Kader Yamali Peringati Hari TB se-Dunia dengan Aksi Turun Jalan dan Menyusuri Pasar

MAKASSAR– Terik matahari pagi menjelang siang tak menjadi penghalang bagi puluhan kader TB Komunitas dari Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Sulawesi Selatan untuk turun ke jalan memperingati hari tuberkulosis sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret. Aksi turun ke jalan Kader Yamali TB ini dilakukan dengan edukasi terpadu kepada masyarakat umum pengguna jalan serta pedagang dan pengunjung pasar tradisional Toddopuli kota Makassar.

“Momentum TB Day yang tepat diperingati hari ini kita jadikan sebagai peneguhan komitmen mewujudkan masyarakat yang bebas TBC. Karenanya melalui aksi ini, kita bersosialisasi dengan harapan dapat menjaring kasus baru TBC yang belum tersentuh ke layanan kesehatan,” tutur Program Officier Yamali TB Makassar, Masnidar, S,Km., di sela-sela aksi, Kamis (24/3/2022).

Masnidar menegaskan, peringatan hari TBC ini penting untuk kita lakukan mengingat bahwa angkas kasus TBC masih sangat tinggi dan masih menjadi penyakit menular dengan angka kematian tertinggi. “catatan WHO tahun 2021, Indonesia masih menjadi negara nomor tiga dunia sebagai penyumbang kasus TBC tertinggi dengan estimasi 824.000 jumlah kasus dengan kematian sebanyak 13.100 dan hanya 47% kasus yang terlaporkan dalam setahun. Itu artinya masih banyak kasus tapi belum berobat dan terlaporkan,” tuturnya.

Sementara itu, Koordinator Program Yamali TB Sulsel, Kasri Riswadi, menambahkan bahwa peringatan hari TB tahun ini dilakukan dengan ragam aksi dan kegiatan. Selain aksi turun jalan di Makassar, aksi yang sama serta ragam kegiatan juga dilakukan secara serentak di 8 daerah lainnya seperti Gowa, Jeneponto, Bulukumba, Maros, Wajo, Bone, Pinrang, dan Sidrap.

“TB day berbasis komunitas ini kita konsolidasikan untuk membuat kegiatan secara terpadu sejak 24 Februari hingga 31 Maret ini, sejumlah kegiatan telah dihelat di 9 daerah itu seperti sisir kutu atau penyuluhan dan investigasi kontak kepada 50.000 orang dan merujuk terduga TB sebanyak 10.000 orang,” pungkasnya.

Kasri menambahkan, selain melakukan penjaringan terduga dan kasus baru TBC serta pendampingan pasien, program penanggulangan TBC juga diarahkan pada ranah advokasi untuk memperoleh dukungan publik, dukungan finansial bagi pasien, dukungan psikososial, serta dukungan komitmen politik dari pemangku kepentingan. “TBC masih menjadi persoalan besar saat ini, bahkan penanganannya diklaim mundur 4 tahun dikarenakan pandemi Covid-19, padahal kita semua tahu bahwa TBC ini juga merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian. Peringatan TB day 2022 ini kami ingin jadikan momentum kampanye agar kita semua tahu,” terangnya.

Peringatan hari TB sedunia tahun ini dilakukan oleh sejumlah pihak baik dari pegiat TB di Dinas kesehatan dan layanan, juga oleh kelompok masyarakat dan komunitas. Tema TB Day tahun sendiri adalah “Perkuat dukungan untuk Eliminasi TBC, Selamatkan Jiwa”.

PERDHAKI Sumba Barat Daya dan Kareka Sumba Salurkan Sembako untuk Pasien TBC di Hari TBC Sedunia 2022

“Giat Hari TB Sedunia SSR PERDHAKI Sumba Barat Daya”

Sumba Barat Daya – Nusa Tenggara Timur. Sub-Sub Recipient (SSR) Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki) Program TBC Kabupaten Sumba Barat Daya memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS).

Dalam rangka memperingati HTBS itu, mereka menggandeng Komunitas Relawan Kemanusiaan (Kareka) Sumba menyalurkan bantuan paket Sambako untuk pasien TBC.

Perwakilan dari SSR Perdhaki Program TBC Kabupaten Sumba Barat Daya, Ronald Asto Dadut, menjelaskan tema hari TB sedunia 2022 adalah “Invest to End TB. Save Lives.” atau “investasi untuk menghentikan TB. menyelamatkan nyawa”.

Asto selaku koordinator program SSR PERDHAKI Sumba Barat Daya ini menerangkan tema ini memberikan pesan kepada kita untuk menginvestasikan sumber daya, meningkatkan perjuangan melawan TB dan mencapai komitmen untuk mengakhiri TB yang dibuat oleh para pemimpin global.

Asto menegaskan dengan semangat yang sama dan kerja kolaborasi Kareka Sumba bersama SSR Perdhaki Kabupaten Sumba Barat Daya menggalang open donasi selama bulan Maret 2022 dan terkumpul Dana sebesar Rp. 15.500.000. Dari dana tersebut yang digunakan untuk pengadaan sembako lalu di salurkan kepada pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC.

Setelah dana ini terkumpul dilakukan pengadaan telur 130 Rak dan beras 15 Kg sebanyak 130 Paket.

Telur dan beras ini menjadi paket yang didistribusikan ke 9 Puskesmas di Kabupaten Sumba Barat Daya Wilayah dampingan SSR Perdhaki Program TBC Kabupaten Sumba Barat Daya dibantu oleh pengelola TBC Masing-masing Puskesmas dan kader TBC Perdhaki.

Paket ini dibagikan dalam dua hari yakni Rabu, 23 Maret 2022 kepada pasien di wilayah Puskesmas Waimangura, Weekombak, Tenggaba, Elopada dan Palla. Sedangkan pada Kamis, 24 Maret 2022 Paket disalurkan untuk pasien di wilayah Puskesmas Watukawula, Kori, Kawango Hari dan Bondo Kodi.

Semua pihak yang dengan caranya masing-masing sudah mendukung kegiatan ini. terkhususnya para penyumbang donasi yang mendukung kegiatan ini.

Semoga kerja sama yang baik ini bisa terus dilanjutkan dan kerja kolaborasi ini sebagai wujud kepedulian bersama semua elemen terhadap masalah TBC di Kabupaten Sumba Barat Daya.


Sementara itu Sekretaris komunitas Kareka Sumba, Benya Manulena menyampaikan rasa bangga dan apresiasi yang tinggi karena bisa berkolaborasi dengan Perdhaki. Semoga paket bantuan ini bisa memberikan manfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan, dan bisa membantu mereka dari segi gizi dan nutrisi. Semoga kedepan bisa terus kerja sama untuk Sumba yang lebih baik.

“KAREKA SUMBA”

Kareka merupakan komunitas sosial yang berdiri pada 14 Oktober 2014 yang berbasis kerja relawan yang berada di Pulau Sumba, tepatnya di Waitabula, Sumba Barat Daya, NTT. Komunitas ini berfokus pada isu literasi, sosial, kesehatan dan Pendidikan. Kareka sering melakukan kegiatan-kegiatan sosial di Pulau Sumba dengan berkolaborasi dengan beberapa pihak, baik perorangan, kelompok, lembaga dan perusahan.

Pihak dinas kesehatan setempat juga sangat berterima kasih atas kerja sama ini, paket ini sangat bermanfaat bagi pasien yang sedang menjalani pengobatan TBC di wilayah dampingan Perdhaki TBC. Semoga kegiatan-kegiatan begini terus diadakan setiap tahun.

Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di dunia yang menjadi perhatian serius.

Dalam rangka memberantas penyakit ini, dibutuhkan kerja lintas sektor untuk bergerak bersama dalam mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.

Pendistribusian paket ini, dipimpin langsung oleh Irwan Api, Andrys Rina, Rafael, Rifal dan Ades.

Giat Kota Kupang Menuju Hari Tuberkulosis Sedunia 2022

Kupang – Nusa Tenggara Timur. Menuju Hari TB sedunia 24 Maret 2022, berbagai macam kegiatan dilakukan oleh komunitas sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap proses eliminasi TB di daerah masing-masing. Salah satunya di Kota Kupang, menuju Hari TB Sedunia Tahun 2022 dilaksanakan sebuah kegiatan penyuluhan sekaligus skrining di salah satu sekolah menengah atas di Kota Kupang. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara pihak SMA Seminari St. Rafael Kupang, SR PERDHAKI TB/HIV NTT serta didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Kupang dan dihadiri perwakilan 10 dari 11 Puskesmas yang ada di Kota Kupang sebagai pemateri penyuluhan sekaligus yang akan melakukan skrining terhadap peserta Penyuluhan.

“edukasi”

(Pemberian Materi Pengenalan TB oleh Petugas Puskesmas)

Di dalam materi yang disampaikan kepada para murid dan guru-guru yang menjadi peserta penyuluhan telah disampaikan informasi mengenai penyakit TB, hal ini bertujuan untuk memperluas pemahaman kalangan masyarakat mengenai Penyakit TB, apa saja penyebabnya, apa saja gejalanya , beserta hal – hal yang harus dilakukan ketika memiliki gejala TB.

Dengan adanya penyuluhan ini sebagai bentuk edukasi sekaligus kampanye yang mendukung program eliminasi TB khususnya di Nusa Tenggara Timur.

Akhir dari penyuluhan ini dilakukan skrining TB kepada para peserta penyuluhan yakni Murid beserta Guru SMA Seminari St. Rafael Kupang. Dalam penyuluhan tersebut ditemukan beberapa suspek yang langsung diberikan pot dahak untuk dilakukan pengambilan sputum yang selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan.

(Proses Skrining Dilakukan oleh salah satu petugas Puskesmas)

Semoga dengan adanya penyuluhan ini dapat meningkatkan wawasan masyarakat khususnya para  pemuda serta mau ikut pro aktif dalam menekan angka pertumbuhan kuman TB disekitar dengan cara segera memeriksakan diri apabila memiliki gejala.

 

Gandeng SSR Yamali TB, PPNI Gowa Berbagi 1000 Telur Untuk Pasien TBC

Ketua PPNI Gowa menyerahkan telur secara simbolik kepada Satff Program SSR Yamali TB Kab Gowa. Sebanyak 1000 telur diberikan untuk diditribusikan kepada pasien TB beribat se-Kab Gowa.

GOWA– Dalam hari jadi atau milad Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) ke-48 tingkat Kabupaten Gowa, PPNI membagikan 1000 telur kepada pasien TB yang dipercayakan kepada SSR Yayasan Masyarakat Peduli (Yamali) TB kabupaten Gowa selaku pelaksana program TBC Komunitas dan pendampingan pasien berobat. Penyerahan tersebut dilakukan di sela-sela puncak peringatan milad PPNI Gowa, Ahad, 20 Maret 2022.

Ketua PPNI Gowa Hj. Eliati Paturungi, S.Kep. Ns. M.Kep menyebutkan bahwa sebagai rangkaian Milad PPNI, PPNI Gowa bekerjasama Yamali TB Gowa menyalurkan bantuan asupan gizi berupa telur kepda pasien TBC yang sementara berobat, dengan harapan pasien tersebut termotivasi untuk bisa berobat sampai sembuh.

“Karena pasien TB ini harus mengkonsumsi obat dalam waktu yang lama, sekitar enam bulan sehingga perlu dukungan dari banyak pihak, PPNI sebenarnya telah beberapa kali kerjsama dengan Yamali TB dalam rangka pemberian asupan gizi kepada pasien TB,” jelasnya.

Ketua Yamali TB Gowa, Kamaruddin Samad, menyampaikan apresiasi kepada PPNI Gowa yang selama ini banyak berkontribusi dalam pendampingin asupan gizi pasien TBC. “Insyaa Allah ini akan menjadi motivasi kepada pasien TBC untuk bisa berobat sampai sembuh, kegiatan pemberian telur ini telah lama dilaksanakan yaitu mulai tahun 2013 dan 2016 dalam momen TB Day saat itu bertempat di Kecamatan Pallangga,” katanya.

Kamaruddin menambahkan, bahwa Bupati Gowa telah melouncing program tersebut dengan istilah “Sare Bayao”, dengan harapan semua pihak bisa ikut berpartisipasi untk menjadikan indonesia bebas TBC 2030 khususnya di Kab Gowa.

Cepat Tanggap SR Sulawesi Utara PELKESI Dalam Mengatasi Permasalahan TBC di Sulawesi Utara

Hingga saat ini, Tuberculosis (TBC) masih menjadi permasalahan yang besar dalam dunia kesehatan di Indonesia mengingat angka kasus yang cukup tinggi dan penanganannya yang membutuhkan konsistensi serta komitmen yang tinggi. Di Sulawesi Utara, beberapa akar masalah yang dominan terjadi pada pasien TBC adalah rendahnya tingkat ekonomi pasien yang berpengaruh pada ketaatan pengobatan, kurangnya pemahaman akan TBC serta masih adanya stigmatisasi negatif terhadap penderita TBC. Hal-hal tersebut menjadikan beberapa pasien TBC lebih memilih mangkir dari proses pengobatan yang dapat menyebabkan TBC bisa kambuh kembali, susah diobati karena resisten antibiotik, menular ke orang terdekat, serta menjadikan kondisi lebih buruk dari sebelumnya hingga berujung kematian. 

Dari dimensi pelayanan kesehatan, permasalahan yang dominan terjadi meliputi kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola TBC dan terbatasnya kapasitas pelayanan menjadikan penjangkauan dan pengobatan TBC menjadi sulit. Sedangkan dari perspektif pemerintah, belum adanya support kebijakan Pemerintah Daerah serta masih terbatasnya alokasi anggaran untuk program penanggulangan TBC menjadikan penanggulangan TBC di Sulawesi Utara terhambat.

Selain itu, hingga saat ini, respon masyarakat masih menjadi salah satu hambatan yang berarti karena ketakutan mereka akan adanya skrining covid jika melakukan pemeriksaan di fasyankes. Selain itu, adanya pandemi juga menyebabkan petugas di pelayanan kesehatan menjadi rangkap tugas. Sebagian besar petugas TBC yang ada di Puskesmas terlibat dalam kegiatan vaksinasi dan menjadi petugas skrining untuk TRC (Tim Reaksi Cepat). Hal ini menyebabkan pemeriksaan sputum dan pencatatan formulir TBC, seperti TB 03, TB 05, dan TB 06 di Puskesmas menjadi terhalang.

Masa pandemi juga menyebabkan beberapa kondisi seperti aktivitas pengambilan obat TBC di pelayanan kesehatan mengalami penurunan karena ketakutan pasien TBC untuk datang ke puskesmas. Stigma sosial yang dialami pasien TBC maupun keluarga pasien juga membuat sebagian masyarakat enggan memberikan sputumnya untuk dibawa oleh kader agar di periksa di fasyankes. Tidak semua masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang TBC terutama masyarakat menengah kebawah. Sehingga pelacakan TBC menjadi tidak terkendali karena beberapa kegiatan seperti Investigasi Kontak dan Penyuluhan (IK Non Rumah Tangga) menjadi terhambat karena diberlakukannya PSBB dan PPKM.

Untuk menangani permasalahan diatas, SR (Sub-Recipient) Sulawesi Utara selaku mitra dari PR Konsorsium Penabulu-STPI rutin melakukan rapat internal dengan melakukan diskusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu, SR Sulawesi Utara juga sangat menjaga koordinasi antara SR dan SSR. Koordinasi tersebut diterapkan dengan melakukan monitoring dan evaluasi baik via WA (WhatsApp) grup maupun kunjungan ke masing-masing SSR untuk melihat sejauh mana progres dan pencapaian dari setiap SSR. Selain dengan internal, agar terciptanya support dari pemerintah, SR Sulawesi Utara melakukan koordinasi dengan stakeholder, terkait dalam hal ini Dinkes Provinsi maupun Kabupaten/Kota turut digandeng untuk menjaga pelayanan dari tiap fasyankes demi menunjang penjaringan dan penemuan kasus, investigasi kontak, maupun pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler). Pada beberapa kegiatan, SR PELKESI juga berkoordinasi dengan Kepala Daerah seperti pada kegiatan TB Day yang dilaksanakan setiap 24 Maret setiap tahunnya. Kegiatan lainnya juga berkoordinasi dengan anggota dewan terkait advokasi dalam menyusun roadmap penanggulangan TBC. PELKESI juga berkolaborasi dengan komunitas yang bergerak di bidang sosial lainnya seperti PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), Persaudaraan Korban NAPSA, Yayasan Batamang Plus, Sinode GMIM, BAZNAS (Badan Zakat Nasional) dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

SR PELKESI aktif memotivasi para kader untuk melakukan Investigasi kontak sehingga hasil dari Investigasi Kontak menunjukkan angka yang tinggi khususnya SSR di Manado dikarenakan banyak kader yang melakukan investigasi kontak dari berbagai wilayah kerja puskesmas. Koordinasi dengan petugas puskesmas dalam memberikan indeks di awal bulan juga dilanggengkan demi memberikan waktu yang lebih cepat kepada kader-kader agar menyelesaikan IK tepat waktu. Bilamana ada kader yang tidak melaksanakan investigasi kontak terhadap indeks, maka indeks tersebut akan di investigasi oleh kader lain. Selain itu, sebagian besar kader memiliki latar belakang tokoh masyarakat/tokoh agama sehingga lebih mudah untuk memberikan penjelasan tentang pentingnya memeriksakan diri ke puskesmas. Staff SSR juga mempunyai latar belakang sebagai tenaga kesehatan, sehingga mudah melakukan koordinasi dengan petugas puskesmas.

Hadirnya SR PELKESI dalam eliminasi TBC membuat masyarakat merasa terbantu dengan adanya kader-kader PELKESI yang melakukan investigasi kontak di lingkungan wilayah kerja kader.  “Masyarakat merasa aman karena mereka bisa mendapatkan penyuluhan edukasi kesehatan sehingga membantu masyarakat dengan adanya fasilitas penjemputan sputum, melakukan pendampingan  sebagai PMO (Pengawas Minum Obat) dan memberikan support nutrisi dan dana bagi pasien TB-RO”, ucap Mba Jeinne selaku PMEL Coordinator dari SR PELKESI. Mereka juga saat ini cukup kooperatif untuk memeriksakan diri ke puskesmas dengan didampingi kader PELKESI.

SR PELKESI berharap bahwa seluruh SR dapat terus memperkuat hubungan dengan mitra SSR seperti Dinas Kesehatan Puskesmas serta RS yang ada. Selain itu, pelatihan untuk para kader juga dapat dilaksanakan agar kader lebih cakap dalam hal melakukan edukasi dan penyuluhan serta investigasi kontak, sehingga setiap orang mau memberikan dahaknya untuk diperiksa, dan mereka yang sementara menjalani pengobatan agar dapat menjalani pengobatan sampai selesai dan tidak putus pengobatan. “Jangan berhenti berusaha karena ingatlah pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang mulia dan diberkati karena menemukan/menjaring mereka yang sakit dan mengajak mereka sehingga memperoleh pengobatan agar bisa sembuh dari sakit TBC”, imbuh beliau. 


Cerita ini dikembangkan dari SR Sulawesi Utara

Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Semangat Menjadi Support System untuk Pasien TB-RO

“Support System”

Kupang – NTT, Memotivasi pasien TB-RO untuk tetap fokus dan semangat dalam menjalani pengobatan bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan. Pengobatan TB RO yang harus dijalani dengan 2 Tipe Pengobatan yaitu pengobatan Jangka Pendek ( 9-11 bulan) dan Jangka Panjang (18-24 bulan),  serta jumlah Obat yang dikonsumi pasien TB RO memberikan beban tersendiri bagi pasien TBC.  Bukan hanya itu, obat yang dikonsumsi juga memiliki efek samping yang  berbeda-beda seperti pusing, mual dan muntah yang membuat pasien TB-RO terkadang merasa putus asa dalam menjalani  pengobatan.

Untuk itu, pendampingan pasien selama minum obat sangatlah penting. Karena selama menjalani pengobatan pasien membutuhkan dukungan dan motivasi serta Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Penyakit TBC dan Efek samping Obat.

Dukungan dari keluarga dan orang terdekat juga sangat dibutuhkan bagi pasien TB-RO untuk menjalani pengobatannya. Ada pasien yang tidak ingin lagi melanjutkan pengobatan akibat dari efek obat yang dirasakan  dan merasa stress karena harus minum obat dengan jumlah yang banyak setiap hari. Tidak adanya dukungan dari keluarga dan orang terdekat juga dapat menjadi faktor pasien tersebut merasa berjuang sendiri.

Sejak adanya kerja sama antara SR PERDHAKI TB/HIV NTT dengan RSUD Prof. DR. W. Z. Yohanes, SR PERDHAKI telah menempatkan 2 orang yang ikut membantu dalam memberikan pelayanan dan pendampingan bagi para pasien TB – RO saat melakukan pengobatan di rumah sakit. Mereka adalah Ibu Yustina Killa yang biasa disapa Kak Angel sebagai Manajer Kasus TB RO dan juga Ibu Ramil Tomasui yang biasa disapa Mak Ramil sebagai Pasien Supporter. Kehadiran mereka di rumah sakit memberikan support tersendiri bagi para pasien TB-RO yang melakukan pengobatan. Mereka juga menjadi teman sekaligus keluarga yang siap mendengar keluh kesah mereka selama pengobatan, menjadi penyemangat dalam pengobatan, serta penjadi pemantau setia para pasien dalam proses pengobatan.

“JATUH – BANGUN”

Meyakinkan dan memotivasi para pasien TB-RO bukanlah hal yang mudah , Kak Angel selaku Manajer Kasus menyampaikan “kami tahu bahwa perjuangan pasien TB-RO itu tidak mudah apalagi dengan usia dan jenis kelamin yang berbeda , mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia , dengan karakter yang berbeda juga kami harus siap untuk menghadapi mereka, Kami hanya bisa berusaha untuk terus meyakinkan mereka untuk tetap semangat dalam menyelesaikan pengobatan namun itu semua kembali kepada mereka dengan segala tekanan yang mereka rasakan , mulai dari reaksi obat , tekanan dari keluarga, kurangnya dukungan orang terdekat hingga hilangnya motivasi dari diri sendiri untuk tetap melanjutkan pengobatan, terkadang kami juga tidak sampai hati karena kami melihat sendiri efek samping obat yang mereka rasakan namun kami harus tetap kuat dan sabar untuk terus menyemangati mereka dalam melakukan pengobatan demi kebaikan mereka sendiri dan kebaikan orang-orang terdekat mereka” ucapnya.

100 KM Untuk Tes Cepat Molekuler (TCM) !

SPESIMEN DAHAK

“TES CEPAT MOLEKULER (TCM)”

SPESIMEN DAHAK

Soe – Nusa Tenggara Timur. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) merupakan metode deteksi molekuler berbasis nested real-time PCR. Saat ini, penggunaan TCM menjadi prioritas pemeriksaan diagnosa Tuberculosis (TBC) dibandingkan dengan menggunakan mikroskop. Kelebihan yang dimiliki TCM di antaranya memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi kuman TBC, baik yang sensitive obat maupun yang telah resisten obat. Selain itu, hasil dari pemeriksaan dapat dengan cepat diketahui dalam waktu kurang lebih 2 jam. Namun, tidak di semua daerah dan Puskesmas telah memiliki fasilitas alat TCM untuk melakukan pemeriksaan diagnosa TBC. Seperti di Kabupaten Timor Tengah Selatan, dari 36 Puskesmas yang ada, hanya ada 3 TCM yang ditempatkan pada Puskesmas Niki-Niki, Puskesmas Kualin dan RSUD Kota Soe.

Sub-Sub Recipient (SSR)/Kabupaten TTS sebagai salah satu Kota/Kabupaten yang diintervensi oleh Sub Recipient (SR) PERDHAKI TB/HIV Provinsi Nusa Tenggara Timur, memiliki jarak tempuh yang sangat panjang dan lama antara Puskesmas yang satu dengan yang lain dengan medan yang sangat sulit. Namun kendala ini tidak mematahkan semangat kader-kader di SSR/Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam proses penjaringan dan penanganan TBC di desa/daerah mereka.

Kesulitan masyarakat yang diberikan rujukan oleh kader untuk melakukan pemeriksaan di Puskesmas karena memiliki gejala TBC atau memiliki kontak erat dengan pasien TBC, membuat para kader ikut berpartisipasi untuk langsung terlibat dalam pengantaran sampel/spesimen dahak. Hal ini sangat membantu bagi masyarakat yang tidak dapat pergi ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan secara langsung karena kendala jarak, biaya dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Disini peran kader membantu terduga TBC dengan cara mengambil sampel/spesimen dahak yang ditadah dalam sebuah pot dahak. Lalu, cukup sampel/spesimen dahak tersebut di bawa ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Jika hasil menunjukkan positif atau sakit TBC, terduga TBC datang ke Puskesmas untuk mengambil obat.

PEMERIKSAAN TCM

“JARAK BUKANLAH HAMBATAN”

Satu hal yang patut diapresiasi dari kader-kader disini adalah perjuangan mereka membawa sampel/spesimen dahak ke Puskesmas yang memiliki fasilitas alat pemeriksaan TCM dengan menempuh jarak yang sangat jauh dan medan yang sulit dilewati (kondisi jalan yang rusak) demi mendapatkan hasil pemeriksaan yang maksimal. Mereka menempuh jarak antara desa yang berada pada wilayah kerja Puskesmas Noebeba sampai pada Puskesmas Kualin yang memiliki TCM, dengan kondisi karena pada Puskesmas Noebeba tidak memiliki alat TCM. Tidak tanggung – tanggung, jarak tempuh sepanjang 200 KM (pergi-pulang) ditempuh oleh kader, staff program dan koordinator kader yang ikut berpartisipasi langsung dalam melakukan pengantaran spesimen dahak.

Ketika terduga TBC/ pemilik dari spesimen dahak ini memiliki gejala–gejala yang sangat mengarah pada TBC, maka demi memperoleh hasil yang akurat, akhirnya staff program dan koordinator kader berinisiatif untuk turut mendukung kader dalam melakukan pengantaran ke Puskesmas yang memiliki TCM di Puskesmas Kualin. Staff Program terlebih dahulu membangun komunikasi yang baik dengan pengelola TCM dan Pengelola TBC di Puskesmas Kualin. Perjuangan ini menunjukkan bahwa jarak, waktu dan biaya bukanlah hal yang diperhitungkan demi menyelamatkan lebih banyak jiwa yang memiliki gejala TBC.

Dukungan Kader bagi Program TBC di Puskesmas Sembawa Saat Masa Pandemi COVID-19

Di masa pandemi COVID-19, semua orang harus cepat melakukan adaptasi dengan kondisi yang tidak menentu ini. Berbagai perubahan – perubahan turut menuntut penyesuaian-penyesuaian yang tidak hanya terjadi pada aspek kesehatan namun juga berimbas pada sosial, ekonomi juga perencanaan pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.

Dalam bidang kesehatan, beban para tenaga kesehatan pun menjadi semakin bertambah dengan adanya pandemi COVID-19 ini. Adanya risiko-risiko seperti tertular penyakit, kelelahan dalam merawat pasien serta timbulnya stigma negatif sangat berpotensi mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pelayanan medis tenaga kesehatan. Selain itu, petugas disibukan dengan kegiatan vaksinasi COVID-19 di lapangan. Keterbatasan tenaga khususnya tenaga labor di Puskesmas mengakibatkan terhambatnya proses pemeriksaan TBC di Puskesmas.   Oleh karena itu, Puskesmas Sembawa, khususnya petugas labor, memberikan pelatihan pembuatan slide sputum TBC  yang dilakukan sejak bulan September 2021. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses pemeriksaan di Puskesmas Sembawa, sehingga, sampel dahak dapat segera diperiksa dan tidak melebihi batas waktu ideal pemeriksaan 

Staff PMEL SR Sumatera Selatan menjelaskan proses implementasi kegiatan slide sputum TBC: 

“Iya untuk prosesnya, sampel dahak yang dibawa kader, kompor spiritus, kaca preparat, ose atau tusuk sate, masker, dan OPD yang telah dipersiapkan, merupakan beberapa peralatan yang digunakan untuk memulai fiksasi. Pada Kaca Preparat diberi nomor identitas slide sesuai dengan keterangan yang tertulis di Pot Dahak. Pot dahak dibuka dan sampel dahak diambil dengan menggunakan ose/tusuk sate dipindahkan di kaca preparat. Sampel dahak yang dibentuk di kaca preparat dibuat membentuk oval berukuran kurang lebih 2 x 3 CM. Kemudian sejenak didiamkan mengering di udara terbuka. Setelah kering, sediaan dahak tersebut difiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api sebanyak 2-3 kali. Setelah selesai, sediaan disimpan di dalam kotak slide.”

Pelaksanaan kegiatan ini terbilang cukup efektif karena selain menambah keterampilan kader, hal ini juga dinilai mempermudah dan membantu mempercepat proses pemeriksaan di Laboratorium. “Tentunya kegiatan ini berdampak kepada jumlah sputum yang dapat dilakukan pemeriksaan pada setiap hari, minggu, atau bulan. Jika biasanya ada penjadwalan pengantaran sputum bagi kader ke puskesmas, maka sekarang tidak,” tambah Andreansyah. Dengan keterampilan yang ada, kader dapat mengantar sputum kapan pun, dan membuat fiksasi sendiri tanpa menunggu petugas labor, yang mana sputum yang sudah difiksasi disimpan oleh kader ditempat yang telah ditentukan oleh Petugas Labor, untuk kemudian dilakukan pewarnaan dan pemeriksaan oleh Petugas Labor.

Andreansyah juga menjelaskan bahwa adanya pelatihan ini memberikan dampak yang baik pada angka capaian terduga di Puskesmas Sembawa. “Yang biasanya kami dalam sebulan hanya dapat melakukan pemeriksaan bekisar pada angka 40-50an, kini kami dapat mencapai angka lebih dari 50 bahkan menyentuh angka ratusan setiap bulannya,” tutur Andreansyah. Sehingga kegiatan ini dinilai cukup efektif untuk menemukan angka ternotifikasi karena semakin banyak yang diperiksa, semakin banyak kemungkinan kasus TBC yang akan ditemukan.

Adanya kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama multi-sektor yang dijalin oleh SR Sumatera Selatan dengan Puskesmas di daerah intervensinya tersebut. Awalnya, komunikasi dibangun atas dasar pengabdian yang terbentuk dalam wadah Komunitas Desa Peduli TBC (Komdes) yang dibentuk pada November 2020. Komdes bermula dari Desa Pulau Harapan Kec. Sembawa yang berisi dari Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, Petugas Puskesmas dan Kader TBC yang kemudian membawa aktivitas kader menjadi berkembang ke wilayah kerja Puskesmas lainnya seperti Desa Lalang Sembawa, Desa Mainan, dan Desa Rejodadi. Kerjasama Kader antar Desa ini juga dikoordinir oleh Petugas Puskesmas Sembawa yang juga merupakan bagian dari Komdes.

Kegiatan tersebut dirasa sangat positif bagi para kader. Menurut Andreansyah, kader merespon dengan sangat antusias karena diberikan keterampilan yang menunjang hasil kinerja di lapangan dan capaian yang mereka peroleh. Kader juga mengapresiasi tinggi ada ilmu yang diberikan oleh Petugas Puskesmas kepada mereka, karena tidak semua kader mempunyai kesempatan yang sama seperti mereka. Andreansyah juga berharap bahwa semoga SR lain dapat menerapkan kegiatan serupa, atau mungkin kegiatan lainnya dengan mengidentifikasi potensi lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan kader, merekatkan hubungan baik dengan fasyankes, atau hal lainnya yang menunjang untuk meningkatkan capaian target.

 


Cerita ini dikembangkan dari SR Sumatera Selatan

Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Rakor Bersama PKM dan Dinkes Makassar, IU Yamali TB Makassar Perkenalkan Sejumlah Kader Baru

Foto Kader-kader baru TB Komunitas di PKM Sudiang, Biringkanayya, Kota Makassar

MAKASSAR– Implementing Unit Yamali TB Kota Makassar menggelar rapat koordinasi penanggulangan Tuberkulosis (TBC) tingkat kota Makassar dengan melibatkan Dinas Kesehatan Makassar, petugas TB Puskemas, Koordinator Kader dan sejumlah Kader TB Komunitas. Kegiatan ini digelar di RM Fatmawati Makassar, Jumat (25/2/2022).

Program Officier Implementing Unit Yamali TB Kota Makassar, Masnidar menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan wahana perencanaan program penanggulangan TB di kota Makassar selama satu semester ke depan. “Titik tekan dari rapat koordinasi kita kali ini adalah sejauhmana kerjasama kolaborasi kita baik layanan puskesmas, dinas kesehatan, komunitas dan kader untuk selalu bersama-sama bergerak dalam pengentasan TBC di kota ini,” tukas Masnidar, Jumat (25/2/2022).

Melalui rapat koordinasi ini, Yamali TB juga memperkenalkan 10 kader baru hasil dari perluasan wilayah kerja komunitas di kota Makassar, yakni kader dari Puskesmas Sudiang dan Sudiang Raya kecamatan Biringkanyya serta kader Bangkala kecamatan Manggala.

“Kami berharap, kader-kader baru ini diterima dengan baik di layanan, bekerjasama petugas untuk bersama-sama mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengentaskan TBC serta berkesadaran agar memeriksakan diri ke Puskesmas jika punya gejala TBC,” ajak Ida, sapaan akrabnya.

Wasor TB Dinas Kesehatan kota Makassar, Diyah Fajarwati, menyambut baik kehadiran sejumlah kader baru TB Komunitas. Ia berpesan agar kader-kader baru ini dapat membantu petugas PKM dalam menjangkau pasien TBC di lingkungan masyarakat, mengingat angka kasus TB yang masih tinggi di kota Makassar. “Kita bersyukur karena lebih banyak lagi orang yang terlibat dalam upaya penanggulangan TBC ini. Ini bersambut baik dengan upaya pemkot Makassar saat ini yang juga lagi giat menggelar musrembang di setiap kecamatan dalam rangka percepatan eliminasi TBC di kota Daeng, semoga kita bisa bersama-sama untuk hal ini,” pungkasnya.

Diyah menambahkan, dalam menjalankan perannya agar kader juga tetap selalu berkoordinasi dan memberikan laporan kepada petugas PKM agar apa yang telah dikerjakan baik melalui kegiatan investigasi kontak maupun penyuluhan dengan temuan kasus TB baru, juga tercatat dan tersinkronisasi dengan baik melalui pencatatan Dinkes maupun Komunitas. (*)