SR Yamali TB Inisiasi Pembentukan Tim Pelacak Kasus LTFU, Libatkan Tokoh Agama dan Masyarakat

SR Yamali TB bersama Dinkes Makassar dan Petugas beberapa PMDT se-Makassar

MAKASSAR– Yamali TB meginisisasi pembentukan tim pelacakan kasus Lost to follow up (LTFU) TBC Resisten Obat. Pembentukan tim pelacak tersebut sebagai respon atas beberapa kasus pasien TBC RO yang LTFU dan enggan untuk berobat kembali serta target zero LTFU TBC RO di Sulsel.

“Di Sulawesi Selatan, khususnya kota Makassar untuk tahun 2021 lalu ada 4 kasus pasien LTFU dampingan Pasien Supporter SR Yamali TB. Sebagai upaya para pendamping atau PS telah melakukan pelcakan, 1 orang pasien berhasil kembali melanjutkan pengobatan, sementara 2 pasien menolak dengan alasan tidak kuat lagi, serta 1 pasien hilang kontak dan tak lagi dapat ditemui. Hal ini barang tentu suatu persoalan yang perlu kita pecahkan,” ungkap Koordinator PMEL SR Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi, pada rapat koordinasi semeseter dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar serta petugas PMDT kota Makassar, kamis, 23 Juni 2022.

Kasri menegaskan perlunya strategi dan peran bersama lintas pihak untuk menanganinya, dan salah satunya membentuk tim pelacak yang bukan hanya dari unsur PS dan MK, tetapi juga unsur lain baik itu kader, petugas puskesmas, hingga tokoh masyarakat dan tokoh agama yang berpengaruh bagi pasien. Tak hanya di kota Makassar, tapi juga di 8 kabupaten wilayah kerja SR Yamali TB seperti Maros, Gowa, Jeneponto, Bulukumba, Bone, Wajo, Sidrap, dan Pinrang.

Wasor TB Dinas Kesehatan kota Makassar, Sierli Natar menimpali bahwa dari pihak layanan hal tersebut memang telah menjadi tupoksinya. Karenanya khusus untuk kasus LTFU di kota Makassar, ia sangat menyambut baik jika komunitas dalam hal ini Yamali TB dapat mempelopori tim tersebut. “Silahkan, kita tentu sangat mendukung, apalagi kalau ini dilakukan sama-sama,” terangnya.

Ifah, Seorang PS saat menjalankan perannya melakukan pendampingan dengan mengunjungi rumah pasien TBC-RO dalam rangka memberikan support dan motivasi

Sementara itu, Manager SR Yamali TB, Wahriyadi menjelaskan bahwa penanganan kasus LTFU ini menjadi bagian penting dari program TB Komunitas. Harapannya, kata dia, angka kasus LTFU semakin berkurang bahkan zero atau nol kasus sesegara mungkin. Untuk itu, tambahnya, selain fokus penanganan kasus LTFU, ia juga meminta agar Manager Kasus dan Pasien Suppoerter menguatkan pendampingan. “Kita juga berharap kerjasama untuk koordinasi yang baik dengan pihak petugas layanan, tentu jika kita sama-sama persoalan ini bisa kita entaskan,” pungkasnya.

SR Yamali TB Sulsel saat ini sedang mendampingi 248 pasien TBC RO. Pendampingan dari sisi psikososial itu diimplementasikan dengan melibatkan 20 pasien Supporter serta 8 Manager Kasus di 9 rumas sakit layanan TBC RO atau PMDT se-Sulsel.

Eliminasi TBC Di Provinsi Banten, SR Konsorsium Penabulu STPI Tanda Tangani Kesepakatan Bersama Dengan Dinas Kesehatan

Penabulu-STPI dan Dinas Kesehatan Banten melakukan Penandatanganan Kesepakatan

Tangerangupdate.com (21/06/2022) | Kota Serang — Sub Recipient (SR) Konsorsium Penabulu-STPI Provinsi Banten menandatangani Kesepakatan bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Banten program pencegahan dan penanggulangan tuberculosis (TBC) di wilayah Provinsi Banten.

Kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Banten tersebut menyepakati 5 poin yang mana kesepakatan ini dalam rangka melibatkan organisasi masyarakat dalam Komunitas, dalam rangka eliminasi TB di Provinsi Banten.

“Sub Recipient (SR) Konsorsium Penabulu-STPI Provinsi Banten adalah Pelaksana dana hibah Global Fund Indonesia program Eliminasi TB Konsorsium Komunitas Penabulu – STPI” Ungkap Subhan Programer SR Banten kepada Kantor Berita Tangerangupdate.com, Selasa (21/06).

Ditambahkannya Peran Organisasi Masyarakat Sipil mendapatkan porsi yang cukup signifikan, terutama dalam hal promotif, preventif, dan rehabilitatif serta mengembangkan berbagai penelitian, melakukan inovasi-inovasi, advokasi dan meningkatkan peran semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung guna mendukung percepatan upaya eliminasi TBC di tahun 2030.

“Landasan kita sebagai Komunitas dalam membantu eliminasi TBC di Provinsi Banten adalah Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 tentang penanggulangan TBC, Intruksi Gubernur Provinsi Banten nomor 2 tahun 2018 tentang Gerakan Banten Eliminasi eliminasi TBC, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang penanggulangan Tuberkulosis”

Lalu lanjutnya “Kesepakatan Bersama antara Dinas Kesehatan Provinsi Banten dengan Konsorsium Komunitas Panabulu-STPI Provinsi Banten tentan program pencegahan dan penanggulangan TBC di wilayah provinsi banten oleh komunitas” Tandasnya

Kegiatan tersebut dihadir juga kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit ibu dr, Rr Sulestiorini, kepala seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular ibu drg. Nenden Diana Rose, MRS, Tekhnical Officer DPPM Dinkes Banten, Tim RO Dinkes Banten, Tim enabler Dinkes Banten.

Kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, Ibu dr, Rr Sulestiorini menyambut baik kerjasama tersebut “tentu dinas (Dinas Kesehatan Banten-Red) tidak bisa sendiri melakukan kegiatan eliminasi TBC, kita butuh kawan-kawan seperti Penabulu STPI” Ucapnya.

Permintaan Penawaran Lelang Masker N95

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI adalah organisasi non laba penerima hibah dari Global Fund untuk program Eliminasi TB di Indonesia. Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkedudukan di Jakarta Selatan dan memiliki wilayah kerja di 30 provinsi dan 190 kabupaten – kota di Indonesia.

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mempunyai target dalam pelaksanaan program Eliminasi TB yaitu untuk menurunkan pasien TB di Indonesia. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah :

Pengadaan masker N95 sebagai sarana pendukung program pendampingan pasien TBC RO oleh Manajer Kasus dan Pasien Suporter/Pasien Educator TBC RO di RS PMDT).

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dengan ini mengundang anda untuk memberikan penawaran harga Masker N95.

Tujuan

  1. Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI akan melaksanakan Undangan Lelang Masker N9
  2. Pengadaan Masker N95 sebagai sarana pendukung program pendampingan pasien TBC RO oleh Manajer Kasus dan Pasien Suporter/Pasien Educator.

Ringkasan Lingkup Lelang

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mencari penyedia barang / jasa yang berpengalaman dalam penyediaan Masker N95.

Spesifikasi dan standart kualitas:

*Mohon sertakan leaflet/brosur produk yang ditawarkan

Tempat Pengiriman, Syarat dan Ketentuan

Masker sesuai uraian diatas harus diselesaikan dalam jangka waktu 42 hari kalender setelah penandatanganan kontrak.

Dengan lokasi distribusi ada di bagian lampiran dokumen ini.

Ketentuan Pelaksanaan

Persyaratan administratif peminat tender dapat dilihat pada Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan Dokumen Lelang (RKS). Silahkan unduh Kerangka Acuan Kegiatan, Data Alamat Distribusi Masker dan Dokumen Lelang (RKS) dibawah ini :

Beburu Kasus TBC Baru, Yamali TB Latih dan Gerakkan Volunteer dari Kalangan Milenial

Seorang Volunteer TB sedang menyuluh kepada puluhan pelajar di salah satu sekolah di Makassar

MAKASSAR– Yamali TB Sulsel terus bergerak menggalang dukungan masyarakat dalam penemuan dan pendampingan kasus Tuberkulosis (TBC). Upaya tersebut terus dilakukan untuk dapat menekan angka kasus TBC di Sulawesi Selatan khususnya di kota Makassar yang dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami kenaikan.

Terbaru, melalui Milenial Yamali TB mengadakan training singkat dan peningkatan kapasitas volunteer TB yang berasal dari kalangan muda. Kegiatan pelatihan sendiri digelar di sekretariat Yamali TB, Jl. Cemara No. 2, belum lama ini. Satu pekan terakhir para volunteer ini pun telah aktif melakukan kegiatan di sejumlah titik di kota Daeng, Makassar.

Milenial Yamali TB, Muh Fajar Pahrir menuturkan bahwa pengadaan volunteer menjadi bagian dari upaya penggalangan lebih banyak pihak untuk mewujudkan eliminasi TBC. “Kalau selama ini kita banyak aktif di masyarakat dan puskesmas melalui kader-kader dari kalangan ibu rumah tangga. Kita hendak juga mengajak kalangan muda-mudi untuk ambil bagian sebagai volunteer yang menyasar sebayanya serta mengawal kasus TB yang ada di sektor swasta melalui strategi Public Private Mix (PPM),” pungkasnya.

Sementara itu, Manager SR Yamali TB, Wahriyadi menjelaskan peran penting pemuda khususnya dari kalangan milenial untuk terlibat dalam program TBC atau minimal tahu tentang penyakit menular dan berbaya itu. Menurutnya, kasus TBC saat ini banyak menyerang usia produktif baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan gabungan antara banyak hal. Ia menyebut anak muda saat ini kurang memperhatikan pola hidup sehat, banyak begadang, merokok, dan tidak memerhatikan asupan makanan yang sehat dan bergizi.

“Jadi kita tidak bisa lagi menggangap bahwa TBC itu penyakit orang tua, sebab ia bisa menular ke siapa saja tanpa pandang usia. Bisa saja kita terluar di tongkorongan atau di mana saja. Untuk itu sosialisasi untuk mengetahui gejala dan pencegahannya selalu sangat penting dilakukan,” tambahnya.

Yamali TB Sulsel sebagai pelaksana program TB Komunitas di Sulsel memang terus berupaya melakukan banyak cara dalam upaya penemuan kasus baru TBC di Sulsel, mengingat bahwa dari 31022 estimasi kasus TB di Sulsel, tercatat baru sebanyak 14808 kasus atau yang ternotifikasi yang jika dipersentasekan hanya 47,73%. Artinya, masih ada sekitar 53% yang tidak diketahui keberadaaanya di tengah ancaman penularan yang juga besar.

SSR Yamali TB Gowa Programkan Daging Qurban Bagi Pasien TBC

Kamaruddin (kanan) saat memberikan daging qurban kepada keluarga pasien TBC, pada Idul Qurban 2021 tahun lalu. Tahun ini Program yang sama kembali akan dilakukan.

GOWA– Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Kabupaten Gowa, kembali mengadakan program daging qurban pasien TBC. Program ini diperuntukkan sebagai asupan gizi tambahan bagi pasien TBC dampingan kader TB Komunitas guna mendukung tingkat kesembuhan.

Staff Program SSR Yamali TB Kabupaten Gowa, Kamaruddin menuturkan bahwa program ini adalah program tahunan yang ia lakukan untuk memanfaatkan momentum idul adha atau idul qurban. “Sudah berlangsung sejak tahun 2014 yang dinisiasi oleh Aisyiyah dan KMP TB serta Yamali TB, alhamdulillah tetap berjalan setiap tahun hingga sekarang,” ucapnya saat dijumpai di kantor Yamali TB Gowa di Pallangga, Sabtu, 18 Mei 2022.

Dalam perjalanannya, Kamaruddin melanjutkan, bahwa program ini sangat disambut baik oleh banyak pihak dari kader hingga para donatur karena peruntukannya. Adapun bagi pasien TBC, ini menjadi motivasi tambahan bagi mereka agar rajin berobat demi kesembuhannya.

Khusus untuk menyambut hari qurban tahun 2022 ini, Kamaruddin melaporkan bahwa ia telah membuka pendaftaran bagi pihak atau individu yang mau mendaftarakan diri dalam program qurban bagi pasien. Sebanyak 60 hingga 70 pasien yang menjadi target penerima untuk tahun ini.

“Kita sudah buka sejak pekan lalu, dan hingga hari ini sudah ada dua ekor sapi dari 10 ekor sapi yang kami targetkan. Daftar itu berasal dari unsur Dinkes Gowa, Kader-kader, PPNI, PPDI, hingga pelaku usaha di Gowa. Kami masih membuka pendaftaran hingga sebelum hari raya,” tambahnya.

SR Manager Yamali TB, Wahriyadi saat menyalurkan daging qurban dan bantuan beras kepada keluarga pasien TBC di Gowa.

Ia juga menyatakan bahwa pihaknya tidak membatasi pihak yang hendak menyalurkan qurbannya dalam program ini. Untuk itu, bagi masyarakat yang terketuk hatinya mengikuti program berbagi daging qurban untuk pasien TBC, dapat mengirimkan donasinya dengan mengubunginya langsung di nomor telepon dan whatsapp 085255139052.

KMP TB Kahu Rancang Desa Bebas TBC

KMP TB di Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone

BONE– Kelompok Masyarakat Peduli Tuberkolosis (KMP-TB) Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone merancang pembentukan Desa peduli TBC. Rancangan itu tertuang dalam lembar program kerja yang disusun dalam pertemuan peningkatan kapasitas KMP TB, di Aula Puskesmas Kahu, belum lama ini.

Ketua KMP TB Kahu, Ahmad Zailan menuturkan bahwa rancangan pembentukan desa bebas TBC ini merupakan satu ikhtiar untuk meningkatakan penemuan kasus baru dan upaya eliminasi TBC khususnya di Kecematan Kahu, Bone.

“Hal ini didasari oleh usulan dan dorongan yang massif dari pengurus KMP-TB itu sendiri maupun dari pihak Yamali TB, pekerjaan ini memang berat dan butuh waktu mengingat struktur aparat pemerintahan desa harus membuka diri untuk bekerja sama, maka ada proses lobi dan negosiasi kedepannya untuk kita wujudkan program ini,” ungkapnya.

Kegiatan yang dihadiri langsung oleh Kasri Riswadi selaku Koordinator Program dan MEL SR Yamali-TB Sulsel. Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya strategi pengawalan dan pendampingan kasus TBC di Kecamatan Kahu melalui ragam model kegiatan yang relevan dan kekinian, seperti kampanye di media sosial, gerakan fundraising, kolaborasi instansi, dan penyuluhan.

“Saya kira pembentukan Desa bebas TBC adalah satu langkah awal yang baik, semoga dapat terealisasi sehingga hal yang sama dapat juga dilakukan di desa sekitarnya,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Kahu, H.A Masrura Skm, M.Kes., mengaku sangat menyambut baik apa yang direncanakan KMP TB dan Yamali TB. Dari sisi layanan, pihaknya menyatakan kesiapan dan apa saja yang dapat dikontribusikan.

“Kami Kami sangat senang dengan kehadirtan KMP TB ini dan keterlibatan SSR Yamali-TB dalam proses penemuan dan penanganan pasien selama ini, itu sangat membantu dan kami harap kedepannya akan terus berjalan dan kami akan terus mendukung,” ungkapnya.

Ia menyambung, bahwa penanganan khusus kasus TB di Kecamatan Kahu untuk penemuan kasusnya, suspek TB tahun ini sangat meningkat dibanding tahun lalu, hal itu tidak terlepas dari kehadiran kader-kader yang aktif di masyarakat.

“Target di PKM Kahu dengan jumlah penduduk 18 ribu lebih, suspek ada 378 orang sedangkan untuk penderita sebanyak 70 orang, yang penting bagi pihak yamali-TB kedepannya adalah teknik pengambilan dahak bagi pasien, karena jumlah kasus suspek yang ditemukan kurang yang positif setelah dilakukan tes dahak, yang seharusnya 10 orang suspek, terdapat 1 orang yang positif, sedangkan yang ditemukan pihak yamali masih kurang, harapannya ada teknik khusus seperti misalnya pasien disuruh berlari-lari kecil sebelum diambil dahaknya,” tutupnya.

Strategi Jemput Bola Temukan TBC : Kolaborasi Kader dan Puskesmas dalam Investigasi Kontak SR Jambi

Sudah kita ketahui bersama bahwa Indonesia hingga saat ini menduduki peringkat tertinggi ketiga dengan beban Tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia setelah India dan China. Hal tersebut pun divalidasi oleh Kementerian Kesehatan Indonesia yang menyatakan bahwa dari estimasi 824 ribu pasien TBC di Indonesia Baru 49% yang ditemukan dan diobati sehingga terdapat sebanyak 500 ribuan orang yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan. Sehingga dengan latar belakang tersebut, sangat diperlukan upaya melakukan penemuan kasus secepat mungkin serta pemberian pengobatan secara tuntas sampai sembuh untuk memutus rantai memutuskan penularan TBC. 

Salah satu upaya yang dapat mendukung upaya tersebut adalah dengan mengimplementasikan pelacakan atau investigasi kontak. Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada individu untuk menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosa TBC, akan diberikan pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. 

Dalam penerapannya, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI melaksanakan tugas tersebut dengan menggandeng relawan kesehatan komunitas populasi kunci yaitu kader yang tersebar di 30 provinsi dan 190 kabupaten/kota salah satunya di Jambi. Jambi sendiri pada umumnya memiliki masyarakat yang sudah mulai mengetahui keberadaan komunitas dan paham mengenai pengetahuan TBC. “Saat ini masyarakat Jambi cukup memahami keberadaan kami sebagai aktivis TBC setelah perjuangan kami memberikan edukasi dan pengetahuan tentang TBC di tahun sebelumnya yang cukup sulit dikarenakan adanya pandemi COVID-19,” ucap Dandy selaku Program Koordinator Sub Recipient (SR) Jambi. 

Meskipun begitu, pencapaian tersebut tidak membuat SR Jambi lengah. SR Jambi meneruskan upaya eliminasi TBC dengan membangun jejaring yang efektif di kota Jambi. “Kami sadar bahwa eliminasi TBC tidak bisa dikerjakan sendiri dan harus diselesaikan secara bersama dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Komunitas HIV, Komunitas Masyarakat Peduli TBC, dan Komunitas yang terhubung lainnya,” ucap Dandy. 

Tak hanya kerjasama dengan multi stakeholder, SR Jambi melanjutkan perjuangan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui kegiatan Investigasi Kontak. Investigasi Kontak dilakukan oleh kader secara berulang kepada masyarakat agar mereka dapat menerima dan mencerna secara baik tentang kehadiran komunitas dan manfaat dari memahami TBC. Pendekatan pun juga kerap dilakukan oleh para kader dengan berkunjung ke rumah indeks dan mendekatkan diri kepada kontak erat dan membujuk secara perlahan agar berkenan melakukan pemeriksaan. Tentunya bukan hal yang mudah mengingat bahwa stigma masyarakat terkait penyakit TBC  masih banyak. Namun hal tersebut tidak menjadi kendala yang berarti bagi SR Jambi untuk melaksanakan Investigasi Kontak terlebih dengan semangat kader yang tak pernah lelah untuk memberikan edukasi dan penemuan kasus di masyarakat.

Kader merupakan komponen yang penting dalam menentukan capaian IK  suatu wilayah, sehingga pemberdayaan kader sangat diperhatikan oleh SR Jambi. “Kami melakukan bonding dengan kader agar mereka terus semangat dengan melakukan pelatihan baik secara teori maupun turun langsung di lapangan,” tambah Dandy. Memberikan reward kepada kader sebagai penghargaan atas kerjanya, melakukan pelatihan secara berkala dengan mengingatkan kembali tentang pentingnya IK dan penemuan kasus terbaru adalah langkah-langkah yang SR Jambi lakukan untuk menumbuhkan motivasi kader. Bahkan, jika pencapaian berhasil, SR Jambi juga mengajak para kader untuk makan bersama.

Selain pemberdayaan kader, SR Jambi juga aktif melakukan follow up terkait dengan data yang masuk di Puskesmas agar dapat terdata dengan baik. “Strategi khusus yang dilakukan SR Jambi kami menyebutkan strategi jemput bola dengan meminta langsung ke Puskesmas melampirkan berita acara pengambilan data Indeks Kasus yang berada di Puskesmas, dikarenakan jika menunggu petugas Puskesmas menginput data ke SITB membutuhkan durasi yang lebih lama,” tandas Dandy. Ia menambahkan bahwa strategi ini terbilang efektif agar data kasus terduga TBC dapat terinput di Sistem Informasi Tuberkulosis Komunitas (SITK) sehingga hasil kasus yang diperoleh kader dapat termonitoring dengan baik oleh komunitas.

Di akhir pembicaraan, sebagai PMEL Coordinator, ia berharap bahwa seluruh SR wilayah dalam naungan PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dapat lebih aktif untuk berkomunikasi kepada Puskesmas agar berita acara pengambilan data indeks kasus dapat terolah dengan baik agar tidak ada data yang telat ataupun terlewat. Ia juga berpesan untuk seluruh aktivis TBC untuk terus bersemangat dalam meneruskan perjuangan agar Indonesia dapat segera bebas dari TBC. 


Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Di Balik Kisah Ibu Musdalifah, Pasien Suporter TBC RO yang Membaktikan Dirinya Untuk Membantu Pasien TBC Sembuh

Ibu Musdalifah merupakan salah satu dari patient  supporter (PS) untuk pasien Tuberkulosis  Resisten Obat (TBC RO) di Makassar, Sulawesi Selatan. Ibu Musdalifah mendedikasikan dirinya sebagai PS semenjak tahun 2018. Berasal dari latar belakang pendidikan Psikologi yang mana mempelajari terkait kegiatan maupun interaksi manusia dalam hubungannya dengan konteks sosial, Ibu Musdalifah mulai tergerak untuk berpartisipasi aktif di dunia sosial salah satunya dengan menjadi pasien supporter TBC RO. “Karena background di fakultas psikologi, jiwa sosial tersebut akhirnya muncul untuk membantu sesama. Terlebih terdapat beberapa tetangga yang mengalami penyakit TBC dan melihat mereka putus asa dan tidak meminum obat, saya kasihan dan terketuk hati untuk membantu mereka,” ucap Bu Musdalifah.

Dalam kesehariannya, Ibu Musdalifah memulai aktivitasnya  hingga siang hari dengan mengajar Bimbingan Konseling di Pondok Pesantren Ummul Mukminin, Sudiang. Setelahnya, Ibu Musdalifah mengunjungi pasien dalam sehari maksimal 5 pasien menggunakan kendaraan bermotor hingga sore sebelum maghrib. “Iya saya sudah menjalankan aktivitas menjadi guru dan PS selama kurang lebih 5 tahun. Walaupun jarak antar rumah pasien ada yang dekat dan cukup jauh, namun semua itu terasa nyaman asalkan dijalankan dengan ikhlas,” sambung beliau.

Pendampingan pasien TBC RO yang Ibu Musdalifah jalankan pun tidak semudah yang dilihat. Panjangnya durasi pengobatan serta efek samping yang diakibatkan dengan adanya penggunaan obat anti TBC (OAT) menjadikan beberapa pasien menyerah dan tidak berkenan untuk melanjutkan pengobatan lagi. “Saya kadang kasihan lihat mereka putus asa. Tapi dengan efek samping yang mereka rasakan saya pun paham dengan rasa sakit yang mereka alami,” tutur Ibu Musdalifah. Namun, hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti. Beliau secara konsisten terus memberikan semangat dan edukasi tidak hanya ke pasien, namun juga ke keluarga dan lingkungan tempat tinggal pasien agar dapat membantu memberikan afirmasi positif kepada pasien tersebut untuk sembuh.

Keluarga yang mendukung profesi Ibu Musdalifah memberikan suntikan semangat yang membuat segala kesulitan yang dihadapi menjadi mudah. Dengan segala resiko yang mungkin terjadi di lapangan, Ibu Musdalifah juga mengaku pasrah dan ikhtiar karena beliau yakin dengan menggunakan masker dan menjalankan protokol kesehatan, Ibu Musdalifah dapat terhindar dari penularan penyakit TBC. Hal tersebut pun terbukti dari kiprah beliau selama 4 tahun mendampingi pasien TBC tanpa tertular. “Yang penting pakai masker dan prokes ketat diterapkan saya akan merasa aman, alhamdulillah saya juga tidak dan semoga jangan sampai tertular untuk kedepannya,” utas beliau. 

Saat ini, Ibu Musdalifah sedang mendampingi 13 pasien TBC RO. Di tahun 2021, Ibu Musdalifah berhasil menemani pasien TBC RO hingga sembuh sebanyak 15 pasien. “Tahun lalu saat pandemi, saya cukup kewalahan karena adanya PPKM sehingga saya hanya mendatangi pasien selama 4 kali dalam satu bulan,” ucap Ibu Musdalifah. Namun hal tersebut tidak membuat beliau menyerah dan terus bersemangat mendampingi pasien minum obat, edukasi seputar penyakit, dampak, serta penularannya. 

Sebagai PS, kebahagiaan yang dirasakan adalah ketika menemukan ada pasien yang sembuh karena pendampingan yang dilakukan. “Saya merasa senang karena saya berhasil bisa membuat pasien sembuh dan tidak mangkir. Ada pasien dengan pengobatan 2020 hingga 2022 baru sembuh dan itu salah satu contoh perjuangan yang cukup panjang dengan kerjasama keluarga dan lingkungan pasien,” tandas beliau.

Untuk kedepannya, Ibu Musdalifah berharap bahwa seluruh PS dapat terus bersemangat untuk mendampingi pasien hingga sembuh. Beliau juga mengatakan bahwa meskipun menjadi PS bukanlah hal yang mudah dilakukan, tetapi selagi melaksanakan tugas dengan baik dan tulus ikhlas, beliau yakin semuanya akan aman dan nyaman untuk dijalani. 


Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga