiliki wilayah yang besar dibandingkan dengan wilayah Kabupaten lainnya, sehingga Kabupaten Bangka menjadi wilayah yang memerlukan perhatian khusus baik dari masyarakat maupun dari pemerintah daerah setempat terkait dengan penanganan TB.

Dalam hal ini peran dan koordinasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka sangat penting untuk menghimbau apa saja upaya-upaya dalam penanggulangan dan pemecahan dalam masalah ini. Selain Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka, Puskesmas yang ada di Kabupaten Bangka juga memiliki peran penting  seperti yang dilakukan oleh Puskesmas Sungailiat .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan dibuatnya suatu wadah untuk mencari dan menemukan pasien TB yang bernama “ Matras TB”.  Kata Matras diambil dari nama salah satu pantai / objek wisata di Kabupaten Bangka yang terkenal indahnya. Sehingga, ketika mendengar kata matras, diharapkan masyarakat awam dapat langsung merepresentatifkan Kabupaten Bangka sebagai daerah yang indah dan nyaman. 

Matras TB sudah diimplementasikan selama 6 tahun dengan pencetus pertama yaitu dari kepala Puskesmas Sungailiat yang pelaksanaan dan penggerakannya dilanjutkan oleh pengelola program TB yaitu Bapak Supriyadi atau yang akrab dipanggil dengan Pak Yusuf.

Bapak Yusuf ini adalah pengelola program TB yang sudah lama bekerja di Puskesmas Sungailiat. Ia mengatakan bahwa dengan adanya Matras TB membuat pekerjaan Pak Yusuf dalam mencari penemuan kasus di lapangan lebih terorganisir dan lebih mudah. 

Selama di Matras TB,  ada beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung eliminasi TB. “Kami menggerakkan masyarakat yang ada di wilayah Sungailiat untuk menjadi kader TB, yang mana kader ini mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menemukan kasus,” ucap Pak Yusuf.  Selain itu, terdapat juga beberapa kader yang juga merupakan ketua RT atau ketua lingkungan setempat, sehingga  mempermudah kegiatan penemuan kasus di tingkat wilayah dasar.  

Pak Yusuf menyampaikan bahwa melakukan kegiatan edukasi TB bukanlah hal yang mudah dilakukan. “Awalnya masih sulit menggerakan masyarakat yang masih minim informasi mengenai apa itu TB, tapi lama lama ada saja orang yang berminat untuk maju bersama dalam mengentaskan TB di masyarakat Sungailiat,” tutur beliau. 

Setelah mendapatkan masa yang mempunyai tujuan bersama, Pak Yusuf selalu aktif memberikan motivasi kepada kader untuk menjadikan semangat sebagai sebuah kunci. “Ada 30an orang kader yang tercatat di dalam Matras TB ,sehingga terbayang wilayah yang sangat luas dan orang yang banyak mampu di koordinir oleh 1 orang pengelola program,” tandas beliau.  

Sejak adanya kader-kader dari Matras TB, jumlah penemuan pasien TB di Puskesmas Sungailiat mulai meningkat dan terdapat strategi serta acuan yang jelas kedepannya, sehingga kader akan lebih mudah melakukan kegiatan dalam penemuan kasus TB di wilayah  Sungailiat. Selain itu, daya juang para kader juga tercipta dengan adanya koordinasi tim yang baik antara puskesmas dengan para kader. 

“Semua ini tercipta karena koordinasi yang apik baik antara pengelola, perawat, dokter serta para aktivis TBC di lapangan. Adanya Matras TB membuat capaian penjangkauan kasus TB di Puskesmas Sungailiat menjadi yang tertinggi di Provinsi Bangka Belitung,” tambah Pak Yusuf.  

Dari kisah yang sudah dibagikan, Pak Yusuf berharap bahwa setiap daerah di Bangka Belitung dapat menciptakan kinerja yang solid dalam menghentikan laju pertumbuhan kasus TBC di Bangka Belitung. Beliau yakin di setiap hal sulit yang dijalani kedepannya akan menjadi mudah jika kita semua bersedia memahami dan ikhlas mengerjakannya. 

 


Cerita ini dikembangkan dari SR Bangka Belitung

Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

 

Pengelolaan Shelter Sebagai Penguatan Eliminasi TBC di Lampung

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Terlebih, saat ini Indonesia menjadi negara yang berada pada nomor urut tiga penderita TBC terbanyak di dunia. Laporan WHO juga memperkirakan angka kematian tuberkulosis di Indonesia yaitu sekitar 35 per 100.000 penduduk atau terdapat sekitar 93.000 orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2018 (NSP, 2020 – 2024). Hal tersebut membuat kita harus bergerak cepat dalam melakukan eliminasi TBC untuk meminimalisir terjadinya penularan TBC di masyarakat.

Selain itu, data tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 51,2% (4.704 dari 9.180 kasus) pasien TBC MDR (Multi Drug Resistant) atau yang bisa juga disebut dengan TBC RO (Resisten Obat) yang didiagnosis tidak memulai pengobatan karena kurangnya akses diagnosis yang berkualitas dan pengobatan yang berpusat pada pasien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam Strategi Nasional TB 2020-2024 pada strategi 2 tercantum bahwa diperlukannya peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu yang berpihak pada pasien.

Salah satu operasionalisasi dalam memastikan layanan tuberkulosis yang berpihak pada pasien dan memberikan solusi pada rintangan yang dialami pasien adalah dengan menyediakan tempat singgah sementara (shelter) bagi pasien MDR TB. Saat ini, PR Konsorsium Penabulu-STPI memiliki 14 shelter yang tersebar di wilayah intervensi daerah PR Konsorsium Penabulu-STPI yang mana salah satunya berada di provinsi Lampung.

Shelter di Lampung diperuntukkan sebagai rumah singgah, transit minum obat pasien, juga sebagai rumah edukasi bagi pasien dan keluarga yang membutuhkan pendampingan serta motivasi dari Manajer Kasus (MK) dan Pasien Suporter (PS) dalam proses pengobatan untuk kesembuhan pasien TBC MDR. Selain itu, shelter juga diperuntukkan sebagai tempat kegiatan untuk MK & PS yang digabungkan dengan kantor Sekretariat KOMPPI LAMPUNG (Komunitas Masyarakat Peduli Penyakit Infeksi) serta Kantor OMP BADAK (Basmi dan Akhiri) TBC Lampung.

Irma Syafitri, salah satu MK SR Lampung menjelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria pasien yang diperkenankan untuk tinggal di shelter tersebut seperti para pasien pasca suntik dari RS PMDT yang akan singgah untuk istirahat karena ESO (Efek Samping Obat) dan setelah ESO mereda pasien akan pulang ke rumahnya masing-masing; selanjutnya adalah pasien dari luar kota Bandar Lampung yang akan menginap atau transit sebelum dan sesudah ke RS PMDT dikarenakan akses transportasi yang sulit; kemudian yang terakhir adalah para pasien yang diberikan edukasi dan pendampingan bersama PS/MK dengan menerapkan protokol kesehatan dan kepatuhan pengobatan serta menghilangkan/mengurangi traumatik dampak Covid-19.

“Di shelter, kami memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien dan keluarga tentang TB MDR, pengobatannya, efek samping obatnya, pencegahan, penularan hingga pendampingan yang dibutuhkan pasien saat harus konsultasi ke Ahli Jiwa/Psikiater pada malam hari,” tutur Irma. 

“Pelayanan makan dan minum pasien juga kami berikan 2 x 24 jam selama pasien dan keluarganya menginap di shelter yang mana dana untuk itu kami ambil dari uang Iuran MK/PS.  Di masa pandemic, shelter juga pernah digunakan sebagai tempat ambil obat pasien saat Kondisi buruk Pandemi Covid 19, selama 10 hari, dimana saat itu RS Full Bed dipenuhi pasien Covid 19,” tambah Irma terkait dengan pelayanan di shelter. 

Beberapa kegiatan lainnya yang juga dilakukan di shelter adalah FGD dengan pasien dan keluarga, Posyandu Lansia bekerjasama dengan Pemerintahan Kelurahan, pengajian bersama lingkungan dan Majlis Masjid sekitar Shelter, dan tempat melakukan vaksinasi, bekerjasama dengan Puskesmas dan POLRES/POLSEK.

Dalam proses kerjanya, 1 MK bertanggung jawab untuk bertugas di shelter secara bergiliran setiap harinya sesuai dengan jadwal piket yang telah ditentukan. Selain PS dan MK, beberapa kader juga turut bekerjasama dengan MK/PS melakukan CASE FINDING TB RO, ataupun berkunjung untuk berkonsultasi menangani permasalahan yang timbul saat pendampingan pasien TBC RO maupun SO.

 Selain melakukan pendampingan, para PS dan MK juga mengadakan kegiatan sell out yang kegiatannya dilakukan di shelter sebagai Basis Stock. 

“Iya mba di masa pandemi kami membantu pasien yang memiliki usaha jual buah segar yang dikemas kemudian dibawa ke shelter dan kami jualkan langsung, maupun melalui WA Group “Pejuang Siger”. Usaha yang lain seperti minuman kemasan GURENJA (Gula Aren Jahe), usaha konektor hijab juga kami bantu pasarkan dengan cara dibeli sendiri ataupun promosi melalui WA Group”Pejuang Siger.” Pejuang Siger adalah group yang beranggotakan mantan pasien, pasien yang masih berobat, tenaga kesehatan, Kader, MK dan PS Mba,” tutur Irma Syafitri.

Dalam membantu pasien, Irma mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah bentuk rasa kepedulian untuk melindungi dan membantu pasien hingga sembuh. “Seyogyanya kami memberikan optimalisasi pelayanan kepada pasien dan juga masyarakat sekitar shelter untuk memberi rasa nyaman bagi yang membutuhkan dengan keberadaan,” ucap Irma. Bagi Irma, Shelter adalah Rumah Asa dimana bisa digambarkan secara umum mereka yang sudah mendapatkan pelayanan di shelter akan merasa senang.

Peringati Hari Tuberkulosis Sedunia Komunitas Eliminasi TBC Kabupaten Serang Mengadakan Penyuluhan Kepada Masyarakat Desa Sanding

Perkasanews.com, Serang – Diketahui bahwa Komunitas Eliminasi TBC, adalah tim koordinasi antara pemerintah baik Kabupaten, Kecamatan, Desa dan semua elemen masyarakat, untuk penanganan, pencegahan, dan pengobatan TBC, acara penyuluhan bertempat di Aula Kantor Desa Sanding Kecamatan Petir, Kabupaten Serang. Sabtu 26/03/2022

Dalam acara tersbut di hadiri Kepala Desa Sanding, Kader, warga masyarakat Desa Sanding, pemerintah Kecamatan Petir yang di wakil, Kepala Puskesmas Kecamatan Petir, dan penanggung jawab Tuberkulosis.

Selaku ketua koordinator Eliminasi TBC Sidik menjelaskan kami dari koordinator akan bergerak menggandeng semua pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Serang untuk melakukan penyuluhan.

“Dalam hal ini Alhamdulillah untuk pertama kali kita adakan penyuluhan warga masyarakat di Desa Sanding Kecamatan Petir, dan mudah-mudahan untuk selanjutnya kita bisa merembukan dengan pemerintah Desa untuk mengembangkan penyuluhan terkait bahaya dan penanganan penyakit TBC sesuai dengan peraturan presiden nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkorosis”, jelasnya sabtu 26/03/22

Rosid Kepala Desa Sanding dalam sambutanya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam giat ini, dan kami dari Pemerintah Desa Sanding sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang terlibat.

“Mudah-mudahan dengan adanya program ini mendukung warga masyarakat Desa Sanding khususnya untuk lebih sadar akan menjaga kesehatan dan menjadi program edukasi hidup bersih dan sehat” ucapnya sabtu 26/03/22

Selain itu Agus Kusuma, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Petir dalam sambutanya menjelaskan TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan penyakit paru-paru akibat kuman (Mycobacterium tuberculosis), penyakit ini pun termasuk penyakit ke 7 berbahaya di Dunia, dengan gejala berupa batuk yang berlangsung selama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak dan terkadang mengeluarkan darah,

“Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti, demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada dan berkeringat di malam hari”

“Satu orang dalam keluarga yang positif TB maka dalam satu keluarga kemungkinan besar akan tertular, karena penyakit TBC gampang sekali menular, melalui kontak secara langsung dengan orang yang positif TBC, dan percikan pernapasan. Penyakit TBC ini bisa disembuhkan dengan catatan rutin berobat selama enam bulan dan menjaga kesehatan” jelasnya. Sabtu 26/03/22

Red:P03/Idris

Peringati Hari Tuberkulosis Sedunia Komunitas Eliminasi TBC Kabupaten Serang Adakan Penyuluhan

Perkaranusantara.net, Serang Diketahui bahwa Komunitas Eliminasi TBC, adalah tim koordinasi antara pemerintah baik Kabupaten, Kecamatan, Desa dan semua elemen masyarakat, untuk penanganan, pencegahan, dan pengobatan TBC, acara penyuluhan bertempat di Aula Kantor Desa Sanding Kecamatan Petir, Kabupaten Serang Banten. Sabtu 26/03/2022

Dalam acara tersbut di hadiri Kepala Desa Sanding, Kader, warga masyarakat Desa Sanding, pemerintah Kecamatan Petir yang di wakil, Kepala Puskesmas Kecamatan Petir, dan penanggung jawab Tuberkulosis.

Selaku ketua koordinator Eliminasi TBC Sidik menjelaskan kami dari koordinator akan bergerak menggandeng semua pemerintah Desa yang ada di Kabupaten Serang untuk melakukan penyuluhan.

“Dalam hal ini Alhamdulillah untuk pertama kali kita adakan penyuluhan warga masyarakat di Desa Sanding Kecamatan Petir, dan mudah-mudahan untuk selanjutnya kita bisa merembukan dengan pemerintah Desa untuk mengembangkan penyuluhan terkait bahaya dan penanganan penyakit TBC sesuai dengan peraturan presiden nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan tuberkorosis”, jelasnya sabtu 26/03/22

Rosid Kepala Desa Sanding dalam sambutanya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam giat ini, dan kami dari Pemerintah Desa Sanding sangat mengapresiasi kepada semua pihak yang terlibat.

“Mudah-mudahan dengan adanya program ini mendukung warga masyarakat Desa Sanding khususnya untuk lebih sadar akan menjaga kesehatan dan menjadi program edukasi hidup bersih dan sehat” ucapnya

Selain itu Agus Kusuma, selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Petir dalam sambutanya menjelaskan TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan penyakit paru-paru akibat kuman (Mycobacterium tuberculosis), penyakit ini pun termasuk penyakit ke 7 berbahaya di Dunia, dengan gejala berupa batuk yang berlangsung selama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak dan terkadang mengeluarkan darah,

“Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama, penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti, demam, lemas, berat badan turun, tidak nafsu makan, nyeri dada dan berkeringat di malam hari”

“Satu orang dalam keluarga yang positif TB maka dalam satu keluarga kemungkinan besar akan tertular, karena penyakit TBC gampang sekali menular, melalui kontak secara langsung dengan orang yang positif TBC, dan percikan pernapasan. Penyakit TBC ini bisa disembuhkan dengan catatan rutin berobat selama enam bulan dan menjaga kesehatan” tutupnya

Reporter : Idrus.           Editor : Akmal

Pentingnya Peranan Masyarakat Untuk Bebas TBC Di Kecamatan Bojonegara

Peringatan TBC Sedunia, Puskesmas Bojonegara mengadakan acara TBC Selamatkan Bangsa, Putri Banyuwangi kiri, Siti Novianti memberikan pemaparan tentang gejala, penularan, pengobatan dan pemutusan rantai penyebaran TBC di Kecamatan bojonegara, dan Sulasmi Moderator kanan. Kamis, 24 Maret 2022. Sobirin/Bantenaktual.com

Cilegon, Bantenaktual.com — TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TBC adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah.

Memperingati hari TBC sedunia Puskesmas Bojonegara mengadakan acara dengan tagline investasi untuk elemenasi TBC selamatkan bangsa di Puskesmas Bojonegara. Kamis, 24 Maret 2022.

Pada acara tersebut Siti Novianti Dokter Umum Puskesmas Bojonegara memberikan pemaparan tentang gejala, penularan, pengobatan dan pemutusan rantai penyebaran TBC di Kecamatan bojonegara.

“Ciri- ciri TBC itu seperti suara serak, sakit tenggorokan, sesak napas, nyeri ulu hati, rasa asam di mulut, pilek atau hidung tersumbat, dan terasa ada lendir menetes di belakang hidung ke tenggorokan,” terangnya.

Lanjut Siti, secara data Indonesia menduduki peringkat ke 2 didunia setelah India, dan Kecamatan Bojonegara ada di peringkat 10 besar dengan tingkat kasus TBC tertinggi di Kabupaten Serang.

“Penularan TBC itu Saat penderita TBC batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak, TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat tangan) atau menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TBC. Selain itu, berbagi makanan atau minuman dengan penderita TBC juga tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.” jelasnya.

Lebih lanjut siti mengungkapkan, tahapan pengobatan TBC yaitu tahap awal (Intensif) berlangsung sejak memulai pengobatan hingga 2 bulan, dimana pasien TBC diwajibkan meminum obat setiap hari dan tahap lanjutan sejak bulan ke 2 hingga bulan ke 6 atau lebih. Pada tahap ini, pasien hanya diwajibkan meminum obat 3x seminggu.

“Kami berharap kepada masyarakat Bojonegara jangan takut untuk memeriksakan kesehatannya terhadap rasa sakit yang dirasakan di Puskesmas Bojonegara,” harapnya.

Putri Banyuwangi kader TBC Kecamatan Bojonegara yang tergabung juga di Konsorsium Komunitas Penabulu STPI Kabupaten Serang mengatakan dalam upaya melakukan Eliminasi TBC di Kabupaten serang umumnya, khususnya di wilayah tempat tinggal dan lingkungan sekitar kader Puskemas Bojonegara. untuk saat ini jumlah Indeks Kasus (Pasien) TBC sebanyak 56 orang di Kecamatan Bojonegara, sedangkan pasien di tahun 2021 berjumlah 93 orang.

“Kita berharap kedepan Eliminasi TBC ini bisa dilakukan secara bersama-sama dengan pemerintahan yang ada di Kecamatan Bojonegara terutama pemerintahan Desa sebagai implementasi dari Perpres (Peraturan Presiden) No.67 Tahhn 2021 tentang Penanggulangan Tuberkolusis yang strategi pelaksanaannya berbasis kewilayahan,” harap Putri. (Sobirin/Red)

Perdhaki TBC Kab. Sumba Barat Daya Bersama KAREKA Sumba Salurkan Paket Sembako kepada Pasien TBC

Liputan6.com, Jakarta – Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di dunia. Dibutuhkan kerja lintas sektor untuk bergerak bersama dalam mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.

Dalam rangka memperingati HTBS (Hari Tuberkulosis Sedunia), SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya menggandeng Komunitas Relawan Kemanusiaan atau yang biasa disingkat dengan sebutan KAREKA SUMBA, adalah komunitas sosial berbasis kerja relawan yang berada di pulau sumba, tepatnya di Waitabula, Sumba Barat Daya – NTT.

Komunitas ini berfokus pada isu literasi, sosial, kesehatan dan Pendidikan. Sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial di pulau sumba dengan berkolaborasi dengan beberapa pihak, baik perorangan, kelompok, Lembaga dan perusahan. Komunitas ini berdiri sejak 14 oktober 2014.

Tema Hari TB Sedunia 2022 adalah “Invest to End TB. Save Lives” atau “Investasi untuk menghentikan TB. Menyelamatkan nyawa”. Tema ini memberikan pesan kepada kita untuk menginvestasikan sumber daya meningkatkan perjuangan melawan TB dan mencapai komitmen untuk mengakhiri TB yang dibuat oleh para pemimpin global.

Dengan semangat yang sama dan kerja kolaborasi KAREKA Sumba bersama SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya Menggalang Open Donasi selama bulan Maret 2022 dan terkumpul Dana sebesar Rp. 15.500.000,-. Dengan dana yang terkumpul ini dilakukan pengadaan Telur 130 Rak dan Beras 5 Kg sebanyak 130 Karung.

Telur dan beras ini menjadi paket yang didistribusikan ke 9 Puskesmas di Kabupaten Sumba Barat Daya Wilayah dampingan SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya dibantu oleh Pengelola TBC Masing-masing Puskesmas dan Kader TBC Perdhaki.

Paket ini dibagikan dalam dua hari yakni Rabu, 23 Maret 2022 kepada pasien di wilayah Puskesmas Waimangura, Weekombak, Tenggaba, Elopada dan Palla. Sedangkan pada Kamis, 24 Maret 2022 Paket disalurkan untuk pasien di wilayah Puskesmas Watukawula, Kori, Kawango Hari dan Bondo Kodi.

Ronald Asto Perwakilan dari SSR PERDHAKI Program TBC Kab. Sumba Barat Daya mengatakan: “Terima kasih kami untuk pihak Komunitas KAREKA Sumba yang sudah berkenan untuk berkolaborasi dan menggalang dana sehingga bisa terkumpul sejumlah Rp. 15.500.000,-. Dari dana tersebut yang digunakan untuk pengadaan sembako lalu disalurkan kepada pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing sudah mendukung kegiatan ini, terkhususnya para penyumbang donasi yang mendukung kegiatan ini.”

“Semoga kerja sama baik ini bisa terus dilanjutkan dan kerja kolaborasi ini sebagai wujud kepedulian bersama semua elemen  terhadap masalah  TBC di Kab. Sumba Barat Daya,” tambahnya.

Benya Manulena, Selaku Sekretaris komunitas KAREKA Sumba, menyampaikan rasa bangga dan apresiasi yang tinggi karena bisa berkolaborasi dengan PERDHAKI.

“Harapan kami, paket ini bisa memberikan manfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan, dan bisa membantu mereka dari segi gizi dan nutrisi. Semoga ke depan bisa terus kerja sama untuk Sumba yang lebih baik.”

Hal senada juga disampaikan oleh Yustina Dendo, Selaku Wasor TBC Kab. Sumba Barat Daya. “Kami berterima kasih atas kerja sama ini, paket ini sangat bermanfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC di wilayah dampingan Perdhaki TBC. Semoga kegiatan-kegiatan begini terus diadakan setiap tahun.”

Terpantau pendistribusian paket ini, dipimpin langsung oleh bung Irwan Api, Andrys Rina, Rafael, Rifal dan Ades.

Peringatan Hari TBC Sedunia, Peran Kader Dalam Pencegahan Ditingkatkan

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG – Keterlibatan SSR Pelkesi Bitung dalam memperingatan hari Tuberkulosis (TBC) sedunia tahun 2022 di Kota Bitung, Rabu (24 Maret 2022).

Digelar di pusat Kota (depan Gereja Sentrum Bitung), peringatan hari TBC di lakukan dengan rangkaian kegiatan seperti pembagian leaflet edukasi tentang informasi TBC, hak dan kewajiban pasien TBC, pembagian masker kepada pengguna jalan raya, dan penghargaan bagi kader TB dan pihak-pihak yang telah mendukung penanganan TBC.

Peringatan tahun ini mengambil tema “investasi untuk eliminasi TBC, selamatkan bangsa”.

Jessica Sumajow selaku koordinator Program TBC SSR Pelkesi Bitung mengatakan, TBC merupakan masalah Kesehatan global dan salah satu penyebab utama kematian global termasuk di Indonesia.

Notifikasi kasus TBC di Indonesia masih rendah yakni 47 persen dari target yang diharapkan yaitu 85 persen.

Artinya, masih terdapat kasus TBC yang belum ternotifikasi baik itu yang belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun belum terlaporkan.

Tahun 2021 kasus TBC di Kota Bitung sebanyak 591 kasus Yang ditemukan, Sementara itu target kasus TBC yang harus ditemukan sebanyak 832 kasus. Jadi persentase temuan TBC di Bitung sekitar 71%.

Menurut Jessica Sumajow, diperlukan kerjasama lintas program, lintas sektoral, baik dari unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam upaya peningkatan penemuan kasus tuberkulosis.

Maka dari itu dirinya mendukung kegiatan peringatan hari TBC yang diselenggaran SSR Pelkesi Bitung Bersama instansi Dinas Kesehatan Kota Bitung sebagai upaya menjalin silaturahmi unsur terkait dalam pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Bitung.

Tak lupa, ia menyampaikan apresiasi kepada para Kader TB yang perannya terus ditingkatkan untuk menanggulangi TBC.

Selaku Koordinator Program TBC saya sangat berterima kasih atas peran para kader TBC yang didukung dengan keterlibatan Dinas Kesehatan Kota Bitung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di Kota Bitung ini.

Treisje Wowor, selaku Wasor TBC Kota Bitung mengatakan bahwa dalam peringatan Hari TBC sedunia digunakan sebagai momen meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap TBC.

Para kader dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam penanganan TBC didorong untuk meningkatkan skrining serta menyampaikan edukasi tentang TBC kepada masyarakat.

SSR Pelkesi Kota Bitung adalah sebuah wadah/Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di Bidang Kesehatan khususnya dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Bitung. LSM ini dibentuk sejak tahun 2017-sampai sekarang.

Total Kader yang telah dibekali pelatihan tentang TBC sebanyak 71 orang yang diambil dari wilayah kerja 8 kecamatan dan 9 puskesmas.

Kader TBC ini diberikan pelatihan terkait alur untuk melaksanakan skrining, penyuluhan, bahkan investigasi kontak di rumah pasien dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien, maupun Kawasan kupat-kumis (Kawasan kumuh padat dan kumuh miskin).

 

 

 

SSR Pelkesi Manado Peringati Hari TBC se-Dunia, Gelar Aksi Tingkatkan Kesadaran Warga

SSR Pelkesi Manado bekerjasama dengan PR Konsorsium Penabulu-STPI memperingatan Hari Tuberkulosis (TBC) se-dunia 2022 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Rabu (24/3/2022).

MANADOPOST.ID – SSR Pelkesi Manado bekerjasama dengan PR Konsorsium Penabulu-STPI memperingatan Hari Tuberkulosis (TBC) se-dunia 2022 di Taman Kesatuan Bangsa (TKB), Kota Manado, Rabu (24/3/2022).

Peringatan hari TBC ini dilakukan dengan rangkaian kegiatan seperti pembagian leaflet edukasi tentang informasi TBC, etika batuk, pembagian masker kepada pengguna jalan raya.

Peringatan tahun ini mengambil tema “Investasi untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Bangsa”.

Dr. dr. Christian Lombogia, MARS selaku Koordinator Program TBC SSR Pelkesi Manado mengatakan, TBC merupakan masalah kesehatan global dan salah satu penyebab utama kematian global termasuk di Indonesia.

“Notifikasi kasus TBC di Indonesia masih rendah yakni 47% dari target yang diharapkan yaitu 85. Artinya, masih terdapat kasus TBC yang belum ternotifikasi baik itu yang belum terjangkau, belum terdeteksi, maupun belum terlaporkan,” ujarnya.

Tahun 2021 kasus TBC di Kota Manado sebanyak 1.760 kasus yang ditemukan, Sementara itu target kasus TBC yang harus ditemukan sebanyak 1.875 kasus.

“Selaku Koordinator Program TBC saya sangat berterima kasih atas peran para kader TBC yang didukung dengan keterlibatan Dinas Kesehatan Kota Manado dalam upaya pencegahan dan penanggulangan TBC di Kota Manado ini,” katanya.

Menurut dr. Nova Wulur, SpOG(K) selaku Ketua Pelkesi Wilayah IV, diperlukan kerjasama lintas program, sektoral, baik dari unsur pemerintah, swasta dan masyarakat dalam upaya peningkatan penemuan kasus tuberkulosis. Maka dari itu dirinya mendukung kegiatan peringatan hari TBC yang diselenggaran SSR Pelkesi Manado bersama instansi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Kota Manado yang juga dihadiri petugas TB Puskesmas wilayah Kota Manado.

“Hal itu sebagai upaya menjalin silaturahmi unsur terkait dalam pencegahan dan pengendalian TBC di Kota Manado. Tak lupa, saya menyampaikan apresiasi kepada para Kader TB yang perannya terus ditingkatkan untuk menanggulangi TBC,” jelasnya.

Diketahui, SSR Pelkesi Kota Manado adalah sebuah wadah yang bergerak di Bidang Kesehatan khususnya dalam upaya penanggulangan TBC di Kota Manado. Organisasi ini dibentuk sejak tahun 2016-sampai sekarang. Total Kader yang telah dibekali pelatihan tentang TBC sebanyak 122 orang yang diambil dari wilayah kerja 11 kecamatan dan 16 puskesmas. Kader TBC ini diberikan pelatihan terkait alur untuk melaksanakan skrining, penyuluhan, bahkan investigasi kontak di rumah pasien dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien terutama di lokasi kumuh padat yang menjadi daerah kantung TB. (manadopost)

Kurangi Penderita Pasiesn Tuberkulosis, BAZNAS Dukung Kampanye Penggalangan Dana

Jakarta (Bisnis Syariah) – Penderitaan pasien tuberkulosis juga menjadi perhatian lembaga zakat negara, BAZNAS. Oleh sebab itu, dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI (PB-STPI) berkolaborasi meluncurkan Gerakan Kampanye dan Galang Dana 24/3 untuk pasien tuberkulosis (TBC).

Setiap tahunnya HTBS diperingati pada 24 Maret, yang mana tahun 2022 bertema “invest to End TB, Save Lives”. Konsorsium PB-STPI memaknai tema tersebut dengan mengupayakan dukungan finansial melalui kolaborasi penggalangan dana untuk pasien TBC bersama BAZNAS.

Berlokasi di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, peluncuran galang dana diisi dengan webinar bertema “Investasi Filantropi dalam Eliminasi Tuberkulosis; Bumi Kita, Sehat Bersama, Bebas dari TBC”. Kegiatan dibuka oleh Pimpinan BAZNAS, Direktur Utama RSIJ dan Authorized Signatories PB-STPI. RSIJ sebagai RS swasta pertama di Jakarta yang merintis layanan TBC sangat mengapresiasi upaya kolaborasi BAZNAS dan PB-STPI.

“Masalah kesehatan saling berkelindan, khususnya berkaitan dengan masalah sosial dan ekonomi. Sangat mengapresiasi terlibatnya BAZNAS.Jika kita bisa melakukan upaya secara kolektif, maka akan semakin kuat dalam menanggulangi TBC.” ujar dr Pradono selaku Dirut RSIJ CP dalam siaran pers yang diterima redaksi beberapa waktu lalu. (jajang/rls)