Permintaan Penawaran Lelang Masker N95

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI adalah organisasi non laba penerima hibah dari Global Fund untuk program Eliminasi TB di Indonesia. Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkedudukan di Jakarta Selatan dan memiliki wilayah kerja di 30 provinsi dan 190 kabupaten – kota di Indonesia.

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mempunyai target dalam pelaksanaan program Eliminasi TB yaitu untuk menurunkan pasien TB di Indonesia. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah :

Pengadaan masker N95 sebagai sarana pendukung program pendampingan pasien TBC RO oleh Manajer Kasus dan Pasien Suporter/Pasien Educator TBC RO di RS PMDT).

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dengan ini mengundang anda untuk memberikan penawaran harga Masker N95.

Tujuan

  1. Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI akan melaksanakan Undangan Lelang Masker N9
  2. Pengadaan Masker N95 sebagai sarana pendukung program pendampingan pasien TBC RO oleh Manajer Kasus dan Pasien Suporter/Pasien Educator.

Ringkasan Lingkup Lelang

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mencari penyedia barang / jasa yang berpengalaman dalam penyediaan Masker N95.

Spesifikasi dan standart kualitas:

*Mohon sertakan leaflet/brosur produk yang ditawarkan

Tempat Pengiriman, Syarat dan Ketentuan

Masker sesuai uraian diatas harus diselesaikan dalam jangka waktu 42 hari kalender setelah penandatanganan kontrak.

Dengan lokasi distribusi ada di bagian lampiran dokumen ini.

Ketentuan Pelaksanaan

Persyaratan administratif peminat tender dapat dilihat pada Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan Dokumen Lelang (RKS). Silahkan unduh Kerangka Acuan Kegiatan, Data Alamat Distribusi Masker dan Dokumen Lelang (RKS) dibawah ini :

Beburu Kasus TBC Baru, Yamali TB Latih dan Gerakkan Volunteer dari Kalangan Milenial

Seorang Volunteer TB sedang menyuluh kepada puluhan pelajar di salah satu sekolah di Makassar

MAKASSAR– Yamali TB Sulsel terus bergerak menggalang dukungan masyarakat dalam penemuan dan pendampingan kasus Tuberkulosis (TBC). Upaya tersebut terus dilakukan untuk dapat menekan angka kasus TBC di Sulawesi Selatan khususnya di kota Makassar yang dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami kenaikan.

Terbaru, melalui Milenial Yamali TB mengadakan training singkat dan peningkatan kapasitas volunteer TB yang berasal dari kalangan muda. Kegiatan pelatihan sendiri digelar di sekretariat Yamali TB, Jl. Cemara No. 2, belum lama ini. Satu pekan terakhir para volunteer ini pun telah aktif melakukan kegiatan di sejumlah titik di kota Daeng, Makassar.

Milenial Yamali TB, Muh Fajar Pahrir menuturkan bahwa pengadaan volunteer menjadi bagian dari upaya penggalangan lebih banyak pihak untuk mewujudkan eliminasi TBC. “Kalau selama ini kita banyak aktif di masyarakat dan puskesmas melalui kader-kader dari kalangan ibu rumah tangga. Kita hendak juga mengajak kalangan muda-mudi untuk ambil bagian sebagai volunteer yang menyasar sebayanya serta mengawal kasus TB yang ada di sektor swasta melalui strategi Public Private Mix (PPM),” pungkasnya.

Sementara itu, Manager SR Yamali TB, Wahriyadi menjelaskan peran penting pemuda khususnya dari kalangan milenial untuk terlibat dalam program TBC atau minimal tahu tentang penyakit menular dan berbaya itu. Menurutnya, kasus TBC saat ini banyak menyerang usia produktif baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan gabungan antara banyak hal. Ia menyebut anak muda saat ini kurang memperhatikan pola hidup sehat, banyak begadang, merokok, dan tidak memerhatikan asupan makanan yang sehat dan bergizi.

“Jadi kita tidak bisa lagi menggangap bahwa TBC itu penyakit orang tua, sebab ia bisa menular ke siapa saja tanpa pandang usia. Bisa saja kita terluar di tongkorongan atau di mana saja. Untuk itu sosialisasi untuk mengetahui gejala dan pencegahannya selalu sangat penting dilakukan,” tambahnya.

Yamali TB Sulsel sebagai pelaksana program TB Komunitas di Sulsel memang terus berupaya melakukan banyak cara dalam upaya penemuan kasus baru TBC di Sulsel, mengingat bahwa dari 31022 estimasi kasus TB di Sulsel, tercatat baru sebanyak 14808 kasus atau yang ternotifikasi yang jika dipersentasekan hanya 47,73%. Artinya, masih ada sekitar 53% yang tidak diketahui keberadaaanya di tengah ancaman penularan yang juga besar.