Country Team The Global Fund Menilik Implementasi Program TBC di Indonesia

The Global Fund adalah sebuah mekanisme yang dibentuk oleh PBB untuk menghimpun dana bantuan global dengan tujuan memerangi tiga penyakit yaitu AIDS, TBC dan Malaria. Sejak tahun 2003 hingga 2023, Indonesia mendapat alokasi hibah The Global Fund sebesar USD 1,45 Miliar (Rp 20,89 Triliun) yang diberikan kepada Principal Recipient (PR) yaitu Kementerian Kesehatan dan komunitas. Hingga saat ini investasi The Global Fund untuk Indonesia merupakan yang terbesar ke-2 di Asia setelah India. 

Foto bersama tim The Global Fund dengan kader komunitas

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI merupakan salah satu penerima hibah dari The Global Fund dengan fokus untuk eliminasi TBC. Program yang dilaksanakan selama tiga tahun ini menjadikan komunitas harus bekerja keras di 30 provinsi wilayah intervensi untuk meningkatkan literasi masyarakat terkait TBC dan memastikan bahwa pasien yang sakit TBC dapat dirujuk dan diobati sampai sembuh.

Sehingga, untuk menilik lebih jauh tentang implementasi pelaksanaan program eliminasi TBC, dua supervisor dari The Global Fund yaitu Thuy-Co Caroline Hoang dengan Bryce Cleborne mengunjungi beberapa fasyankes di Indonesia selama dua hari pada tanggal 27-28  Mei 2023.

Tim The Global Fund melihat proses dampingan untuk pasien TBC di Klinik Asisi

Di hari pertama, Thuy-Co dan Bryce mengunjungi Klinik Asisi di Tebet, Jakarta Selatan didampingi beberapa tim dari CCM Indonesia, Kementerian Kesehatan, USAID Star dan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI. Kegiatan kunjungan diawali dengan melihat kondisi dari ruang dan alur pemeriksaan yang diterapkan di Klinik Asisi. Ibu Wiwin sebagai salah satu penanggung jawab dari program TBC di Klinik tersebut pun menjelaskan secara detail proses pemeriksaan pasien TBC, stok obat, fasilitas laboratorium dan unsur terkait TBC lainnya. Perlu diketahui bahwa Klinik Asisi merupakan salah satu klinik swasta yang telah ber-MoU untuk kerjasama dalam penemuan terduga dan penatalaksanaan kasus TBC. Setelah menilik alur pemeriksaan beserta dengan fasilitasnya, tim The Global Fund menuju ke aula untuk mendengarkan bagaimana proses eliminasi TBC di Klinik Asisi berjalan. Sesi presentasi dimulai dari Ibu Wiwin yang menyampaikan progress capaian dan bentuk kerjasama yang dijalankan selama ini bersama dengan fasyankes lainnya di wilayah tersebut. Kemudian, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Ibu Halimah, sebagai wakil dari kader komunitas pun berkesempatan untuk menyampaikan alur investigasi kontak di wilayahnya serta beberapa isu dilapangan baik dari segi hambatan, capaian, serta penerimaan masyarakat terhadap peran kader itu sendiri. 

Pasien TBC RO mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan tim dari The Global Fund
Pemeriksaan stok obat untuk pasien TBC di RSIJ Cempaka Putih

Melanjutkan kegiatan di hari kedua, tim The Global Fund melakukan kunjungan menuju ke Puskesmas Sawah Besar dan Rumah Sakit Islam Jakarta, Jakarta Pusat. Di kedua fasyankes tersebut, tim  The Global Fund diajak untuk melihat laboratorium, poli TBC, stok obat, dan fasilitas lainnya untuk pasien TBC. Selain itu, tim The Global Fund juga berkesempatan untuk berbincang dengan salah satu pasien TBC RO di masing-masing fasyankes. Dengan kesempatan itu, pasien diberikan ruang untuk menyampaikan bagaimana proses pengobatan yang dilakukannya selama ini, progress penyembuhan, dampingan dari komunitas, dan bantuan-bantuan yang diterima baik dari Puskesmas/Rumah Sakit maupun komunitas selama ini.

Ibu Ambar (kader komunitas) menceritakan implementasi eliminasi TBC di lapangan

Selanjutnya, di kedua fasyankes tersebut juga terdapat sesi diskusi, yang mana masing-masing fasyankes menyampaikan progress capaian, implementasi serta kerjasama yang dijalin terutama perihal dengan data indeks. Di kedua sesi tersebut, komunitas khususnya Ibu Ambar sebagai salah satu wakil dari kader komunitas mengucapkan terima kasih kepada The Global Fund atas bantuan yang diberikan. Ibu Ambar sebagai kader sangat senang karena bisa membantu pasien hingga sembuh. 

Foto bersama dengan seluruh stakeholder di Puskesmas Sawah Besar

Dengan kunjungan tersebut, besar harapan bahwa The Global Fund dapat menampung semua informasi dan aspirasi sebagai salah satu referensi dalam keputusan pembuatan kebijakan nantinya. Komunitas juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh stakeholder terkait atas bantuan dan kerjasama yang dijalin selama ini sehingga dapat mengoptimalkan proses eliminasi TBC yang dijalankan.

 

Jambore Kader DIY 2023 Untuk Semangat 90%

Gunungkidul, 6 Mei 2023 – Hari ini seluruh Tim Kerja TBC Komunitas Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu SR TBC Siklus Indonesia, SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul-Sleman, SSR PKBI Kota Yogyakarta serta Implementing Unit Kulon Progo dan Gunungkidul menyelenggarakan kegiatan Jambore Kader DIY 2023.

Kegiatan dilaksanakan di Pantai Sundak dengan total peserta 291 orang yang terdiri dari semua tim kerja TBC Komunitas termasuk Pasien Supporter TBC RO dan Kader TBC se-DIY.

Kegiatan juga dihadiri oleh Pengelola Program TBC DIY Bapak Suharna SKM, MPH yang turut memberikan motivasi untuk kader se-DIY. Perwakilan Dinas Kesehatan Kulon Progo dan Gunungkidul juga hadir.

Kegiatan Jambore Kader DIY dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kapasitas kader, peningkatan motivasi kader dan peningkatan kerjasama internal tim SSR/IU, MK PPM/DPPM/RO, Koordinator kader dan kader. Kerjasama internal tim yang solid akan meningkatkan kebersamaan untuk perubahan yang lebih baik.

Tema yang diambil adalah Together for a better change bersama melompat lebih tinggi dengan semangat 90% dalam meningkatkan capaian Investigasi Kontak, penemuan kasus TBC baru, pemberian Terapi Pencegahan TBC [TPT] serta meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien TBC RO.

Sebagai motivasi untuk seluruh kader dalam Jambore kali ini juga diberikan Award untuk 5 orang Kader dari masing-masing Kabupaten/Kota yaitu:
1. Ibu Dwi Rahayu SSR Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Sleman
2. Ibu Ngatijah SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul
3. Ibu Dewi Handayani Implementing Unit Gunungkidul
4. Ibu Ellyzia Noor SSR PKBI Kota Yogyakarta
5. Ibu Purwanti Implementing Unit Kulon Progo

Harapannya pasca Jambore terjadi peningkatan kontribusi kader dan Tim Kerja TBC Komunitas yang signifikan dalam pencapaian target program untuk mewujudkan Eliminasi TBC di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ayo Bersama Akhiri TBC, Daerah Istimewa Yogyakarta Bisa!

 

Potret Tulus Kader TBC Komunitas Melakukan Kunjungan dari Rumah ke Rumah

Saat ini, Indonesia berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China. Tentunya, situasi ini menjadi hambatan besar untuk merealisasikan target eliminasi TBC di tahun 2030. Pentingnya TBC untuk dieliminasi dikarenakan TBC merupakan penyakit yang dapat menular dengan mudah melalui udara yang berpotensi menyebar di lingkungan keluarga, tempat kerja, sekolah, dan tempat umum lainnya. Ditambah lagi, arus globalisasi, transportasi, dan migrasi penduduk antar negara membuat TBC menjadi ancaman serius. Selain pengobatan TBC tidak mudah dan sebentar, penyakit TBC yang tidak ditangani hingga tuntas dapat berpotensi menyebabkan resistensi obat.

Perjalanan Kader melewati jembatan gantung untuk mencapai rumah indeks

Berdasarkan hal tersebut di atas Program Penanggulangan TBC merubah strategi penemuan pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif” tetapi juga melalui “penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat“, dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan strategi penemuan aktif ini adalah melalui Investigasi kontak (IK). IK merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC (indeks kasus) untuk menemukan terduga TBC. 

Dalam membantu pemerintah mencapai eliminasi TBC 2030, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI bergerak bersama di 30 provinsi dan 190 kabupaten/kota melakukan investigasi kontak melalui sumber daya kader TBC komunitas di wilayah masing-masing. Provinsi Banten, menjadi salah satu wilayah prioritas dalam eliminasi TBC, yang kemudian menjadi wilayah intervensi komunitas. Hal ini terjadi karena delapan wilayah provinsi prioritas, salah satunya Banten, masih terjadi adanya gap treatment coverage.

Perjalanan Ibu Siti dan Ibu Leni saat mengunjungi rumah indeks

Kualitas proses pelaksanaan IK  sangat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya kondisi geografis. Di wilayah Banten sendiri, khususnya Kabupaten Lebak, beberapa daerah masih memiliki akses jalan yang sulit dan bertanah. Hal ini menyebabkan Kader TBC komunitas harus berjuang lebih dalam melakukan kunjungan ke rumah indeks, seperti Ibu Siti Mulyasaroh dan Ibu Leni Sulastri. Kedua kader tersebut terbiasa menyusuri jalanan yang licin akibat hujan dan akses jalan yang sempit di pinggiran sungai. Tak dipungkiri, terkadang keselamatan mereka pun menjadi terancam dikarenakan melalui beberapa medan yang bahaya, seperti jalan setapak yang di sampingnya sungai, jembatan gantung, perkebunan sawit dengan jalanan yang dipenuhi lumpur,jalanan berbatu dan sebagainya. “Saya dan Bu Leni sudah biasa seperti ini Mba. Lebak mayoritas jalannya kaya gini, yang di kota pun sama, kita harus lewat hutan, sungai, panas terik sampai mendung pun sering kita lewati sama-sama,” tutur beliau. 

Ibu Siti dan Ibu Leni harus melewati perkebunan sawit dengan jalan yang licin dan berlumpur untuk sampai ke rumah indeks

Tidak hanya akses yang sulit, jarak tempuh menuju indeks pun memerlukan waktu kurang lebih satu jam. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, terkadang Ibu Siti dan Ibu Leni harus menitipkan kendaraanya ke warga setempat dikarenakan akses menuju indeks tidak dapat dilalui oleh motor. “Akses jalan tidak semua bisa dilewati oleh kendaraan Mba. Biasanya kami naik motor dulu, terus untuk sampai ke rumah indeks kita titipkan motor ke rumah warga terdekat karena harus jalan ke puncak bukit untuk ke rumah indeks,” papar beliau.

Dengan kondisi tersebut, akan mustahil adanya untuk direalisasikan jika tidak dibarengi dengan niat tulus mewujudkan eliminasi TBC di wilayahnya. Kedua Ibu kader tersebut membuktikan bahwa dalam membantu sesama, akan hilang rasa lelah karena semua dilakukan dengan rasa senang dan ikhlas. “Kami tidak pernah merasa ingin menyerah ataupun capek menjalankan semua ini Mba, melihat pasien mau cek dahak ke Puskesmas saja sudah bikin kita senang karena perjuangan kita nggak sia-sia buat nyemangatin pasien kita berobat,” jelas Ibu Leni. Dengan jarak tempuh yang jauh dan akses yang sulit, tentunya banyak pasien yang terkadang menolak untuk melakukan cek dahak dan mengambil obat di Puskesmas. Hingga Ibu Leni dan Ibu Siti terkadang meminta bantuan tetangga sekitar untuk mengantarkan pasien ke Puskesmas dan memberikan uang bensin untuk perjalanan. “Kami itu ya kadang kasih uang bensin ke tetangga yang mengantar pasien Mba, karena kalau tidak begitu mereka nggak akan mau untuk ke Puskesmas, padahal kondisinya sudah batuk-batuk, anak-anaknya juga banyak, bahkan beberapa warga sini juga tidak punya BPJS,” kata Ibu Siti. 

Proses pemberian edukasi dan skrining yang dilakukan oleh Ibu Siti dan Ibu Leni dirumah indeks

Miris melihat situasi yang terjadi di lapangan ketika mengetahui bagaimana dedikasi Kader TBC Komunitas dengan reward yang mereka dapatkan sungguhlah tidak sepadan. Beberapa beban tambahan yang tidak terduga juga terkadang harus mereka pikul demi membuat pasien berkenan untuk berobat dan memulai pengobatan TBC. Sungguh cita-cita eliminasi TBC tidak akan terwujud tanpa adanya jiwa kemanusiaan dari para kader TBC Komunitas ini. “Kami hanya ingin mereka sembuh. Rasa lelah dan lainnya akan tergantikan dengan rasa bahagia jika kami bisa menemani mereka hingga pulih kembali,” tutur Ibu Siti.

Tanpa banyak pinta, Ibu Siti dan Ibu Leni pun menyampaikan bahwa ia hanya ingin disejahterakan dalam segi jaminan keselamatan dan reward yang pantas sesuai dengan perjuangan mereka. “Ya sebagai kader, semoga Bapak/Ibu semua dapat lebih memperjuangkan kami dalam segi pemberian reward ya, karena terkadang reward kami pun habis hanya untuk beli bensin karena jarak tempuh yang jauh. Dengan medan yang sulit, semoga juga adalah jaminan keselamatan bagi kami agar kami juga tenang saat menjalani tugas ini,” pinta kedua Ibu Kader. 

Dalam permasalahan ini, sungguh masih banyak kader-kader yang mengalami kejadian serupa di wilayah lainnya, bahkan memiliki medan yang lebih sulit dari  Ibu Siti dan Ibu Leni hadapi. Semoga, seluruh stakeholder yang berperan dapat menciptakan inovasi dan strategi yang baik dalam menjamin keselamatan dan kesejahteraan kader-kader di daerah. Sehingga, apresiasi yang diberikan dapat lebih membuat kader TBC komunitas semangat dalam melacak dan menemukan kasus TBC untuk mewujudkan eliminasi TBC di Indonesia. Kader adalah tonggak dari eliminasi TBC. Tanpa mereka, eliminasi TBC hanyalah wacana belaka yang mungkin akan sulit terwujud bila tidak dibantu oleh kader-kader luar biasa kita di daerah. Marilah kita berikan hormat kita kepada seluruh kader TBC Komunitas dan doakan agar selalu sehat dan sukses untuk kehidupan mereka. 


Penulis: Winda Eka Pahla

 

 

Dukung Eliminasi TBC 2030, SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul Ikut Terlibat dalam Penanggulangan TBC

Foto Bersama dalam Kegiatan Konfrensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Bantul

Pengendalian penyakit Tuberkulosis termasuk satu dari lima prioritas kesehatan nasional. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, estimasi kasus TBC pada tahun 2021 berjumlah 969.000 kasus TBC, namun baru 443.235 kasus TBC yang ditemukan dengan jumlah kematian sebanyak 15.186 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, penularan penyakit TBC mayoritas ditemukan pada kelompok usia produktif. Penularan penyakit TBC juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol (WHO, 2020).

Di Kabupaten Bantul, pada bulan Januari sampai November 2022, tercatat ada 1.216 kasus TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantul. 619 diantaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC Resisten Obat. Jumlah tersebut masih 50% dari estimasi 2.431 kasus TBC di Kabupaten Bantul. Artinya masih banyak orang dengan TBC yang masih belum ditemukan dan diobati.

Proses Kegiatan Konfrensi Pers Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Bantul

Selain masih banyaknya estimasi orang dengan TBC yang belum ditemukan, angka pasien yang putus berobat TBC di Kabupaten Bantul juga cukup tinggi yaitu sebesar 3,93% dari jumlah pasien yang diobati tahun 2021. Pasien yang tidak menjalani pengobatan sampai tuntas dikhawatirkan akan membuat pasien terkena TBC Resisten Obat. Oleh karena itu pendampingan bagi pasien TBC agar dapat menjalani pengobatan sampai tuntas sangat dibutuhkan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk menekan angka penularan penyakit TBC di Kabupaten Bantul. Salah satunya adalah memberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat pasien TBC, menguatkan jejaring internal dan eksternal fasilitas kesehatan, serta kolaborasi multi sector melalui pendekatan District based Public Private Mix (DPPM).

Dinkes Bantul menyatakan komitmennya untuk saling berkolaborasi dalam peningkatan penemuan kasus TBC di Bantul

Melalui pendekatan DPPM, Dinas Kesehatan Bantul, fasilitas kesehatan, dan Komunitas saling berkolaborasi untuk meningkatkan angka penemuan kasus TBC serta memastikan pasien mendapatkan pengobatan sesuai standar dan berpusat pada pasien. SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul sebagai TBC Komunitas melakukan peranannya dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak (tracing), Sosialisasi TBC ke masyarakat, mendorong pemberian TPT pada kontak erat pasien TBC, pelacakan dan edukasi pasien TBC putus berobat, serta pendampingan pasien TBC. Harapannya dengan adanya upaya kolaborasi tersebut dapat meningkatkan penanggulangan TBC di Kabupaten Bantul.

Mari kita temukan, obati sampai sembuh kasus TBC di Wilayah Kabupaten Bantul

TOSS TBC !

SSR Sinergi Sehat Indonesia Bersama Dinas Kesehatan dan Komisi D DPRD Sleman Melakukan Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis

Foto Bersama dalam Kegiatan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Sleman

Sleman, 20 Desember 2022 bertempat di Hotel Grand Keisha dilaksanakan kegiatan pertemuan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Sleman dengan Narasumber Wakil Ketua Komisi D DPRD, Dinas Kesehatan dan SSR Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Sleman. Kegiatan ini sebagai proses penyebarluasan informasi terkait situasi terkini penanggulangan TBC, tantangan, serta praktik baik kepada pemangku kepentingan dan berbagai pihak sebagai sebagai salah satu strategi advokasi melalui saluran komunikasi publik yang dilaksanakan bersama jejaring DPPM.

“Sejak tahun 2021 hingga saat ini SSR Sinergi Sehat Indonesia melakukan kegiatan penanggulangan TBC di Kabupaten Sleman. Kegiatan tersebut untuk mendukung Eliminasi TBC di Kabupaten Sleman melalui dukungan kader TBC di masyarakat dalam penemuan kasus secara aktif melalui Investigasi kontak, penyuluhan, pengantaran spesimen dahak pelacakan pasien mangkir, pendampingan pengobatan dan rangkaian pertemuan jejaring dan kemitraan untuk implementasi DPPM.” Ujar Primarendra selaku Pelaksana Program SSR Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Sleman.

Global Tuberculosis Report (GTR) 2022 mencatat bahwa terdapat 969.000 kasus tuberkulosis (TBC) baru di Indonesia dan menempatkan sebagai negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Sub Koordinator Kelompok Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, dr. Seruni Angreni Susila menyampaikan bahwa kasus TBC di Kabupaten Sleman yang tercatat di Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) per tanggal 15 Desember 2022, adalah 1.604 kasus.  Apabila dibandingkan dengan tahun 2021 maka ada peningkatan sekitar 1.000an kasus. Program Dinas Kesehatan Sleman tahun 2023 akan meningkatkan penemuan secara aktif atau active case finding dengan melibatkan kerjasama Puskesmas, Zero TB FKKMK UGM dan Kader TBC komunitas SSR Sinergi Sehat Indonesia.

dr. Seruni dari Dinas Kesehatan mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat bersama-sama memberantas tuberkulosis di Sleman

Beliau mengajak seluruh masyakat Kabupaten Sleman  agar dapat bersama-sama saling bahu membahu untuk mencegah serta berperan dalam penanggulangan TBC sesuai dengan potensi dan kapasitas masing-masing sehingga harapan Indonesia Eliminas TBC di tahun 2030 dapat terwujud. “Mari bersama-sama seluruh warga Kabupaten Sleman siap melawan penyakit TB dan mewujudkan Indonesia Eliminasi TB 2030.” tutur dr. Seruni.

Komisi D DPRD siap memberikan dukungan penuh terhadap upaya penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten Sleman

Komisi D DPRD Kabupaten Sleman juga siap mendukung upaya penanggulangan TBC di Kabupaten Sleman. Muh. Zuhdan, S.Pd, M.A.P selaku Wakil Ketua Komisi D DPRD Sleman menyampaikan bahwa “Melalui fungsi pegawasan DPRD akan berperasn agar program tepat sasaran, anggaran dapat maksimal digunakan serta mempersiapkan anggota dewan dalam pengganggaran kepentingan untuk masyarakat.”

Dalam upaya meningkatkan peran Fasyankes Pemerintah maupun Swasta dalam jejaring District Public Private Mix [DPPM] di penghujung tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman memberikan Piagam Penghargaan DPPM Champion untuk Puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik yang melakukan upaya terbaik dalam penanggulangan TBC. Piagam Penghargaan DPPM Champion Kabupaten Sleman 2022 diberikan kepada:

  • Puskesmas Sleman dengan jumlah pasien TBC, keberhasilan pengobatan, Terapi Pencegahan TBC [TPT] dan Investigasi Kontak [IK] terbanyak dari hasil penilaian bersama Dinas Kesehatan, SSR Sinergi Sehat Indonesia dan Tim Zero TB FKKMK UGM
  • RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan penemuan jumlah terduga, jumlah pasien TBC dan keberhasilan pengobatan terbanyak
  • Klinik Pratama HM Sosromihardjo untuk perannya dalam penemuan terduga dan pasien TBC terbanyak

Piagam Penghargaan DPPM Champion harapannya dapat mendorong Fasyankes untuk semakin termotivasi dan melakukan upaya maksimal dalam program penanggulangan TBC.

Salam TOSS TBC!

Temukan TBC Obati Sampai Sembuh

 

 

Bersama Komunitas SSR PKBI Kota Yogyakarta, Mari Wujudukan Indonesia Eliminasi TBC 2030

Kegiatan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberkulosis

Tuberkulosis dinyatakan oleh World Health Organization [WHO] sebagai salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia. Terlebih lagi dalam Global TBC Report dari WHO yang diterbitkan pada 27 Oktober 2022 disebutkan Indonesia kembali naik peringat dua dengan estimasi beban TBC terbanyak di dunia setelah India. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TBC [satu orang setiap 33 detik]. Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang menderita TBC. Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta per 6 Desember 2022 ditemukan 1.143 kasus TBC semua tipe.

Sebagai salah satu upaya eliminasi TBC diperlukan kolaborasi multi pihak baik dari pemerintah, pemangku kebijakan dan komunitas penanggulangan TBC di Kota Yogyakarta.

PKBI Kota Yogyakarta sejak April 2021 menjadi salah satu Sub-sub Recipient [SSR] penerima dana hibah Global Fund dibawah Sub Recipient [SR] Siklus Indonesia dan Principle Recipient [PR] Konsorsium Komunitas Penabulu STPI. SSR PKBI Kota Yogyakarta berperan dalam penaggulangan TBC berbasis komunitas di Kota Yogyakarta dengan melakukan peran TOSS TBC yaitu dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak Rumah Tangga [IK RT] atau tracing kontak erat dan serumah, Investigasi Kontak Non Rumah Tangga [IK Non RT] dalam bentuk sosialisasi dan skrinning TBC ke masyarakat, edukasi pemberian Terapi Pencegahan TBC [TPT] balita kontak serumah, pendampingan pasien TBC Resisten Obat [RO] dan pelacakan pasien TBC Sensitif Obat  [SO] dalam implementasi District Private Public Mix [DPPM], pengantaran spesimen dahak, dsb. Area intervensi SSR PKBI Kota Yogyakarta adalah 100% dari 18 puskesmas di Kota Yogyakarta meliputi Umbulharjo, Kotagede, Mergangsan, Gondokusuman, Pakualaman, Mantrijeron, Wirobrajan, Kraton, Gondomanan, Gondokusuman, Tegalrejo, Jetis dan kader yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 58 orang.

Investigasi kontak RT oleh kader SSR PKBI Kota Yogyakarta pada Januari-November 2022 terlaksana sebanyak 372 untuk indeks kasus terkonfirmasi TBC bakteorologis dan TBC anak. Pelaksanaan IK tersebut berdasarkan indeks yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sejumlah 702 indeks. Dari 372 IK RT yang terlaksana ada 8033 kontak yang di skrinning, 783 yang memenuhi syarat rujuk, 710 yang berhasil dirujuk, 670 yang melakukan tes dengan hasil negatif [339 pemeriksaan rontgen, 98 pemeriksaan TBC anak, 233 pemeriksaan TCM] dan 40 dengan hasil tes positif [21 pemeriksaan rontgen, 5 pemeriksaan TBC anak, 14 pemeriksaan TCM]

Investigasi kontak Non RT berupa penyuluhan dan skrining TBC di Kota Yogyakarta Januari-November 2022 dilaksanakan 64 Kali dengan 1344 kontak yang di skrinning, 340 yang berhasil dirujuk, 302 diperiksa dengan hasil negatif [57 pemeriksaan rontgen, 76 pemeriksaan TBC anak, 169 pemeriksaan TCM] dan 38 dengan hasil tes positif [13 pemeriksaan rontgen, 4 pemeriksaan TBC anak, 21 pemeriksaan TCM]

Tantangan bagi kami adalah dalam merujuk balita kontak serumah dengan pasien TBC Baktereologis untuk diberikan TPT. Selain pada balita TPT diberikan pada orang dengan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Hasil studi menunjukan sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi.  Risiko penyakit TBC pada ODHA, anak kontak serumah dengan pasien TBC terkonfirmasi TBC bakteorologis dan kelompok beresiko lainnya dapat dikurangi dengan pemberian TPT. Dengan pemberian TPT dapat mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60% sampai 90%. Selain itu pemberian TPT pada ODHA dapat memberikan perlindungan hingga lebih dari 5 tahun. Pemberian TPT ini bukan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi diimplementasikan secara komprehensif di layanan TBC dan sistem kesehatan. Harapannya kedepan kita semuanya semakin memahami pentingnya TPT dan dapat diberikan dengan lancar untuk terwujudnya Eliminasi TBC.

Tuberkulosis dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya adalah semua pasien TBC dan kontak erat menggunakan masker dan membuang masker dengan tepat, melakukan skrinning kesehatan apabila ada yang batuk berdahak lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari dan kontak serumah ataupun kontak erat dengan pasien TBC, menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjaga kebersihan serta memastikan ventilasi udara yang baik agar terkena paparan sinar matahari.

SSR PKBI Kota Yogyakarta berharap masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap pengobatan TBC. Stigma pada pasien TBC juga masih cukup tinggi, sehingga masih banyak masyarakat enggan memeriksakan diri. Padahal dengan keterbukaan terkait kondisi kesehatan dapat segera ditangani dan menurunkan penularan lebih cepat.

Untuk saling berkolaborasi dalam eliminasi TBC, SSR PKBI Kota Yogyakarta juga bekerjasama dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjut baik pemerintah maupun swasta serta secara rutin mengadakan kegiatan bersama untuk terus meningkatkan peran dalam eliminasi TBC.

 

Kader sebagai TB Warrior Sejati Guna Mencapai Eliminasi TBC di Kabupaten Sidoarjo

Kader SSR Sidoarjo melakukan skrining di tempat indeks kasus

Penyakit TBC tetap menjadi salah satu penyakit menular dan mematikan di dunia. Kasus tersebut juga menjadi bayangan kelam untuk Kabupaten Sidoarjo dimana angka notifikasi kasus TBC di Sidoarjo hingga Oktober 2022 mencapai 3.287 kasus berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Angka tersebut juga menempatkan Kabupaten Sidoarjo berada di urutan ke tiga dengan Kabupaten/Kota yang memiliki kasus TBC tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Berbagai program pencegahan dan penanggulangan TBC telah dilakukan melalui peran lintas sektor maupun lintas program. Membangun jejaring dengan komunitas dan organisasi masyarakat pun menjadi strategi jitu untuk menghadapinya. Bentuk implementasi nyata adalah keterlibatan Kader kesehatan dalam Pencegahan dan Penanggulangan TBC di Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa Timur.

Kader kesehatan adalah ujung tombak pelaksanaan segala program kesehatan di masyarakat dan tenaga sukarela sejati yang dipilih dari, oleh, serta untuk masyarakat dimana Kader harus senantiasa bekerja secara ikhlas, mau dan mampu melaksanakan program kesehatan, mengedukasi dan memotivasi masyarakat guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Kader kesehatan merupakan perwujudan peran serta aktif masyarakat. Begitu pula dengan Kader TBC komunitas yang juga merupakan bagian dari kader kesehatan yang fokus melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan TBC di masyarakat dan biasa kami sebut dengan nama TB Warrior. Istilah Warrior sejujurnya tidak cukup untuk mengungkapkan begitu besarnya perjuangan dan pengorbanan Kader TBC guna mencapai eliminasi TBC di Sidoarjo. Sosok yang tidak pernah putus asa, bekerja tanpa pamrih, konsisten dalam mencapai tujuan yang ditargetkan, serta penuh keyakinan dan tekad ini tidaklah cukup dihargai oleh apapun. “Peran 39 kader sebagai TB Warrior di Kabupaten Sidoarjo sangatlah besar. Perkembangan capaian pelaksanaan investigasi kontak dan case finding dari semester 1 tahun 2022 ke semester 2 tahun 2022 sangatlah nampak, dimana terdapat peningkatan 10,85% untuk case finding dan 7,92% untuk pelaksanaan investigasi kontak rumah tangga di Kabupaten Sidoarjo”, ungkap Ayu, Staf Program SSR Yabhysa Sidoarjo.

Penyebutan Kader SSR Yabhysa Sidoarjo sebagai TB Warrior tentunya dilandaskan karena beberapa hal. Adanya 18 Kecamatan dan 27 Puskesmas yang terletak di Sidoarjo ternyata dapat diintervensi oleh 39 Kader SSR Yabhysa Sidoarjo. Bahkan Kecamatan dengan wilayah terluas yaitu Kecamatan Jabon hanya memiliki 2 kader aktif. Begitu pula dengan Kecamatan Sedati yang hanya memiliki 3 kader aktif. Selain cakupan wilayah Kabupaten Sidoarjo yang sangat luas, kelengkapan identitas indeks kasus turut menjadi tantangan bagi kader SSR Yabhysa Sidoarjo. Identitas alamat indeks kasus yang hanya menyebutkan RT dan RW tanpa adanya nomor rumah menjadi kendala dan sekaligus tantangan dalam hal pelacakan atau investigasi kontak. Hal ini nampak dari pernyataan Ibu Dyah kader SSR Yabhysa Sidoarjo saat berkomunikasi dengan staff program. “Wilayah Kecamatan Sukodono sangatlah luas. Rumah saya ujung utara, sedangkan indeks kasus berada di ujung timur, selatan dan barat. Saya sudah jauh-jauh kesana, hujan dan malam hari karena pagi mayoritas bekerja ternyata tetap saja tidak ketemu orangnya. Otomatis investigasi kontak 1 indeks kasus tidak cukup hanya dilakukan sehari. Besok dan besoknya lagi saya kunjungi ulang. Itu yang sering saya temui saat investigasi kontak,” ucap beliau. Kabupaten Sidoarjo juga merupakan daerah industri dengan total 961 perusahaan yang terdiri dari 664 perusahaan industri besar dan 297 perusahaan industri kecil yang tentunya banyak masyarakat nomaden sehingga ketika pendatang yang berdomisili di Kabupaten Sidoarjo ini menjadi indeks kasus maka akan lebih susah untuk melacak karena sering berpindah-pindah.

Kader SSR Sidoarjo berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain untuk memberikan edukasi terkait TBC

Kendala ini ternyata sering dihadapi oleh Kader. Hal tersebut pun dipertegas oleh penyataan Ibu Siti Setiyani selaku Kepala SSR Yabhysa Sidoarjo dalam diskusi kegiatan DPPM tanggal 8 Desember 2022 lalu. “Informasi identitas pasien LTFU di RT A setelah dilacak hingga ditanyakan kepada ketua RT ternyata tidak ada nama pasien tersebut. Kemudian bertanya ke Ketua RT B ternyata namanya saja yang sama namun setelah dikunjungi orangnya bilang tidak pernah sakit TBC dan ternyata NIK berbeda. Sebelumnya dihubungi via telepon tidak diangkat akhirnya ditanyakan di semua Ketua RT di RW bersangkutan dan ketemulah di RT C yang ternyata pasien merupakan warga nomaden yang kos di RT tersebut dan tidak pernah bersosialisasi dengan warga sekitar sehingga jarang ada yang mengenal. Walaupun susah mencari, bersyukurnya pada kunjungan kedua, pasien mau melanjutkan pengobatan”. Nah, hal-hal seperti ini yang patut diapresiasi dari kinerja kader SSR Yabhysa Sidoarjo.

Selain tantangan dalam hal pelacakan atau investigasi kontak, tantangan memotivasi kontak serumah atau kontak erat bergejala untuk tes dahak pun ikut berperan. Kader tidak hanya datang satu kali bahkan bisa sampai tiga kali agar kontak berkenan melakukan tes dahak. Hal ini serupa dengan tantangan pelacakan kasus Lost to Follow Up (LTFU) di Kabupaten Sidoarjo. Namun karena tekad Kader yang besar, maka segala kegiatan baik investigasi kontak ataupun penemuan kasus tetap bisa dilaksanakan dengan baik. Hal ini juga sesuai dengan beberapa hasil penelitian dimana menurut Sulaeman dkk (2016) dalam Jurnal Kedokteran Yarsi menjelaskan bahwa modal sosial kader yang meliputi dimensi relasional, kognitif, dan struktural berperan dalam penemuan kasus TB (Case Detection Rate/CDR). Dimensi relasional meliputi komunikasi dan kerjasama. Dimensi kognitif meliputi saling percaya, kepedulian dan perasaan memiliki dalam keluarga, masyarakat, kader serta petugas kesehatan. Dimensi struktural meliputi perkumpulan masyarakat serta jaringan sosial.

Semua perjuangan dan pengorbanan Kader TB Warrior SSR Yabhysa Sidoarjo di semester 2 tahun 2022 ini berujung pada peningkatan capaian program pada indikator output dan peningkatan rating Global Fund SSR Yabhysa Sidoarjo 1 tingkat dari rating semester sebelumnya. Peran Kader inilah yang patut diberikan apresiasi melalui penghargaan TB Warrior. Apresiasi ini penting sebagai bentuk motivasi kepada Kader untuk lebih semangat lagi dan karena kegiatan apresiasi menyangkut kegiatan melihat, mengamati, menilai dan menghargai suatu karya. Seorang pejuang harus menjaga agar tidak pernah patah semangatnya. Untuk memperoleh sekuntum bunga mawar yang indah, kita harus rela duri menusuk jari kita. Begitulah pengorbanan dan kerja keras kader TB warrior SSR Yabhysa Sidoarjo dimaknai dalam perjuangannya mencapai eliminasi TBC di Kabupaten Sidoarjo.


Penulis : Sri Rahayu, S.KM (Staf Program SSR Yabhysa Sidoarjo)

Editor: Winda Eka Pahla

Peningkatan Penemuan Kasus TBC melalui Inovasi Gerakan Komunitas (JABAT TB, TEMAN TB DAN TB WARRIOR) di Sidoarjo

Proses eliminasi Tuberkulosis (TBC) merupakan hal yang membutuhkan komitmen tinggi. Dalam prosesnya, pemikiran yang kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk menentukan langkah dalam pengambilan kebijakan atau pembuatan program baru demi melakukan eliminasi TBC.  Kurangnya pemahaman mengenai tanda dan gejala, serta pengobatan tuberkulosis juga menyebabkan peningkatan stigma di masyarakat terkait TBC semakin meluas. Indonesia dengan budaya sosialnya, sangat beresiko tinggi membentuk stigma yang mampu meningkatkan penundaan diagnostik dan ketidakpatuhan pengobatan TBC untuk pasien. Yang mana hal ini dapat mempengaruhi status mental pasien TBC dan dapat memunculkan gangguan psikosomatik, depresi hingga berujung pada kematian karena tidak patuhnya pada pengobatan.

Melihat situasi tersebut, diperlukan adanya gerakan dari seluruh pemerintah, pemangku kebijakan, komunitas hingga dari lini masyarakat untuk mendukung suksesnya eliminasi TBC di Indonesia. Dalam praktiknya, PR Konsorsium Penabulu-STPI berkomitmen untuk menciptakan sinergi yang baik dengan masyarakat umum yang berperan sebagai kader maupun pendamping pasien. Khususnya di wilayah Sidoarjo, SSR (Sub Sub Recipient) Sidoarjo menciptakan inovasi-inovasi baru sebagai usaha dalam memberdayakan sumber daya dan sebagai usaha untuk meningkatkan angka capaian notifikasi kasus.

Kegiatan JABAT TB di RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra

Pada semester dua tahun 2022 ini, staff program SSR Sidoarjo, Ibu Ayu menyampaikan bahwa dirinya mempunyai banyak strategi untuk mencapai target. “Di periode semester Juli hingga Desember 2022, kami telah dan akan melaksanakan tiga program inovasi SSR Sidoarjo yang terdiri dari JABAT TB, TEMAN TB dan TB Warrior. Kegiatan ini menjadi langkah konkret untuk peningkatan jejaring kemitraan dan perluasan daerah intervensi melalui kunjungan, pengenalan program dan koordinasi penanganan TBC  dengan fasyankes sekitar dan lintas sektoral. Selain itu, capaian notifikasi kasus juga dapat meningkat sembari adanya variasi-variasi program yang sudah dikonsepkan,” tuturnya.

Program yang pertama yaitu JABAT TB. Program ini dicanangkan untuk peningkatan program dalam segi A“Kami mencoba menerapkan program tersebut semenjak bulan September lalu. Program ini ditargetkan dapat menggaet 15 Puskesmas yang belum masuk ke wilayah intervensi, Rumah Sakit yang belum melakukan MoU dengan Komunitas, BAZNAS dan Lembaga sosial lainnya,” jelas beliau. Ibu Ayu juga menambahkan bahwa program yang dikenal dengan JABAT TB ini telah menghasilkan beberapa intervensi wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Urangagung dan Puskesmas Waru 2, Sidoarjo. Selain Puskesmas, program JABAT TB juga menjadikan bertambahnya Rumah Sakit yang bermitra dengan SSR Sidoarjo melalui MoU yaitu RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra, Sidoarjo.

Proses Pengisian Kuesioner TEMAN TB oleh Pasien TBC setempat

Selain dalam segi kemitraan, SSR Sidoarjo juga membuat sistem umpan balik atau dikenal dengan nama TEMAN TB (Sistem Penilaian Tuberkulosis) yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengaplikasian program TBC di wilayah mereka. “TEMAN TB ini merupakan adaptasi dari program CBMF (Community-Based Monitoring and Feedback) yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kita dalam melakukan monitoring pada kegiatan penanggulangan TBC serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan TBC di wilayah Sidoarjo,” tutur Ibu Ayu. TEMAN TB merupakan sistem penilaian tuberkulosis melalui kuesioner yang dapat diisi oleh pasien TBC saat berkunjung di fasyankes. Kuesioner dapat berisi tentang feedback, saran dan keluhan terhadap pelayanan tuberkulosis yang diimplementasikan di wilayah Sidoarjo. Selanjutnya, hasil dari program TEMAN TB akan dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan dan fasyankes terkait untuk merespon dan menindaklanjuti saran dan kritik yang telah diinput oleh pasien melalui TEMAN TB tersebut. Berikut untuk contoh kuesioner TEMAN TB yang diciptakan oleh tim SSR Sidoarjo:

 

Kuesioner TEMAN TB SSR Sidoarjo

Ibu Ayu menjelaskan terkait cara mengoptimalisasikan TEMAN TB.   “Dalam implementasinya, kami akan mengoptimalisasikan TEMAN TB ini dengan penyederhanaan isi kuesioner menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat, melengkapi poin pertanyaan terkait pengetahuan TBC serta tanggapan dan penilaian masyarakat terhadap peran komunitas. Semoga dengan adanya kuisioner ini dapat membantu dalam monitoring dan evaluasi kegiatan kita,” 

Kedepannya, untuk membangun sumber daya yang berintegritas dan berkualitas, Ibu Ayu dan tim juga akan melakukan pengoptimalan pemberdayaan Kader TBC di wilayah Sidoarjo melalui program TB WARRIOR. TB WARRIOR adalah program pemberian apresiasi kepada kader yang berprestasi dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Pemberian apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk piagam penghargaan kader TBC berprestasi yang ditandatangani oleh SSR dan diketahui oleh Dinas Kesehatan serta pemberian bingkisan. “Kami sangat mengerti bahwa kader merupakan tonggak utama kesuksesan eliminasi TBC. Oleh karena itu, di semester dua ini kami akan berusaha untuk mengapresiasi kerja keras mereka selama ini di lapangan melalui program ini,” ucap Ibu Ayu. Dalam penerapannya, program TB WARRIOR akan di kategorikan menjadi 3 jenis yaitu: a) TB Warrior Investigasi Kontak ; b) TB Warrior Case Finding dan c) TB Warrior Pendampingan Pasien, yang mana kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022 dengan penilaian dilakukan dalam semester 2 tahun 2022. “Kami sudah mensosialisasikan kegiatan ini ke seluruh koordinator kader dan kader pada kegiatan BL 2 tanggal 18 November 2022 dan pada whatsapp grup kader Sidoarjo dan penganugerahannya akan kami laksanakan pada akhir Desember 2022 bertepatan dengan kegiatan Pers Conferences DPPM,” tambah Ibu Ayu. 

Dengan variasi program yang dilakukan tersebut, SSR Sidoarjo berhasil menunjukkan grafik notifikasi kasus yang meningkat dari semester sebelumnya. Terdapat 73 angka notifikasi kasus yang SSR Sidoarjo raih per bulan November 2022 di semester dua tahun 2022 ini.  Yang mana, angka tersebut juga akan terus meningkat dengan adanya implementasi program yang sudah SSR Sidoarjo rencanakan.

Di akhir pembicaraan, Ibu Ayu menyampaikan harapannya bahwa semoga program-program yang telah dibuat oleh ia dan tim nya dapat meningkatkan angka notifikasi kasus TBC di wilayahnya. “Kami berharap semoga kegiatan dan inovasi yang kami buat ini dapat berimbas baik pada angka capaian ya, karena itu target utama kita. Dan semoga setelah banyak hal baik yang di petik dari program ini, dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk SR ataupun SSR yang hendak membuat program yang sama,” tutup beliau.


Penulis: Winda Eka Pahla

Mentari Sehat Indonesia Mengajak Para Petinggi Kabupaten Untuk Bersinergi Berantas TBC

komunitas mentari sehat indonesia kabupaten cilacap lakukan pertemuan

CILACAP.INFO – Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap mengajak para pemangku kebijakan terutama Dinas Kesehatan untuk mewujudkan sinergi berantas TBC (tuberkulosis).

Untuk mewujudkan Kabupaten Cilacap yang bebas akan TBC pada tahun 2030. Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap lakukan pertemuan selama dua hari, Dimulai pada hari Senin-Selasa, Tanggal 19-20 September 2022 di Hotel Atrium Cilacap.

Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap juga mengundang berbagai instansi seperti DPRD, Sekda, Kepala Dinas Pembedayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap dan masih banyak lagi.

Tujuan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap salah satunya mendorong layanan pemerintah dan swasta agar dapat memenuhi SPM melalui pertemuan dengan pihak legislatif dan eksekutif.

Angka kasus TBC di Kabupaten Cilacap sendiri juga masih cukup tinggi, hal ini memerlukan kolaborasi yang pro aktif antar sektor pemerintah, swasta dan komunitas.

“Di Cilacap kasus TBC masih tinggi, banyaknya kasus ditemukan yang akhirnya meninggal mungkin karena pengelolaannya tidak tepat, adapun yang terkena penyakit lain (Komorbit),” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi.

“Sampai sekarang kita berupaya mengatasi, menangani dan mengelolanya dengan harapan angka kesembuhan juga akan tinggi,” tambah Pramesti.

Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap, Rokhmah Agus Ciptaningsih, SE, M.Si mengatakan, saat ini TBC masih menjadi salah satu masalah kesehatan paling utama di Indonesia.

“Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak, Diperkirakan estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk,” terang Rokhmah.

Perlu kerja keras lintas sektor secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan dinas Kesehatan tetapi peran aktif dari komunitas dan seluruh masyarakat, juga memilki peran yang sama-sama penting.

Sebagaimana diketahui dalam perpres No 67 tahun 2021 tersebut berisi 9 Bab, 33 Pasal, dan lampiran 80 hal, yang mencakup Target Dan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Pelaksanaan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Tanggung Jawab Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Eliminasi TBC, Koordinasi Percepatan Penanggulangan TBC, Peran Serta Mayarakat Dalam Eliminasi TBC.

“Harapan kami setelah diadakannya kegiatan ini tercipta kolaborasi yang lebih pro aktif dari berbagai sektor Pemerintah Kabupaten, bukan hanya dari Dinas Kesehatan tetapi dari unsur yang lain. Serta kita juga berharap adanya peran Pemerintah Desa di tingkat bawah,” pungkas Rokhmah.

 

Gandeng Pemkab Cilacap, Komunitas Mentari Sehat Inginkan Sinergitas Berantas TBC

HARMASNEWS – Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap mengajak para pemangku kebijakan terutama Dinas Kesehatan untuk mewujudkan sinergi berantas TBC (tuberkulosis).

Untuk mewujudkan Kabupaten Cilacap yang bebas akan TBC pada tahun 2030. Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap lakukan pertemuan selama dua hari, Dimulai pada hari Senin-Selasa, Tanggal 19-20 September 2022 di Hotel Atrium Cilacap.

Komunitas Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap juga mengundang berbagai instansi seperti DPRD, Sekda, Kepala Dinas Pembedayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Cilacap dan masih banyak lagi.

Tujuan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap salah satunya mendorong layanan pemerintah dan swasta agar dapat memenuhi SPM melalui pertemuan dengan pihak legislatif dan eksekutif.

Angka kasus TBC di Kabupaten Cilacap sendiri juga masih cukup tinggi, hal ini memerlukan kolaborasi yang pro aktif antar sektor pemerintah, swasta dan komunitas.

“Di Cilacap kasus TBC masih tinggi, banyaknya kasus ditemukan yang akhirnya meninggal mungkin karena pengelolaannya tidak tepat, adapun yang terkena penyakit lain (Komorbit),” ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi.

“Sampai sekarang kita berupaya mengatasi, menangani dan mengelolanya dengan harapan angka kesembuhan juga akan tinggi,” tambah Pramesti.

Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Cilacap, Rokhmah Agus Ciptaningsih, SE, M.Si mengatakan, saat ini TBC masih menjadi salahsatu masalah kesehatan paling utama di Indonesia.

“Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Global TB Report tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ketiga di dunia dengan kasus TBC terbanyak, Diperkirakan estimasi insidensi sebesar 824.000 kasus atau 301 per 100.000 penduduk,” terang Rokhmah.

Perlu kerja keras lintas sektor secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan dinas Kesehatan tetapi peran aktif dari komunitas dan seluruh masyarakat, juga memilki peran yang sama-sama penting.

Sebagaimana diketahui dalam perpres No 67 tahun 2021 tersebut berisi 9 Bab, 33 Pasal, dan lampiran 80 hal, yang mencakup Target Dan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Pelaksanaan Strategi Nasional Eliminasi TBC, Tanggung Jawab Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah Dalam Eliminasi TBC, Koordinasi Percepatan Penanggulangan TBC, Peran Serta Mayarakat Dalam Eliminasi TBC.

“Harapan kami setelah diadakannya kegiatan ini tercipta kolaborasi yang lebih pro aktif dari berbagai sektor Pemerintah Kabupaten, bukan hanya dari Dinas Kesehatan tetapi dari unsur yang lain. Serta kita juga berharap adanya peran Pemerintah Desa di tingkat bawah,” pungkas Rokhmah.***