Dukung Eliminasi TBC 2030, SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul Ikut Terlibat dalam Penanggulangan TBC

Foto Bersama dalam Kegiatan Konfrensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Bantul

Pengendalian penyakit Tuberkulosis termasuk satu dari lima prioritas kesehatan nasional. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, estimasi kasus TBC pada tahun 2021 berjumlah 969.000 kasus TBC, namun baru 443.235 kasus TBC yang ditemukan dengan jumlah kematian sebanyak 15.186 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, penularan penyakit TBC mayoritas ditemukan pada kelompok usia produktif. Penularan penyakit TBC juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kemiskinan, urbanisasi, pola hidup yang kurang aktif, penggunaan tembakau, dan alkohol (WHO, 2020).

Di Kabupaten Bantul, pada bulan Januari sampai November 2022, tercatat ada 1.216 kasus TBC yang ditemukan di seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Bantul. 619 diantaranya adalah kasus TBC anak dan 12 kasus pasien TBC Resisten Obat. Jumlah tersebut masih 50% dari estimasi 2.431 kasus TBC di Kabupaten Bantul. Artinya masih banyak orang dengan TBC yang masih belum ditemukan dan diobati.

Proses Kegiatan Konfrensi Pers Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Bantul

Selain masih banyaknya estimasi orang dengan TBC yang belum ditemukan, angka pasien yang putus berobat TBC di Kabupaten Bantul juga cukup tinggi yaitu sebesar 3,93% dari jumlah pasien yang diobati tahun 2021. Pasien yang tidak menjalani pengobatan sampai tuntas dikhawatirkan akan membuat pasien terkena TBC Resisten Obat. Oleh karena itu pendampingan bagi pasien TBC agar dapat menjalani pengobatan sampai tuntas sangat dibutuhkan.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk menekan angka penularan penyakit TBC di Kabupaten Bantul. Salah satunya adalah memberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT) bagi kontak erat pasien TBC, menguatkan jejaring internal dan eksternal fasilitas kesehatan, serta kolaborasi multi sector melalui pendekatan District based Public Private Mix (DPPM).

Dinkes Bantul menyatakan komitmennya untuk saling berkolaborasi dalam peningkatan penemuan kasus TBC di Bantul

Melalui pendekatan DPPM, Dinas Kesehatan Bantul, fasilitas kesehatan, dan Komunitas saling berkolaborasi untuk meningkatkan angka penemuan kasus TBC serta memastikan pasien mendapatkan pengobatan sesuai standar dan berpusat pada pasien. SSR Sinergi Sehat Indonesia Bantul sebagai TBC Komunitas melakukan peranannya dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak (tracing), Sosialisasi TBC ke masyarakat, mendorong pemberian TPT pada kontak erat pasien TBC, pelacakan dan edukasi pasien TBC putus berobat, serta pendampingan pasien TBC. Harapannya dengan adanya upaya kolaborasi tersebut dapat meningkatkan penanggulangan TBC di Kabupaten Bantul.

Mari kita temukan, obati sampai sembuh kasus TBC di Wilayah Kabupaten Bantul

TOSS TBC !

SSR Sinergi Sehat Indonesia Bersama Dinas Kesehatan dan Komisi D DPRD Sleman Melakukan Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis

Foto Bersama dalam Kegiatan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Sleman

Sleman, 20 Desember 2022 bertempat di Hotel Grand Keisha dilaksanakan kegiatan pertemuan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Sleman dengan Narasumber Wakil Ketua Komisi D DPRD, Dinas Kesehatan dan SSR Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Sleman. Kegiatan ini sebagai proses penyebarluasan informasi terkait situasi terkini penanggulangan TBC, tantangan, serta praktik baik kepada pemangku kepentingan dan berbagai pihak sebagai sebagai salah satu strategi advokasi melalui saluran komunikasi publik yang dilaksanakan bersama jejaring DPPM.

“Sejak tahun 2021 hingga saat ini SSR Sinergi Sehat Indonesia melakukan kegiatan penanggulangan TBC di Kabupaten Sleman. Kegiatan tersebut untuk mendukung Eliminasi TBC di Kabupaten Sleman melalui dukungan kader TBC di masyarakat dalam penemuan kasus secara aktif melalui Investigasi kontak, penyuluhan, pengantaran spesimen dahak pelacakan pasien mangkir, pendampingan pengobatan dan rangkaian pertemuan jejaring dan kemitraan untuk implementasi DPPM.” Ujar Primarendra selaku Pelaksana Program SSR Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Sleman.

Global Tuberculosis Report (GTR) 2022 mencatat bahwa terdapat 969.000 kasus tuberkulosis (TBC) baru di Indonesia dan menempatkan sebagai negara kedua dengan kasus TBC terbanyak di dunia. Sub Koordinator Kelompok Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, dr. Seruni Angreni Susila menyampaikan bahwa kasus TBC di Kabupaten Sleman yang tercatat di Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) per tanggal 15 Desember 2022, adalah 1.604 kasus.  Apabila dibandingkan dengan tahun 2021 maka ada peningkatan sekitar 1.000an kasus. Program Dinas Kesehatan Sleman tahun 2023 akan meningkatkan penemuan secara aktif atau active case finding dengan melibatkan kerjasama Puskesmas, Zero TB FKKMK UGM dan Kader TBC komunitas SSR Sinergi Sehat Indonesia.

dr. Seruni dari Dinas Kesehatan mengajak seluruh stakeholder dan masyarakat bersama-sama memberantas tuberkulosis di Sleman

Beliau mengajak seluruh masyakat Kabupaten Sleman  agar dapat bersama-sama saling bahu membahu untuk mencegah serta berperan dalam penanggulangan TBC sesuai dengan potensi dan kapasitas masing-masing sehingga harapan Indonesia Eliminas TBC di tahun 2030 dapat terwujud. “Mari bersama-sama seluruh warga Kabupaten Sleman siap melawan penyakit TB dan mewujudkan Indonesia Eliminasi TB 2030.” tutur dr. Seruni.

Komisi D DPRD siap memberikan dukungan penuh terhadap upaya penanggulangan tuberkulosis di Kabupaten Sleman

Komisi D DPRD Kabupaten Sleman juga siap mendukung upaya penanggulangan TBC di Kabupaten Sleman. Muh. Zuhdan, S.Pd, M.A.P selaku Wakil Ketua Komisi D DPRD Sleman menyampaikan bahwa “Melalui fungsi pegawasan DPRD akan berperasn agar program tepat sasaran, anggaran dapat maksimal digunakan serta mempersiapkan anggota dewan dalam pengganggaran kepentingan untuk masyarakat.”

Dalam upaya meningkatkan peran Fasyankes Pemerintah maupun Swasta dalam jejaring District Public Private Mix [DPPM] di penghujung tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman memberikan Piagam Penghargaan DPPM Champion untuk Puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik yang melakukan upaya terbaik dalam penanggulangan TBC. Piagam Penghargaan DPPM Champion Kabupaten Sleman 2022 diberikan kepada:

  • Puskesmas Sleman dengan jumlah pasien TBC, keberhasilan pengobatan, Terapi Pencegahan TBC [TPT] dan Investigasi Kontak [IK] terbanyak dari hasil penilaian bersama Dinas Kesehatan, SSR Sinergi Sehat Indonesia dan Tim Zero TB FKKMK UGM
  • RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan penemuan jumlah terduga, jumlah pasien TBC dan keberhasilan pengobatan terbanyak
  • Klinik Pratama HM Sosromihardjo untuk perannya dalam penemuan terduga dan pasien TBC terbanyak

Piagam Penghargaan DPPM Champion harapannya dapat mendorong Fasyankes untuk semakin termotivasi dan melakukan upaya maksimal dalam program penanggulangan TBC.

Salam TOSS TBC!

Temukan TBC Obati Sampai Sembuh

 

 

Rapat Koordinasi Semester Tahun 2022 SSR Masyarakat Saehat Sriwijaya Banyuasin

                                                       Foto bersama SSR MSS Banyuasin bersama Dinkes Banyuasin dan pengelola program TB

Banyuasin, 22 Desember 2022 – SSR (Sub-Sub Recipient) Masyarakat Sehat Sriwijaya Banyuasin melaksanakan Rapat Koordinasi Semester Tahun 2022 pada 22 Desember 2022. Kegiatan rapat koordinasi kali ini dihadiri oleh Wasor TB Dinkes Banyuasin Yuliati, M.Kes, Petugas TB RS PMDT Metri Karlina, S.Kep.,Ners dan beberapa perwakilan pengelola TB Puskesmas, diantaranya Puskesmas Sukajadi, Puskesmas Petaling dan Puskesmas Tanjung Lago. Dari team SSR MSS Banyuasin sendiri dihadiri Kepala SSR, Koordinator Program dan Staff Finance serta Koordinator Kader turut berpartisipasi pada kegiatan tersebut yang  bertempat di kantor SSR MSS Banyuasin.

Dalam sambutannya, Kepala SSR MSS Banyuasin, Ira Susanti, M.Kes menyampaikan bahwa saat ini MSS Banyuasin sudah semaksimal mungkin untuk melakukan kegiatan pencarian suspek dan ternotif selama satu tahun ini.  Ia juga memiliki haraoan bahwa Dinas Kesehatan Banyuasin dapat optimal dalam memberikan dukungan baik secara fasilitas maupun  gagasan. “Kami berharap dari Dinkes Banyuasin dalam hal ini Wasor TB untuk bisa memberikan saran dan strategi untuk meningkatkan capaian agar TBC dapat segera tereliminasi di wilayah kita,” ungkap beliau.

Sedangkan dalam pemaparan hasil capaian oleh Koordinator Program SSR MSS Banyuasin, Diana Akhirya, S.Pd menyampaikan bahwa saat ini Banyuasin menduduki target terbanyak kedua se-Provinsi Sumatera Selatan. “Untuk suspek sendiri kita sudah melebihi target tahun ini, namun dari suspek tersebut baru 64% yang ternotifikasi dari target,” jelas Diana. Diana juga menambahkan bahwa Banyuasin sendiri memiliki pasien TBC RO (TBC Resisten Obat) sebanyak 16 orang yang terbagi di dua Rumah Sakit,  8 orang di RSUD Banyuasin dan 8 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

                                                                        Proses Diskusi Rapat Koordinasi di Kantor MSS Banyuasin

Pada kesempatan yang sama, Wasor TB Dinkes Banyuasin, Yuliati, M.Kes menyampaikan bahwa capaian di SITB (Sistem Informasi Tuberkulosis) sendiri sudah hampir 90% yang ternotifikasi untuk tahun ini. Yuliati pun menegaskan bahwa kerjasama dan koordinasi harus terus di kembangkan agar penginputan data dapat diimplementasikan dengan maksimal. “Dalam pencapaian tersebut kami mohon untuk petugas TB Puskesmas dan Tim MSS bekerja sama dalam proses penginputan untuk yang belum terinput, agar semua data dapat terekam dengan baik dan berkontribusi pada angka capaian kita,” tuturnya.

Ia juga menekankan kepada Pengelola TB bahwa mereka harus mempunyai strategi untuk melakukan pencarian suspek dari awal tahun agar target yang sudah ada dapat tercapai. Sedangkan untuk pendampingan TB RO, ia berharap agar SSR MSS Banyuasin dapat lebih selektif dalam melakukan pendampingan.


Penulis: Yari Romadhon Wiranto

Editor: Winda Eka Pahla

Bersama Komunitas SSR PKBI Kota Yogyakarta, Mari Wujudukan Indonesia Eliminasi TBC 2030

Kegiatan Konferensi Pers Pernyataan Bersama Upaya Kolaborasi Penanggulangan Tuberkulosis

Tuberkulosis dinyatakan oleh World Health Organization [WHO] sebagai salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia. Terlebih lagi dalam Global TBC Report dari WHO yang diterbitkan pada 27 Oktober 2022 disebutkan Indonesia kembali naik peringat dua dengan estimasi beban TBC terbanyak di dunia setelah India. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus TBC [satu orang setiap 33 detik]. Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak 824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk, yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang menderita TBC. Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta per 6 Desember 2022 ditemukan 1.143 kasus TBC semua tipe.

Sebagai salah satu upaya eliminasi TBC diperlukan kolaborasi multi pihak baik dari pemerintah, pemangku kebijakan dan komunitas penanggulangan TBC di Kota Yogyakarta.

PKBI Kota Yogyakarta sejak April 2021 menjadi salah satu Sub-sub Recipient [SSR] penerima dana hibah Global Fund dibawah Sub Recipient [SR] Siklus Indonesia dan Principle Recipient [PR] Konsorsium Komunitas Penabulu STPI. SSR PKBI Kota Yogyakarta berperan dalam penaggulangan TBC berbasis komunitas di Kota Yogyakarta dengan melakukan peran TOSS TBC yaitu dalam penemuan kasus TBC melalui kegiatan Investigasi Kontak Rumah Tangga [IK RT] atau tracing kontak erat dan serumah, Investigasi Kontak Non Rumah Tangga [IK Non RT] dalam bentuk sosialisasi dan skrinning TBC ke masyarakat, edukasi pemberian Terapi Pencegahan TBC [TPT] balita kontak serumah, pendampingan pasien TBC Resisten Obat [RO] dan pelacakan pasien TBC Sensitif Obat  [SO] dalam implementasi District Private Public Mix [DPPM], pengantaran spesimen dahak, dsb. Area intervensi SSR PKBI Kota Yogyakarta adalah 100% dari 18 puskesmas di Kota Yogyakarta meliputi Umbulharjo, Kotagede, Mergangsan, Gondokusuman, Pakualaman, Mantrijeron, Wirobrajan, Kraton, Gondomanan, Gondokusuman, Tegalrejo, Jetis dan kader yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 58 orang.

Investigasi kontak RT oleh kader SSR PKBI Kota Yogyakarta pada Januari-November 2022 terlaksana sebanyak 372 untuk indeks kasus terkonfirmasi TBC bakteorologis dan TBC anak. Pelaksanaan IK tersebut berdasarkan indeks yang diterima dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sejumlah 702 indeks. Dari 372 IK RT yang terlaksana ada 8033 kontak yang di skrinning, 783 yang memenuhi syarat rujuk, 710 yang berhasil dirujuk, 670 yang melakukan tes dengan hasil negatif [339 pemeriksaan rontgen, 98 pemeriksaan TBC anak, 233 pemeriksaan TCM] dan 40 dengan hasil tes positif [21 pemeriksaan rontgen, 5 pemeriksaan TBC anak, 14 pemeriksaan TCM]

Investigasi kontak Non RT berupa penyuluhan dan skrining TBC di Kota Yogyakarta Januari-November 2022 dilaksanakan 64 Kali dengan 1344 kontak yang di skrinning, 340 yang berhasil dirujuk, 302 diperiksa dengan hasil negatif [57 pemeriksaan rontgen, 76 pemeriksaan TBC anak, 169 pemeriksaan TCM] dan 38 dengan hasil tes positif [13 pemeriksaan rontgen, 4 pemeriksaan TBC anak, 21 pemeriksaan TCM]

Tantangan bagi kami adalah dalam merujuk balita kontak serumah dengan pasien TBC Baktereologis untuk diberikan TPT. Selain pada balita TPT diberikan pada orang dengan Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Hasil studi menunjukan sekitar 5-10% orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TBC aktif, biasanya terjadi dalam 5 tahun sejak pertama kali terinfeksi.  Risiko penyakit TBC pada ODHA, anak kontak serumah dengan pasien TBC terkonfirmasi TBC bakteorologis dan kelompok beresiko lainnya dapat dikurangi dengan pemberian TPT. Dengan pemberian TPT dapat mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60% sampai 90%. Selain itu pemberian TPT pada ODHA dapat memberikan perlindungan hingga lebih dari 5 tahun. Pemberian TPT ini bukan kegiatan yang berdiri sendiri, tetapi diimplementasikan secara komprehensif di layanan TBC dan sistem kesehatan. Harapannya kedepan kita semuanya semakin memahami pentingnya TPT dan dapat diberikan dengan lancar untuk terwujudnya Eliminasi TBC.

Tuberkulosis dapat dicegah dengan beberapa cara, diantaranya adalah semua pasien TBC dan kontak erat menggunakan masker dan membuang masker dengan tepat, melakukan skrinning kesehatan apabila ada yang batuk berdahak lebih dari 2 minggu, berkeringat di malam hari dan kontak serumah ataupun kontak erat dengan pasien TBC, menerapkan perilaku hidup sehat dengan menjaga kebersihan serta memastikan ventilasi udara yang baik agar terkena paparan sinar matahari.

SSR PKBI Kota Yogyakarta berharap masyarakat dapat memberikan dukungan terhadap pengobatan TBC. Stigma pada pasien TBC juga masih cukup tinggi, sehingga masih banyak masyarakat enggan memeriksakan diri. Padahal dengan keterbukaan terkait kondisi kesehatan dapat segera ditangani dan menurunkan penularan lebih cepat.

Untuk saling berkolaborasi dalam eliminasi TBC, SSR PKBI Kota Yogyakarta juga bekerjasama dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan rujukan tingkat lanjut baik pemerintah maupun swasta serta secara rutin mengadakan kegiatan bersama untuk terus meningkatkan peran dalam eliminasi TBC.