Mengatasi ILTB dengan Pemberian TPT pada Balita Kontak Erat dan Serumah

 

 

 

Kupang – NTT. Sasaran dalam program TBC Nasional salah satu nya adalah meningkatkan pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada  anak dibawah 5 tahun (balita) yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC aktif dan tinggal satu rumah baik dari keluarga maupun kerabat. Balita sebagai salah satu kelompok yang sangat rentan dan beresiko mengalami Infeksi Laten TB (ILTB). Kondisi ini dialami saat balita terpapar bakteri TBC, namun bakteri tersebut tidak aktif atau dalam keadaan laten/tidur dan tidak menunjukkan gejala TBC. Sehingga diberikannya TPT pada anak dapat mencegah kuman TBC yang tertidur/laten/tidak aktif terbawa terus dalam tubuh lalu aktif dikemudian hari bahkan saat dewasa ketika daya tahan tubuh menurun dan kemudian menyebabkan sakit TBC.

Penelitian menunjukkan bahwa 5-10% orang yang ILTB akan berkembang menjadi TBC Aktif. Biasanya balita yang ILTB saat dites dahak atau ronsen thorax maka hasilnya akan negative TBC. Namun, saaat dilakukan pemeriksaan dengan Tes Mantoux atau Tes Darah maka hasilnya akan positif. Positif disini menunjukkan adanya bakteri TBC dalam tubuh, namun bakteri tersebut tidak aktif/laten dan tidak bisa menularkan ke orang lain, sehingga tidak digolongkan sebagai sakit TBC.

Meskipun bakteri TBC-nya dalam keadaan tidak aktif/laten, tetapi bakteri TBC tersebut sangat berpotensi menjadi TBC aktif dikemudian hari. Potensi inilah yang mengharuskan balita dengan ILTB perlu diberi TPT. TPT diminum selama 3-6 bulan secara rutin dan dapat diperoleh secara GRATIS di Puskesmas. Upaya pemberian TPT ini merupakan usaha untuk mengurangi jumlah balita yang menjadi terduga TB karena kontak serumah dengan pasien TB.

Pada tahun 2021, SSR Kab. Sikka merupakan wilayah dengan capaian tertinggi untuk indikator balita yang dirujuk kader dan menerima TPT, dari 5 Kota/Kabupaten yang menjadi wilayah intervensi SR PERDHAKI TB/HIV NTT. Menurut staff program SSR Kabupaten Sikka, layanan TPT bagi balita kontak erat dan serumah dengan pasien TBC bukanlah hal yang baru karena sejak awal disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi, program ini sudah menjadi fokus perhatian Dinas Kesehatan Kabupaten melalui para pengelola program TB di Puskesmas. Hal tersebut juga menjadikan upaya penjaringan kasus TB pada balita yang membutuhkan TPT tidak sulit untuk dirujuk dan diberikan layanan. Sebelumnya, alur pemberian TPT di Kab. Sikka dilaksanakan tanpa didahului dengan kegiatan investigasi kontak. Namun, setelah ada nya program eliminasi TBC berbasis kader/komunitas melalui SSR Kabupaten Sikka, maka pemberian TPT dan OAT bagi balita telah didahului dengan  investigasi kontak pada indeks kasus TBC. Apabila ada balita yang ditemukan pada saat investigasi kontak maka akan dikumpulkan untuk dilakukan scoring TB Anak yang salah satunya melalui tes Mantoux. Jika hasil scoring balita terindikasi sakit TBC (TBC Anak+) maka akan diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT), dan jika hasil scoring balita tidak terindikasi sakit TBC (TBC Anak-) atau hasil tes Mantoux memperlihatkan bahwa balita hanya mengalami Infeksi Laten TB (ILTB), maka akan diberikan TPT.

Pada beberapa SSR lain yang menjadi wilayah intervensi SR PERDHAKI TB/HIV NTT, beberapa kendala pun kerap muncul terkait dengan pemberian TPT. Seperti SSR Kabupaten Kupang, dimana sebenarnya mereka telah menemukan dan merujuk cukup banyak balita yang memiliki kontak erat serumah dengan Pasien TBC di tahun 2021, namun layanan TPT di  Kabupaten Kupang belum berjalan di Puskesmas hingga saat ini dan baru dijanjikan oleh Wasor Kabupaten untuk mulai menjadi perhatian di tahun 2022. Kendala lain juga terjadi di 2 SSR lainnya yakni SSR Kabupaten Timor Tengah Selatan dan SSR Kabupaten Sumba Barat Daya. Permasalahan yang dihadapi SSR Kabupaten TTS dalam pencapaian indikator balita menerima TPT ialah obat TPT yang belum tersedia di layanan. Sedangkan, SSR Kabupaten Sumba Barat Daya merasa bahwa lemahnya kontrol Dinas Kesehatan Kabupaten terhadap ketersediaan obat bagi balita baik TPT maupun OAT setiap bulannya menjadi salah satu kendala yang ada. SSR juga merasa sulit masuk kedalam ranah dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk sekedar mencoba menekan agar selalu tersedianya logistik di Puskesmas. Sehingga, komunitas membutuhkan Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk memastikan Dinas Kabupaten-nya dan Puskesmas untuk sama-sama lebih proaktif dalam ketersediaan logistik dan penggunaanya agar dapat digunakan seefisien mungkin serta tidak kadaluarsa. Bahkan terkait layanan TPT ini, SSR Kabupaten Sumba Barat Daya sebenarnya telah membangun ruang komunikasi dengan Dokter Anak dan Dokter Umum di beberapa Puskesmas dalam proses pemberian layanan TPT, namun pihak–pihak tersebut mengeluhkan hal yang sama yakni ketersediaan logistik.

Berdasarkan kendala dan hambatan yang telah disampaikan oleh semua SSR, maka Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT melalui ibu Aminah Haslinda selaku Wasor TBC telah merespon dalam diskusi pada Rapat Koordinasi Wilayah Tingkat Propinsi yang diadakan oleh SR PERDHAKI pada 4-5 Februari 2022 yang lalu. Beliau menyatakan bahwa pihak Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur sebenarnya telah mengirimkan logistik ke setiap Kabupaten dan sudah tersedia di gudang Dinas Kesehatan Kabupaten, namun sepertinya pihak Dinas Kabupaten dan Puskesmas-nya kurang proaktif dalam mengontrol ketersediaan obat digudang dan pemanfaatannya.

Wasor TBC Provinsi berjanji akan menginformasikan dan mendorong Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskemas-nya untuk mengecek ketersediaan obat dan segera mendistribusikannya agar tidak kadaluarsa atau tidak terpakai. Wasor TBC Provinsi juga meminta agar turut dilibatkan pula dalam setiap pertemuan koordinasi SSR PERDHAKI Kabupaten dengan Dinas Kesehatan Kabupaten agar dapat langsung memberikan arahan nya padamomen-momen tersebut.

 

Kerjasama Bakrie Centre Foundation, Yamali TB Berbagi Paket Sembako ke Pasien TBC

SR Manager Yamali TB, Wahriyadi bersama seorang Kader TB, menandangi salah satu pasien TBC di kediamannya di kawasan Manggala, Kota Makassar.

MAKASSAR– Pandemi Covid-19 yang belum usai masih menjadi salah satu faktor yang menambah beban pasien Tuberkulosis (TBC). Karenanya dalam rangka mengurangi beban itu, Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis (Yamali TB) Sulsel bekerjasama dengan Bakrie Centre Foundation menyalurkan paket sembako sebagai asupan gizi dan nutrisi untuk pasien TBC yang sementara menjalani pengobatan, di kota Makassar dan kabupaten Gowa.

Penyaluran paket sembako ini sendiri dilaksanakan melalui Kader TB dan Petugas Puskemas dengan mengunjungi langsung pasien TBC di rumahnya masing-masing, terhitung sejak tanggal 22 Januari 2022, dan saat ini tercatat sudah lebih dari 50 orang pasien TBC yang dijangkau.

SR Manager Yamali TB, Wahriyadi, menyatakan bahwa penyaluran paket dengan kunjungan rumah dilakukan selain untuk memberikan support asupan nutrisi juga sekaligus untuk memberikan edukasi pentingnya menjaga kesehatan, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, menjaga lingkungan yang sehat sehingga bisa memutus rantai penularan TBC di masyarakat.

“Kegiatan ini sangat penting dilakukan karena bisa membantu mengurangi angka putus berobat sekaligus bisa menemukan kasus-kasus baru yang berada di seputar kontak pasien TB baik kontak serumahnya ataupun kontak eratnya,” tuturnya.

Wahriyadi menambahkan, dari sisi pasien program ini sangat dibutuhkan. “Dengan pembagian beras 5 kilo gram dan 1 rak telur perbulan serta asupan gizi lainnya berupa susu, sari buah dan lainnya, selain membantu proses kesembuhan pasien juga membantu mengurangi beban ekonomi keluarga mereka. Ini termasuk dukungan psikologi yang dapat meringankan beban kejiwaan pasien salama menjalani pengobatan yang relatif cukup lama yakni sekitar 6-9 bulan untuk pasien TB Sensitif Obat dan 9-24 bulan untuk pasien TB Resisten Obat,” jelasnya.

Upaya menanggulangi penyakit TBC ini memang semesetinya dilakukan dengan banyak pandekatan. Selain dengan berobat sesuai prosedur, juga dengan pendampingan dan support kasus TBC yang diharapkan dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien, mengurangi angka kesakitan dan kematian, serta mengurangi bahkan bisa memutus mata rantai penularan TBC. “Harapannya dengan kegiatan seperti ini menjadi contoh sehingga menggugah kepedulian banyak orang terhadap isu TBC. Dengan sinergitas dengan semua pihak percepatan eliminasi TBC dapat dicapai bahkan target Indonesia Bebas TBC tahun 2050 bukan hal mustahil untuk bisa diraih,” tutup Wahriyadi.

Kerjasama Yamali TB dengan Bakrie Center Foundation untuk membantu pasien TBC ini sendiri merupakan kelanjutan dari program Lead Indonesia, dengan sejumlah kegiatan seperti fundraising bersama melalui kitabisa.com, peningkatan kapasitas kader TBC, serta penayaluran paket asupan gizi dan nutrisi bagi pasien TBC terdampak Covid-19.

RAKORWIL SR PERDHAKI TB/HIV NTT 2022; Bergandeng Tangan Bersama Dinas Kesehatan Sukseskan Penanggulangan TB

 

Kupang – NTT. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang utama. TB menjadi penyebab kematian kedua di dunia setelah HIV. Tuberkulosis merupakan sebuah penyakit bakterial kronik yang sebagian besar disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yang menyebar dari satu individu ke individu apabila penderita batuk, bersin, bicara, atau bernyanyi. Penyakit menular ini termasuk penyakit airborne atau bisa menular lewat udara sehingga individu yang tidak sengaja menghirup bakteri aerosol ini bisa terinfeksi dengan mudah.

SR PERDHAKI TB/HIV-NTT memiliki 5 wilayah Kota/Kabupaten yang menjadi wilayah intervensi dalam melakukan penanggulangan TBC/HIV yakni  SSR Kota Kupang, SSR Kabupaten Kupang, SSR Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), SSR Kabupaten Sikka dan SSR Kabupaten Sumba Barat Daya. Dalam upaya penanggulangan TBC, NTT sudah melibatkan banyak pihak, mulai dari Pemerintah yang diwakili oleh Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Puskesmas, Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Polri, Rumah Sakit TNI, Rumah Sakit Swasta, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Komunitas dan masyarakat sendiri yang dalam hal ini diwakili oleh kader TBC.

Dalam Rapat Koordinasi Wilayah Tingkat Provinsi pada tanggal 4-5 Februari 2022, RAKORWIL dihadiri oleh ke-5 SSR yang menjadi wilayah intervensi SR PERDHAKI-NTT, Romo Ambrosius Ladjar selaku ketua PERDHAKI Keuskupan Agung Kupang yang juga merupakan Pastor Paroki Katedral Kristus Raja Kupang,  Ibu Aminah Haslinda selaku Wasor TBC Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT serta Mbak Ikhlas Mulandari selaku Field Program PR Konsorsium Penabulu-STPI yang turut memberikan materi dan diskusi.Terdapat beberapa agenda yang dilaksanakan yakni evaluasi hasil capaian program tahun 2021 yang dilanjutkan dengan diskusi dan sharing mengenai proses penanggulangan TBC di setiap SSR baik keberhasilan dalam capaian dan juga kesulitan serta hambatan. Capaian 2021 mengalami peningkatan yang cukup baik setelah mendapatkan supervisi di akhir tahun oleh PR Konsorsium Penabulu-STPI terutama di daerah SSR Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

SSR Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dengan luas wilayah yang paling luas diantara 4 SSR lainnya, membuat SSR Kabupaten ini harus lebih ekstra dalam melakukan penjaringan kasus TB khususnya pada Kecamatan yang menjadi wilayah intervensi SSR Kab. TTS. Pada akhir tahun 2021, Kabupaten TTS mencapai angka ternotif yang paling tinggi diantara 4 SSR lainya. Menurut staf program SSR, yang menjadi sasaran penjaringan terduga TBC dan penemuan kasus baru ialah kelompok masyarakat tertentu seperti kelompok lansia dan Posyandu. Bahkan, didalam posyandu, terdapat beberapa kader TB yang membantu dalam melakukan penjaringan terhadap kontak-kontak yang diduga memiliki gejala untuk diperiksa. Selain itu, metode lain yang digunakan oleh SSR TTS adalah dengan menjangkau kasus orang meninggal karena TB, yang mana kader akan langsung turun ke daerah tempat tinggal pasien yang meninggal tersebut untuk melakukan penjaringan TB pada kontak serumah ataupun sekitar rumah indeks bersangkutan atau melakukan investigasi non rumah tangga. SSR TTS juga melakukan investigasi terhadap data indeks kasus di bawah tahun 2020 yang didapatkan dari Puskesmas.

Selain SSR TTS, SSR Sumba Barat Daya juga aktif melakukan koordinasi dengan baik bersama dengan Wasor Kabupaten dan pengelola program Puskesmas dalam rangka proses penjaringan kasus baru TB. Kader – kader PERDHAKI diberikan data indeks kasus bakteriologis untuk dilakukan investigasi kontak, sedangkan tenaga kesehatan melakukan IK (dana dekonsentrasi) kepada indeks kasus klinis. Namun dalam prosesnya, terdapat beberapa kendala yang dihadapi yakni kehadiran kader PERDHAKI yang dianggap menjadi ancaman dan mengganggu zona nyaman fasyankes tertentu yang menjadi wilayah intervensi SSR Sumba Barat Daya.  Kendala lain  dalam proses penjaringan yakni kejujuran terduga TB yang memiliki gejala namun tidak ingin melakukan pemeriksaan sehingga mempengaruhi angka ternotifikasi di Kab. Sumba Barat Daya yang tergolong rendah.

Namu di sisi lain, ada beberapa hal yang menjadi nilai tambah dan peluang bagi SSR Sumba Barat Daya dalam proses capaian yakni adanya komunikasi yang baik di beberapa fasyankes lain yang menjadi wilayah intervensi SSR Sumba Barat Daya, sehingga telah dibuatkan sebuah group What’s App yang di dalam nya terdapat pengelola program TB Puskesmas, Wasor Kabupaten, nakes dan juga beberapa dokter yang ada di puskesmas untuk mempermudah koordinasi antara kader, pihak PERDHAKI dan pihak fasyankes dalam menyukseskan proses penjaringan kasus TB di wilayah yang menjadi intervensi SSR Sumba Barat Daya. SSR Sumba Barat Daya memiliki Puskesmas atau fasyankes yang menjadi fasyankes kunci dalam memberikan angka indeks terbanyak melalui pemeriksaan TCM dan juga 1 Rumah Sakit Swasta, yakni Rumah Sakit Karitas yang juga ikut menyumbangkan angka indeks. Terkait pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit, ada kasus dimana ada terduga TB yang ingin melakukan pemeriksaan tingkat lanjutan namun terkendala pada biaya dan juga akses pelayanan Kesehatan sebab BPJS-nya sudah dinonaktifkan sehingga mengakibatkan terduga tidak bisa melakukan pemeriksaan lanjutan. Ini menjadi salah satu kendala yang menghambat pencapaian SSR.

Selain itu, capaian lain yang didapat PERDHAKI adalah dengan tingginya angka capaian untuk indikator balita yang menerima TPT terutama di Kab. Sikka. Menurut staff program SSR Kab. Sikka bahwa layanan TPT balita bukanlah hal yang baru karena kasus tersebut sudah menjadi perhatian khusus. Sebelumnya, alur pemberian TPT di Kab. Sikka  dilaksanakan tanpa melalui kegiatan investigasi kontak, namun sekarang setelah menjadi perhatian dari SSR Kab. Sikka, pemberian TPT dan OAT mengikuti alur yang seharusnya yakni apabila sudah ada indeks maka kegiatan investigasi kontak akan dilakukan hingga selesai lalu apabila  ada kontak balita yang ditemukan pada saat investigasi kontak maka akan dikumpulkan untuk dilakukan tes Mantoux terlebih dahulu untuk menentukan apakah balita mendapat OAT atau mendapatkan TPT.

Selanjutnya paparan oleh Ibu Aminah Haslinda, selaku Wasor TB Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil sekaligus membuka diskusi antara 5 SSR  yang memiliki hambatan dalam penanggulangan TBC di daerah.

KETUA PERDHAKI - SR -SSR PERDHAKI NTT - PROGRAM FIELD PENABULU

Menurut Wasor, kedepannya SR dapat membuat jadwal dalam melakukan investigasi kontak agar tidak bertabrakan dengan kader PERDHAKI dan tidak terjadi ‘perebutan’ indeks kasus antara PERDHAKI dan Dinas Kesehatan. Adanya hambatan mengenai pemberian TPT bagi balita di SSR Kabupaten Kupang yakni layanan TPT yang belum berjalan hingga saat ini dan baru dijanjikan oleh Wasor Kabupaten akan dijalankan dalam tahun 2022. Namun menurut Wasor TBC Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa logistik sebenarnya sudah tersedia di gudang Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, namun sepertinya pihak Dinas Kesehatan Kabupaten kurang tanggap dalam mengontrol ketersediaan obat digudang. Ada juga pengeluhan lain yakni Puskesmas di Kabupaten Kupang yang merupakan wilayah intervensi PERDHAKI ada yang tidak memiliki tenaga analis, sehingga untuk pemeriksaan dahak diarahkan ke Puskesmas lain / langsung ke Rumah Sakit. Kendala ini membuat pemeriksaan terkadang tidak jadi dilakukan karena kendala jarak dan biaya transportasi, bahkan untuk pengantaran specimen dahak pun akan percuma karena kualitas dahak kemungkinan rusak dalam perjalanan. Menurut Wasor TBC Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa untuk ketersediaan tenaga di dalam fasyankes, pihak Dinas Kesehatan Kabupaten harus melakukan pengajuan terlebih dahulu ke Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sedangkan menurut SSR Kab. Sumba Barat Daya, tenaga pengelola TCM di sana sebenarnya sudah bagus, namun fasilitas penunjang dalam pemeriksaan sampel yang masih kurang memadai. Kader merasa dirugikan karna ketika pengantaran sampel, terhambat dengan listrik di Puskesmas yang padam dan alasan lainnya, padahal kader merasa sulit untuk mendapat sampel.

Persoalan pemeriksaan TCM di wilayah SSR Kab. TTS, sebenarnya sudah sangat membantu namun membutuhkan perhatian dari Dinkes Kabupaten terhadap ketersediaan tenaga analis yang terbatas. Menurut staff program SSR Kab. TTS bahwa beban kerja akan mempengaruhi hasil yang diperiksa. Ada alternatif di salah satu Puskesmas di Kab. TTS yakni di Puskesmas Kualin dimana ada tenaga kesehatan yang bukan analis yang telah dilatih untuk bisa melakukan pemeriksaan TCM sehingga apabila tenaga analis belum datang/berhalangan hadir mereka bisa menggantikannya. Kendala lain yakni layanan TPT balita di Kab. TTS yang menurut pihak Puskesmas bahwa ketersediaan obat tidak ada, padahal menurut Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa ketersediaan obat sudah ada di gudang namun Puskesmas harus mengajukan ke Dinkes Kabupaten terlebih dahulu dan sepertinya tidak dilakukan oleh Puskesmas.

Terkait layanan TPT balita di Kab. Sumba Barat Daya, sudah ada diskusi dengan Dokter anak dan Dokter umum di beberapa Puskesmas yang juga mengeluhkan hal yang sama, yakni ketersediaan logistic. Namun Wasor TBC Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa ketersediaan obat di gudang Dinkes sudah ada namun sepertinya tidak di cek oleh Dinas Kesehatan Kabupaten.

Berdasarkan hasil Rakorwil bahwa masih perlunya peran aktif dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam memantau Dinas Kesehatan di Kota/Kabupaten dalam implementasi program penanggulangan TB agar komunitas yang ikut serta dalam mensukseskan program ini lebih dipermudah dalam melakukan penjaringan terduga dan peemuan kasus TBC.

Rakorwil Yamali TB 2022; Siap Sisir Kutu Kasus Baru, Wujudkan Eliminasi TBC di Sulsel

Foto bersama Tim SR dan SSR se-Sulsel usai penutupan Rakorwil, 3 Februari 2022

MAKASSAR- Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan pelibatan semua pihak dalam penanggulangannya, termasuk dalam hal ini keterlibatan masyarakat sipil dan komunitas.

Data laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021, tercatat 31022 estimasi kasus TB di Sulsel, di mana baru sebanyak 14808 kasus atau yang ternotifikasi yang jika dipersentasekan hanya 47,73%. Artinya, masih ada sekitar 53% yang tidak diketahui keberadaaanya di tengah ancaman penularan yang juga besar.

Penanggungjawab Program TB Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel, Andi Julia Junus menyatakan bahwa untuk melacak kasus TBC di masyarakat, perlu usaha lebih keras dan pelibatan lebih banyak pihak. Ia menyebut, kehadiran Yamali TB dari sisi kominitas merupakan satu yang pasti. Namun, baginya itu juga tak cukup, perlu keterlibatan multisektoral, baik dari sektor pemerintah maupun swasta.

“Strategi yang kita sedang lakukan sekarang adalah implementasi PPM atau pelibatan layanan kesehatan swasta untuk menjangkau kasus TBC, mengingat bahwa banyak masyarakat yang memilih berobat di sektor layanan swasta. Untuk itu, kami juga berharap peran maksimal komunitas atau Yamali TB dalam hal strategi ini,” tukasnya.

Menyambut paparan dan harapan Dinas Kesahatan Sulsel, Manager SR Yamali TB Sulsel Wahriyadi menyampaikan komitemen Yamali sebagai representasi komunitas serta pelaksana TB Komunitas di Sulsel untuk hal tersebut. “Melalui momentum rakorwil kami sudah menyusun semua agenda untuk setahun ke depan, sejumlah hal telah kami rembukkan dan siapkan,” tukasnya.

Selain strategi PPM, lanjut Wahriyadi, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah agenda aktive case finding dalam rangka peningkatan penemuan kasus baru TBC. Langkah-langkah itu di antaranya perluasan cakupan kerja komunitas berbasis data sebaran pasien TBC, sisir kutu atau melakukan penyisiran kuman TBC secara serentak, pelaksanaan hari tbc sedunia, serta penyegaran kader tingkat provinsi sebagai ujung tombak program.

Targetkan A2 hingga A1 tahun 2022

Rakorwil ini juga dijadikan SR Yamali TB Sulsel sebagai momentum evaluasi, perumusan strategi bersama serta komitmen capaian program untuk tahun 2022. Koordinator Program dan MEL SR Yamali TB, Kasri Riswadi, melaporkan bahwa capaian SR Sulsel tahun 2021 lalu berada kisaran 60% tiga indikator utama yakni penemuan kasus baru, pelaksanaan investigasi kontak, serta pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) pada balita. “Secara rating kita B1 pada 2021, tahun kedua ini tentu komitmen kita bersama adalah harus lebih baik, A1 atau setidaknya A2,” tuturnya.

Kasri melanjutkan dengan menyebut sejumlah alasan SR Sulsel dapat mengejar dan mencapai target tahun 2022, di antaranya kesiapan yang lebih baik dari tahun sebelumnya, manajemen SDM yang telah stabil, keaktifan kader serta kerjasama dengan Dinas Kesehatan yang sudah terjalin baik.

SR Yamali TB sebagai pelaksana program GF TB Komunitas di Sulsel tahun 2021-2023 saat ini telah menjalankan program di 9 kabupaten dan kota, yakni kota Makassar, Kab Gowa, Maros, Pinrang, Sidrap, Wajo, Bone, Jeneponto, dan Bulukumba.

Perjuangan dan Harapan Bu Ramil untuk Eliminasi TBC-HIV di Nusa Tenggara Timur

Tuberkulosis (TBC) dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit yang saling terkait. Jika seseorang yang sebelumnya memiliki bakteri TBC tetapi kemudian terkena atau tertular HIV, maka HIV akan menurunkan daya tahan tubuhnya dan kuman TBC yang ada sebelumnya pun akan aktif, sehingga bisa menyebabkan penyakit TBC. Selain itu, seseorang yang sebelumnya memiliki HIV di dalam tubuhnya juga akan rentan tertular berbagai penyakit menular termasuk TBC karena daya tahan tubuh yang rendah. 

Di Indonesia, berkaitan dengan penyakit TBC-HIV, Kementerian Kesehatan RI mengumumkan bahwa sepanjang tahun 2021, telah terjadi kasus TBC-HIV dengan estimasi jumlah ODHIV yang menderita TBC sebanyak 18.000 kasus dan jumlah kematiannya yang menembus 4.800 jiwa dengan angka tersebut, tentunya penanganan dan penjangkauan kepada pasien TBC-HIV yang optimal sangat diperlukan untuk meminimalisir angka estimasi kasus dan angka kematian akibat penyakit tersebut. Sehingga dengan kondisi yang terjadi saat ini, (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) selaku  sub-recipient (SR) dari  Konsorsium Penabulu STPI berinisiatif untuk mengkolaborasikan program TBC dengan HIV melalui program TB Care di wilayah cakupan mereka yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT). Program TB-HIV Care yang dijalankan melibatkan kader TBC yang berperan memastikan pasien TBC yang ditemukan dan didampinginya untuk melakukan tes HIV di puskesmas.

Ramil Isdak Tomasui, atau wanita yang terkenal dengan nama Ibu Ramil merupakan salah satu kader yang dipercayai oleh PERDHAKI NTT untuk melakukan tugas mulia sebagai kader pada program TB Care tersebut. Melalui panggilan hatinya, Ibu dua anak ini mempunyai niat yang sangat tulus dari hati untuk mendampingi dan mengunjungi pasien TBC demi memutuskan rantai penularan TBC di masyarakat. Menurutnya, menjadi kader merupakan panggilan Tuhan yang ia rasakan agar mendapatkan berkat dalam kehidupannya. “Saya senang bisa mengurus atau membantu orang sakit untuk memutuskan kuman TBC. Karena dengan menjalankan tugas kemanusiaan ini, saya juga mendapatkan berkat dalam kehidupan saya dan ini adalah panggilan Tuhan buat saya,” tuturnya. 

Setiap harinya, Ibu Ramil aktif melakukan tugasnya sebagai kader dengan pergi mengunjungi pasien serta mencari suspek untuk diperiksa. Selain menjadi seorang kader TBC, Ibu Ramil juga mahir membuat kue yang kemudian dititipkan di kios-kios dekat rumahnya. Saat melakukan penjangkauan kasus, Ibu Ramil rela menempuh jarak yang sangat jauh dari rumahnya demi mendapatkan suspek para pasien TBC. Jalanan yang sepi serta medan yang rusak tidak menyurutkan semangatnya untuk menjalankan misi kemanusiaan tersebut. Derap langkah yang ia lakukan pun semata-mata dilakukan demi mengurus dan membantu orang dengan sakit TBC agar dapat terjangkau dan didampingi hingga sembuh. Rasa lelah yang Ibu Ramli rasa juga seketika hilang dengan rasa senang yang ia dapati ketika bertemu dengan para pasien TBC. “Ada momen tertentu dimana saya merasa bersyukur sudah mendapat ilmu tentang TBC dan bisa mengurus orang sakit dengan TBC. Saya bahkan sangat senang ketika saya bertemu dan membantu mereka hingga sembuh,” ucapnya. Semua itu rela ia lakukan demi untuk memutuskan penyakit akibat bakteri mycobacterium tuberculosis ini.

Hambatan demi hambatan kerap Ibu Ramil hadapi ketika melakukan penjangkauan kepada masyarakat. Terkadang, beberapa masyarakat tidak berkenan untuk menjawab secara jujur tentang kondisi yang dialaminya. “Ada orang-orang selalu jujur terhadap saya tetapi ada juga yang tidak mau jujur bahwa mereka itu sakit, tapi saya berusaha bagaimana caranya supaya mereka bisa terbuka dengan saya,” katanya. Namun, hal tersebut dapat diatasi oleh Ibu Ramil dengan terus menerus memberikan mereka edukasi terkait dengan penyakit tersebut. Selain itu, adanya pandemi juga kerap dijadikan alasan oleh masyarakat agar tidak dapat dikunjungi oleh para kader kesehatan terutama TBC. Tetapi Ibu Ramil tidak menyerah dan selalu melakukan pendekatan kepada masyarakat agar kehadirannya dipercaya oleh masyarakat.

Dalam eliminasi TBC-HIV, Ibu Ramil memiliki peran yang sangat penting dengan menjadi pendamping pasien dengan penyakit tersebut. Sebagai pendamping pasien TBC-HIV, ia kerap membantu pasien mengambil obat di Puskesmas karena kondisi pasien yang tidak bisa berpergian.  Agar pasien juga dapat segera sembuh, Ibu Ramil juga tak henti-hentinya untuk selalu mengingatkan pasien TBC-HIV agar selalu minum obat tanpa putus. “Saya usahakan untuk selalu ada bagi mereka, karena bagi saya tugas ini adalah tanggungjawab yang harus saya lakukan,” tambahnya.

Selain mendampingi pasien TBC-HIV, Ibu Ramil juga kerap memberikan penyuluhan tentang TBC-HIV ketika melakukan kunjungan kepada masyarakat. Melalui media komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang telah diberikan oleh PERDHAKI NTT, Ibu Ramil dengan semangat terus menularkan ilmunya kepada masyarakat di wilayah jangkauannya agar dapat memahami lebih tentang penyakit TBC dan menghilangkan stigma negatif di masyarakat terhadap penyakit tersebut. 

Dengan usaha-usaha yang telah Ibu Ramil kerahkan, dalam tahun 2021, Ibu Ramil berhasil menemukan 2 pasien TBC-HIV melalui jangkauan yang ia jalankan. Selain itu, bekerja sama dengan kader-kader di wilayah cakupannya, Ibu Ramil berhasil menjangkau 15 pasien TBC yang mana pasien-pasien tersebut juga telah di skrining dan dilakukan pemeriksaan HIV untuk mengetahui lebih dalam tentang kondisi pasien tersebut. Dalam pendampingan pasien, Ibu Ramil juga  berhasil mendampingi 2 pasien TBC-HIV hingga sembuh, dengan 1 pasien yang masih dalam masa pengobatan. 

Dalam pelaksanaan pendampingan pasien TBC-HIV, PERDHAKI NTT memberikan kepercayaan penuh kepada kader untuk mendampingi serta memberikan edukasi seputar TBC-HIV kepada masyarakat. Selain itu, berkolaborasi dengan Puskesmas setempat, PERDHAKI NTT juga membuka jembatan antara Puskesmas dengan para Kader TBC untuk memeriksa pasien TBC yang didampingi kader agar melakukan tes HIV untuk memastikan penanganan seperti apa yang diberikan kepada pasien TBC tersebut. “Kami diberikan kepercayaan penuh ya dari PERDHAKI NTT untuk menjalankan tugas ini, berbekal dengan ilmu yang kami punya, kami juga akan terus menjalankan tugas ini dengan baik,’ ucap Ibu Ramil. 

Ibu Ramil memiliki harapan bahwa pemeriksaan TBC-HIV dapat segera diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Pasalnya dalam melakukan pengobatan TBC, penting untuk memastikan status HIV pasien TBC. Sebab dengan memastikan tidak adanya virus ini didalam tubuh pasien TBC, maka pengobatan pun dapat berjalan efektif membunuh kuman TBC. Jika diketahui adanya HIV didalam tubuh pasien TBC, maka hal tersebut dapat berpengaruh pada menurunnya daya tahan tubuh si pasien, sehingga perlu ditambahkan pengobatan lanjutan untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien dan pengobatan TBC pun dapat berjalan efektif.


Cerita ini dikembangkan dari SR Nusa Tenggara Timur

Ditulis oleh: Winda Eka Pahla Ayuningtyas (Communications Staff)

Editor: Permata Silitonga

Permintaan Penawaran Lelang Pengadaan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI adalah organisasi non laba penerima hibah dari Global Fund untuk program Eliminasi TB di Indonesia. Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI berkedudukan di Jakarta Selatan dan memiliki wilayah kerja di 30 propinsi dan 190 kabupaten – kota di Indonesia.

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mempunyai target dalam pelaksanaan program Eliminasi TB yaitu untuk menurunkan pasien TB di Indonesia. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah :

Produksi dan Distribusi Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) – Edisi Atribut Kader TBC Komunitas.

 Rencana proses pengembangan produksi dan distribusi media KIE penunjang atribut kader tersebut diyakini akan menambah dan mempertahankan semangat kader kesehatan dalam upaya mendukung program. Terdapat empat atribut utama kader yakni;

  • Tas Serbaguna (slempang dan jinjing),
  • ID Card,
  • Lanyard atau gantungan ID Card, dan
  • Wadah ID Card (holder id card).

Dengan beberapa atribut yang akan diberikan tersebut, akan menambah rasa kepercayaan diri kader, sebagai salah satu bentuk identitas yang diperlukan dan akan merepresentasi peran kader dalam mengemban tugasnya di tengah masyarakat.

Tujuan dari Pengadaan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) adalah untuk :

  1. Memberikan dukungan kepada kader TBC aktif melalui atribut sebagai identitas formal dalam menjalankan perannya.
  2. Mengembangkan desain untuk atribut kader TBC aktif di wilayah kerja komunitas.
  3. Memproduksi atribut kader TBC aktif di wilayah kerja komunitas.
  4. Mendistribusikan atribut kader TBC aktif di wilayah kerja komunitas.

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI dengan ini mengundang anda untuk memberikan penawaran harga Pengadaan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

RINGKASAN LINGKUP LELANG

Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI mencari penyedia barang / jasa yang berpengalaman dalam penyediaan dan memproduksi Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

Spesifikasi dan standart kualitas:

TEMPAT PENGIRIMAN, SYARAT DAN KETENTUAN

Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), sesuai uraian diatas harus diselesaikan dalam jangka waktu 30 hari kerja setelah penandatanganan kontrak.

Dengan lokasi distribusi ada di bagian lampiran dokumen ini.

KETENTUAN PELAKSANAN

No Tahapan Tenggat Waktu
1 Pengumuman Lelang 10 Februari 2022
2 Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) 18 Februari 2022
3 Batas akhir penyerahan Surat Penawaran 22 Februari 2022
4 Pembukaan Penawaran 23 Februari 2022
5 Evaluasi Penawaran 10 Maret 2022
6 Menetapkan Pemenang Lelang 14 Maret 2022
7 Persetujuan Pemenang Lelang oleh TGF 14-21 Maret 2022
8 Pengumuman Pemenang Hasil Lelang 22 Maret 2022
9 Masa Sanggah 23-25 Maret 2022
10 Surat Penunjukan Pemenang Lelang 28 Maret 2022
11 Penandatangan Kontrak Pemenang Lelang 29-30 Maret 2022


KRITERIA PESERTA LELANG

  1. Perusahaan dengan SIUP klasifikasi bidang usaha perindustrian dan perdagangan
  2. Mempunyai pengalaman pengadaan barang / jasa di bidang sejenis
  3. Menyertakan salinan akte pendirian perusahaan dan perubahan terakhirnya, Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Induk Berusaha (NIB), Surat Ijin Tempat Usaha (SITU), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan

TATA CARA LELANG

Peminat serius dapat mengirimkan Surat Penawaran dan Legalitas Perusahaan dengan persyaratan sebagai berikut :

  1. Tiap Perusahaan hanya boleh mengirimkan 1 (satu) Surat Penawaran.
  2. Melampirkan Surat Penawaran Harga dan termin pembayaran.
  3. Penawaran dikirim melalui email ke alamat: procurement@penabulu-stpi.id, dengan subject email: Surat Penawaran Lelang Pengadaan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
  4. Hard copy penawaran, dikirimkan kepada “Panitia Lelang Pengadaan Media Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)”
    Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI
    Jl. H Saidi III No.15, Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan 12410
    Tel: +62 21 – 765 6888

Persyaratan administratif peminat lelang dapat dilihat pada Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan Dokumen Lelang. Silahkan unduh Kerangka Acuan Kegiatan dan Dokumen Lelang dibawah ini :