Dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian Tuberkulosis (TBC) di Indonesia, tim Global Fund (GF) yang diwaliki oleh Anindita, melakukan kunjungan pada 8 September hingga 26 September 2024. Kunjungan ini melibatkan berbagai pihak terkait dengan tujuan untuk memperkuat strategi penanganan TBC, khususnya dalam implementasi program pencegahan dan perluasan di beberapa wilayah prioritas.
Senin, 23 September 2024 – Kegiatan diawali dengan diskusi dengan Global Fund, yang diwakili oleh Anindita, bersama NTP (National Tuberculosis Program), PR PB STPI, USAID Bebas TB, USAID Prevent TB, TWG TB, SWG TPT, dan perwakilan CI. Pertemuan ini membahas mengenai perencanaan dan pemetaan program penanganan TBC secara nasional. Dalam sesi ini, Anindita memimpin diskusi programatik terkait implementasi program yang sedang berjalan.
Selasa, 24 September 2024 – Pembahasan dilanjutkan dengan update mengenai aktivitas di 10 distrik dan rencana Direct to Home (D2H) untuk memperluas cakupan PR Konsorsium hingga 39 distrik. Diskusi juga menyoroti aspek finansial dan pengelolaan program untuk mencapai hasil yang optimal dalam pencegahan TBC.
Rabu, 25 September 2024 – GF Country Team melakukan kunjungan lapangan ke District Health Office (DHO) Malang. Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung implementasi program di tingkat daerah serta mengevaluasi keberhasilan dalam deteksi dan penanganan kasus TBC.
Kamis, 26 September 2024 – Kunjungan terakhir dilakukan di Kepanjen, dimana tim GF melihat secara langsung kegiatan penemuan kasus aktif TBC. Ini merupakan salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian penyakit TBC melalui deteksi dini dan penanganan yang tepat. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara Global Fund, pemerintah, dan mitra internasional untuk terus meningkatkan program pencegahan dan penanganan TBC di Indonesia.
Jumat, 27 September 2024 – Anindita, perwakilan dari Global Fund, meminta agar PR Konsorsium melakukan pemetaan target serta perencanaan alokasi anggaran dengan lebih cermat. Salah satu poin penting yang diangkat adalah optimalisasi anggaran, mengingat masih terdapat beberapa kota seperti Surabaya dan Wonosobo yang memiliki kinerja program TBC yang belum memenuhi target, khususnya dalam hal skrining dan investigasi TBC.
“Walaupun program eliminasi TBC sudah berjalan, masih ada kota-kota dengan kinerja rendah, seperti Surabaya dan Wonosobo, di mana kegiatan skrining belum mencapai target,” jelas Anindita.
Selain itu, Anindita juga menekankan pentingnya insentif dan penghargaan bagi kader komunitas. Insentif akan diberikan setelah kader menyelesaikan tugas mereka, dengan tujuan memotivasi mereka lebih lanjut. Penghargaan tambahan hanya akan diberikan jika kader mencapai hasil tertentu. Tidak ada pengurangan dalam tunjangan kader komunitas, namun akan dioptimalkan agar tidak mengurangi target yang harus dicapai, terutama mengingat keterbatasan anggaran yang tersedia.
Anindita menambahkan bahwa penting untuk menemukan cara mengoptimalkan dukungan tambahan bagi kader komunitas dengan dana tambahan yang masih dalam pembahasan. Dukungan supervisi berkelanjutan juga dianggap lebih penting dibandingkan pelatihan atau acara satu kali.
“Kita harus mendukung Puskesmas untuk mencapai target eliminasi TBC. Supervisi yang berkelanjutan jauh lebih penting dibandingkan pelatihan satu kali,” lanjut Anindita.