Skip to content

Peningkatan Penemuan Kasus TBC melalui Inovasi Gerakan Komunitas (JABAT TB, TEMAN TB DAN TB WARRIOR) di Sidoarjo

unnamed

Proses eliminasi Tuberkulosis (TBC) merupakan hal yang membutuhkan komitmen tinggi. Dalam prosesnya, pemikiran yang kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk menentukan langkah dalam pengambilan kebijakan atau pembuatan program baru demi melakukan eliminasi TBC.  Kurangnya pemahaman mengenai tanda dan gejala, serta pengobatan tuberkulosis juga menyebabkan peningkatan stigma di masyarakat terkait TBC semakin meluas. Indonesia dengan budaya sosialnya, sangat beresiko tinggi membentuk stigma yang mampu meningkatkan penundaan diagnostik dan ketidakpatuhan pengobatan TBC untuk pasien. Yang mana hal ini dapat mempengaruhi status mental pasien TBC dan dapat memunculkan gangguan psikosomatik, depresi hingga berujung pada kematian karena tidak patuhnya pada pengobatan.

Melihat situasi tersebut, diperlukan adanya gerakan dari seluruh pemerintah, pemangku kebijakan, komunitas hingga dari lini masyarakat untuk mendukung suksesnya eliminasi TBC di Indonesia. Dalam praktiknya, PR Konsorsium Penabulu-STPI berkomitmen untuk menciptakan sinergi yang baik dengan masyarakat umum yang berperan sebagai kader maupun pendamping pasien. Khususnya di wilayah Sidoarjo, SSR (Sub Sub Recipient) Sidoarjo menciptakan inovasi-inovasi baru sebagai usaha dalam memberdayakan sumber daya dan sebagai usaha untuk meningkatkan angka capaian notifikasi kasus.

Kegiatan JABAT TB di RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra

Pada semester dua tahun 2022 ini, staff program SSR Sidoarjo, Ibu Ayu menyampaikan bahwa dirinya mempunyai banyak strategi untuk mencapai target. “Di periode semester Juli hingga Desember 2022, kami telah dan akan melaksanakan tiga program inovasi SSR Sidoarjo yang terdiri dari JABAT TB, TEMAN TB dan TB Warrior. Kegiatan ini menjadi langkah konkret untuk peningkatan jejaring kemitraan dan perluasan daerah intervensi melalui kunjungan, pengenalan program dan koordinasi penanganan TBC  dengan fasyankes sekitar dan lintas sektoral. Selain itu, capaian notifikasi kasus juga dapat meningkat sembari adanya variasi-variasi program yang sudah dikonsepkan,” tuturnya.

Program yang pertama yaitu JABAT TB. Program ini dicanangkan untuk peningkatan program dalam segi A“Kami mencoba menerapkan program tersebut semenjak bulan September lalu. Program ini ditargetkan dapat menggaet 15 Puskesmas yang belum masuk ke wilayah intervensi, Rumah Sakit yang belum melakukan MoU dengan Komunitas, BAZNAS dan Lembaga sosial lainnya,” jelas beliau. Ibu Ayu juga menambahkan bahwa program yang dikenal dengan JABAT TB ini telah menghasilkan beberapa intervensi wilayah Puskesmas yaitu Puskesmas Urangagung dan Puskesmas Waru 2, Sidoarjo. Selain Puskesmas, program JABAT TB juga menjadikan bertambahnya Rumah Sakit yang bermitra dengan SSR Sidoarjo melalui MoU yaitu RS Mitra Keluarga Pondok Tjandra, Sidoarjo.

Proses Pengisian Kuesioner TEMAN TB oleh Pasien TBC setempat

Selain dalam segi kemitraan, SSR Sidoarjo juga membuat sistem umpan balik atau dikenal dengan nama TEMAN TB (Sistem Penilaian Tuberkulosis) yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dalam pengaplikasian program TBC di wilayah mereka. “TEMAN TB ini merupakan adaptasi dari program CBMF (Community-Based Monitoring and Feedback) yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kita dalam melakukan monitoring pada kegiatan penanggulangan TBC serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan TBC di wilayah Sidoarjo,” tutur Ibu Ayu. TEMAN TB merupakan sistem penilaian tuberkulosis melalui kuesioner yang dapat diisi oleh pasien TBC saat berkunjung di fasyankes. Kuesioner dapat berisi tentang feedback, saran dan keluhan terhadap pelayanan tuberkulosis yang diimplementasikan di wilayah Sidoarjo. Selanjutnya, hasil dari program TEMAN TB akan dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan dan fasyankes terkait untuk merespon dan menindaklanjuti saran dan kritik yang telah diinput oleh pasien melalui TEMAN TB tersebut. Berikut untuk contoh kuesioner TEMAN TB yang diciptakan oleh tim SSR Sidoarjo:

 

Kuesioner TEMAN TB SSR Sidoarjo

Ibu Ayu menjelaskan terkait cara mengoptimalisasikan TEMAN TB.   “Dalam implementasinya, kami akan mengoptimalisasikan TEMAN TB ini dengan penyederhanaan isi kuesioner menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat, melengkapi poin pertanyaan terkait pengetahuan TBC serta tanggapan dan penilaian masyarakat terhadap peran komunitas. Semoga dengan adanya kuisioner ini dapat membantu dalam monitoring dan evaluasi kegiatan kita,” 

Kedepannya, untuk membangun sumber daya yang berintegritas dan berkualitas, Ibu Ayu dan tim juga akan melakukan pengoptimalan pemberdayaan Kader TBC di wilayah Sidoarjo melalui program TB WARRIOR. TB WARRIOR adalah program pemberian apresiasi kepada kader yang berprestasi dalam pelaksanaan program penanggulangan TBC. Pemberian apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk piagam penghargaan kader TBC berprestasi yang ditandatangani oleh SSR dan diketahui oleh Dinas Kesehatan serta pemberian bingkisan. “Kami sangat mengerti bahwa kader merupakan tonggak utama kesuksesan eliminasi TBC. Oleh karena itu, di semester dua ini kami akan berusaha untuk mengapresiasi kerja keras mereka selama ini di lapangan melalui program ini,” ucap Ibu Ayu. Dalam penerapannya, program TB WARRIOR akan di kategorikan menjadi 3 jenis yaitu: a) TB Warrior Investigasi Kontak ; b) TB Warrior Case Finding dan c) TB Warrior Pendampingan Pasien, yang mana kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022 dengan penilaian dilakukan dalam semester 2 tahun 2022. “Kami sudah mensosialisasikan kegiatan ini ke seluruh koordinator kader dan kader pada kegiatan BL 2 tanggal 18 November 2022 dan pada whatsapp grup kader Sidoarjo dan penganugerahannya akan kami laksanakan pada akhir Desember 2022 bertepatan dengan kegiatan Pers Conferences DPPM,” tambah Ibu Ayu. 

Dengan variasi program yang dilakukan tersebut, SSR Sidoarjo berhasil menunjukkan grafik notifikasi kasus yang meningkat dari semester sebelumnya. Terdapat 73 angka notifikasi kasus yang SSR Sidoarjo raih per bulan November 2022 di semester dua tahun 2022 ini.  Yang mana, angka tersebut juga akan terus meningkat dengan adanya implementasi program yang sudah SSR Sidoarjo rencanakan.

Di akhir pembicaraan, Ibu Ayu menyampaikan harapannya bahwa semoga program-program yang telah dibuat oleh ia dan tim nya dapat meningkatkan angka notifikasi kasus TBC di wilayahnya. “Kami berharap semoga kegiatan dan inovasi yang kami buat ini dapat berimbas baik pada angka capaian ya, karena itu target utama kita. Dan semoga setelah banyak hal baik yang di petik dari program ini, dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk SR ataupun SSR yang hendak membuat program yang sama,” tutup beliau.


Penulis: Winda Eka Pahla

Bagikan Artikel

Cermati Juga